Tempat kerja menjadi melting pot dari beragam individu, termasuk individu dari usia yang berbeda-beda. Seringkali, tempat kerja menjadi bukti akan adanya perbedaan antar generasi. Sekarang, setidaknya ada 4 generasi yang menghidupi tempat kerja pada masa ini, yaitu generasi Baby Boomers (1956-1964), generasi X (1964-1981), generasi Y atau Millennials (1982-1995), dan generasi Z (1996-2015). Masing-masing generasi ini tumbuh besar di era yang berbeda-beda, di mana-mana masing-masing era memiliki konteks sosialnya masing-masing. Misalnya, generasi Z seringkali dijuluki sebagai digital native karena mereka lahir di era di mana teknologi digital sudah menjadi bagian dari keseharian.
Tumbuh besar di era yang berbeda, masing-masing generasi bisa memiliki pola pikir, cara berkomunikasi, dan aspirasi yang berbeda. Setidaknya ada dua tantangan yang muncul dari kesenjangan generasi di tempat kerja, yaitu kesulitan berkomunikasi dan perbedaan pola pikir. Contohnya, generasi yang lebih tech-savvy seperti Millennials dan Gen Z mungkin cenderung lebih memilih untuk berkomunikasi melalui online workspace seperti Slack, Notion, dan Trello.
Ilustrasi Gap di Tempat Kerja/ Foto: Rodnae Production - Pexels |
Sedangkan untuk generasi yang lebih tua seperti Baby Boomers dan Generasi X lebih memilih untuk berkomunikasi lewat WhatsApp. Tak hanya itu, masing-masing generasi juga bisa memiliki ekspektasi yang berbeda dalam hal pekerjaan. Misalnya, perbedaan ekspektasi akan benefit yang didapatkan dari perusahaan dan juga budaya kerja di perusahaan.
Apabila tidak diatasi, hambatan-hambatan ini bisa menimbulkan adanya ketidaknyamanan hingga kesalahpahaman ketika bekerja dalam tim. Untuk mengatasi generation gap di tempat kerja, pertama kita harus mengenali dulu apa saja yang menjadi karakteristik dari masing-masing generasi.
Ilustrasi bekerja di kantor/ Foto: Yan Yunkrov - Pexels |
Generasi Z
Sebagai digital natives, generasi ini sudah terbiasa dalam menggunakan teknologi digital dalam keseharian. Selain itu, mereka juga tumbuh di era globalisasi dan media sosial, yang mungkin membuat mereka lebih terbuka dengan isu-isu seperti kesetaraan gender dan kesetaraan ras. Isu kesehatan mental juga penting bagi generasi Z. Oleh karena itu, Gen Z mungkin lebih berhati-hati dalam memilih tempat kerja. Bukan karena mereka picky, tapi karena mereka menginginkan budaya kerja dan kondisi kerja yang sehat. Selain itu, bekerja secara remote juga populer di kalangan generasi Z. Fleksibilitas pun menjadi salah satu hal yang dicari-cari oleh Gen Z ketika memilih tempat kerja.
Generasi Y (Millennials)
Generasi Millennials mungkin saat ini adalah populasi terbesar dalam angkatan kerja. Meski bukan digital natives seperti Gen Z, generasi ini juga lebih familiar dengan penggunaan teknologi digital dalam keseharian dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Sebab, mereka tumbuh dewasa di era transisi ketika teknologi digital semakin populer. Mereka menyukai efisiensi dan efektivitas kerja. Di tempat kerja, mungkin saja mereka lebih memilih untuk berkomunikasi lewat pesan singkat dengan kolega-kolega mereka, ketimbang harus berbicara langsung. Millennials juga menghargai adanya work-life balance dan juga kesempatan untuk mengembangkan karir ke jenjang yang lebih tinggi.
Generasi X
Terlahir di antara generasi Millennials dan Baby Boomers, Generasi X adalah generasi yang mencoba untuk mengikuti perkembangan teknologi seiring dengan kehadiran Millenials dan Generasi Z. Generasi X dipandang sebagai pekerja keras, mandiri, dan bertanggung jawab secara finansial. Seperti Millennials, Generasi X juga menghargai adanya work-life balance. Mereka biasanya menginginkan adanya batas yang jelas antara kehidupan kerja dan kehidupan privat. Agar nantinya, mereka juga bisa meluangkan waktu untuk menekuni bidang-bidang yang mereka sukai.
