Di era yang serba "kerja, kerja, kerja" ini, bekerja keras mungkin sudah menjadi metode sekaligus mantra bagi para pekerja. Di saat banyak yang mengatakan kita harus bekerja keras, muncul pendapat bahwa kita juga harus bekerja secara cerdas. Bekerja keras memang membuat kita terpacu untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun, bekerja cerdas bisa menjadi solusi untuk membuat kita merasa puas dalam menyelesaikan pekerjaan.
Cara kita dalam bekerja menentukan seperti apa hasil akhir dari pekerjaan kita nanti. Selain bekerja keras, kita juga harus bisa bekerja secara cerdas. Seperti apa itu bekerja cerdas dan apa bedanya dengan bekerja keras?
Ketika kita bekerja keras, produktivitas menjadi hal utama yang kita raih. Tentu saja ini penting, sebab produktivitas menggambarkan seberapa efektif kita dalam bekerja. Ketika produktivitas menjadi satu-satunya tujuan kita, otomatis kita akan mengeluarkan lebih banyak waktu dan tenaga agar bisa menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus. Kuantitas pun menjadi prioritas di sini, sebab seberapa banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan tersebut menjadi acuan dari produktivitas.
Untuk bisa meraih produktivitas ini, dibutuhkan konsistensi dan ketekunan. Mungkin saja, gaya bekerja pun akan menjadi cenderung monoton. Sebab, kamu harus melakoni rutinitas yang sama agar target-targetmu tercapai. Segala sesuatu yang berlebihan tak ada yang berdampak baik, terlalu banyak bekerja keras juga bisa membuatmu menjadi workaholic.
Baca Juga : Menghadapi Generation Gap di Tempat Kerja |
Berbeda dari bekerja keras, bekerja cerdas tak melihat produktivitas sebagai satu-satunya hal yang ingin diraih. Orang yang bekerja cerdas biasanya sudah memiliki pengalaman di dunia kerja dan paham bahwa ada hal lain yang sama pentingnya seperti produktivitas, yaitu efisiensi kerja dan kualitas dari hasil pekerjaan. Terkadang, ketika produktivitas menjadi acuan utama, kualitas dari hasil pekerjaan menjadi nomor dua. Sebab, yang terpenting adalah seberapa banyak kamu bekerja dan seberapa keras kamu menunjukkan usahamu dalam bekerja.
Sementara itu, mereka yang bekerja cerdas mementingkan efisiensi kerja; yaitu bagaimana menyelesaikan pekerjaan yang ada dengan waktu dan tenaga yang lebih sedikit. Selain efisiensi kerja, kualitas pekerjaan juga menjadi sama pentingnya dengan kuantitas. Terkadang, di bawah jargon bekerja keras, kualitas kerja pun dikorbankan demi mencapai kuantitas yang ditargetkan. Hal itu tidak terjadi bagi orang yang bekerja cerdas. Mereka akan berefleksi dan memutar otak untuk mencari strategi kerja yang paling baik serta menyeimbangkan antara kuantitas dan kualitas. Apabila bekerja keras membutuhkan konsistensi dan ketekunan, bekerja cerdas membutuhkan pengetahuan dan kreativitas.
Apabila terlalu bekerja keras bisa membuatmu menjadi workaholic, mereka yang bekerja cerdas akan lebih mudah dalam menerapkan work-life balance. Sebab dengan cara kerja yang efisien, mereka akan mampu meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan hal-hal lain seperti bertemu teman dan keluarga.
Pada akhirnya, meski bekerja keras dan bekerja cerdas adalah dua hal yang berbeda, tapi keduanya bisa melengkapi satu sama lain. Sebab, tak jarang untuk bisa bekerja cerdas kita harus mampu bekerja keras dahulu. Dengan bekerja keras, kita bisa mengetahui sampai di mana kemampuan kita dalam hal produktivitas. Baru setelah menemukan ritme kerja tersebut dan mencapai produktivitas, kita bisa mengubah strategi agar cara kerja lebih efisien.