Generasi Baby Boomers
Generasi ini adalah generasi tertua yang sekarang mungkin ada di angkatan kerja. Lahir di tahun 50an hingga 60an, generasi ini dikenal sebagai pekerja keras yang gigih dan memiliki etika kerja yang baik. Mereka lahir di masa sebelum teknologi digital populer, oleh karenanya mereka mungkin cenderung lebih memilih untuk berinteraksi secara langsung ketimbang secara digital. Dari segi pola pikir, Baby Boomers mungkin akan lebih berbeda dengan generasi yang lebih muda seperti Millenials dan Generasi Z.
Ilustrasi gap tempat kerja/ Foto: Rodnae Production - Pexels |
Setelah mengetahui perbedaan karakteristik ini, lalu apa yang harus dilakukan untuk menjembatani adanya gap antar generasi? Generasi Z mungkin saja merasa lebih inferior karena dianggap tidak seprofesional Generasi Baby Boomers atau Generasi X. Padahal, etika kerja mereka tidak kalah baiknya dengan generasi lain. Di satu sisi, Generasi X dan Baby Boomers mungkin saja merasa inferior karena dianggap tidak open-minded dan tech-savvy. Padahal, masing-masing generasi bisa belajar dari satu sama lain. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada!
1. Berkomunikasi secara rutin
Dengan berkomunikasi secara rutin, kamu dan rekan kerja dari generasi yang berbeda bisa lebih mengenal satu sama lain. Kalian bisa berbicara tentang apa saja hal-hal yang kalian sukai atau tidak sukai. Tentunya, pasti akan ada perbedaan pendapat. Tapi perbedaan pendapat tidak harus menjadi masalah apabila kalian bisa berdiskusi dengan sehat dan berkompromi dengan satu sama lain.
2. Mengapresiasi pekerjaan rekan kerja
Mengapresiasi hasil kerja adalah hal sederhana yang kadang terlupakan. Padahal dengan mengapresiasi, kita bisa menghapus sekat-sekat atau keberjarakan yang muncul karena perbedaan usia. Jika kamu memiliki rekan kerja yang usianya terpaut jauh, jangan ragu untuk mengucapkan terima kasih atas bimbingan yang ia berikan. Harapannya, setelah kamu menunjukkan apresiasi rekan kerjamu juga bisa mengapresiasi kerja keras yang telah kamu lakukan. Sebab, masing-masing dari kita, berapapun usianya, pasti ingin mendapat apresiasi setelah bekerja keras.
3. Menghabiskan waktu bersama di luar kantor
Di kantor, mungkin kita akan merasa lebih segan untuk mengenal rekan-rekan kerja yang lain karena dibatasi oleh profesionalitas dan komunikasi formal. Apabila sulit untuk mengenal satu sama lain di kantor, perusahaan bisa berinisiatif memuat sesi outing. Sesi outing ini bisa menjadi kesempatan untuk bercengkrama dan membahas hal-hal lain di luar pekerjaan. Siapa tahu, kalian bisa menemukan banyak kesamaan di antara perbedaan-perbedaan yang ada.
4. Membuat sesi mentoring secara rutin
Sesi mentoring cocok untuk dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas di kala terjadi perbedaan generasi. Dalam sesi ini, generasi yang lebih senior bisa bercerita seputar pengalaman kerja mereka dan memberikan ilmu-ilmu bagi generasi yang lebih muda. Sedangkan, generasi yang lebih tua bisa menyampaikan kendala atau tantangan yang mereka hadapi di dunia kerja.
Meski terkadang perbedaan generasi menimbulkan hambatan untuk bisa bekerja secara maksimal, jangan sampai perbedaan ini menjadi halangan bagi kita untuk mencoba mengatasinya. Sebab, barangkali ada lebih banyak persamaan dibandingkan perbedaan yang kalian miliki!
(ANL/DIR)