Setiap manusia pastinya tidak terlepas dari masalah, entah itu dengan diri sendiri, teman, pasangan, rekan kerja, keluarga, atau lainnya yang membuat kondisi seseorang menjadi naik turun. Menghadapi masalah bukanlah perkara mudah, seseorang bisa membawa masalah pribadinya ke lingkungan kerja atau sebaliknya, baik itu sengaja maupun tidak sengaja.
Meskipun pada dasarnya kita bisa membedakan dengan jelas antara urusan pribadi dengan pekerjaan, tetapi ketika dieksekusi ternyata tidak sesederhana itu. Pada akhirnya, masih banyak orang yang sampai saat ini belum bisa memisahkan antara urusan pribadi dan pekerjaan. Mencampur urusan pribadi dengan urusan pekerjaan dapat membuat seseorang menjadi tidak bisa bersikap profesional, bahkan mencederai profesionalisme. Dikutip dari riset yang dilakukan oleh Bensinger dan DuPont & Associates, 47 persen karyawan mengatakan bahwa masalah pribadi terkadang dapat mempengaruhi kinerja mereka. Lebih dari 16 persen juga mengatakan bahwa masalah pribadi mereka dapat menyebabkan ketidakhadiran (bolos kerja), dan hampir setengahnya sulit untuk berkonsentrasi.
Alasan kenapa memisahkan urusan pribadi dengan pekerjaan itu penting, adalah untuk menciptakan keseimbangan. Kalau kamu tidak mampu menciptakan batasan tersebut, akan muncul situasi yang memberikan dampak pada kondisi jiwa dan fisik kamu seperti produktivitas yang menurun, rentan mengalami stres kerja, dan sulit mengatur waktu untuk urusan pribadi dan pekerjaan. Masalah pribadi terjadi bukan hanya konflik personal dengan rekan kerja, masalah pribadi bisa muncul dari hubungan yang tidak harmonis dengan pasangan, kelelahan merawat anggota keluarga yang sedang sakit, masalah dengan orang tua, bertengkar dengan saudara, masalah dengan diri sendiri, dan lain-lain.
Ketidakmampuan untuk memisahkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan terkadang dapat membuat seseorang melampiaskan emosi dari masalah kantor ke kehidupan pribadi, yang mengakibatkan munculnya berbagai masalah yang menyita pikiran. Tidak jarang, ada saja seseorang yang berhasil dalam kariernya, tapi gagal memiliki kehidupan yang sehat. Begitu pun sebaliknya, tidak sedikit orang yang mempunyai kehidupan pribadi yang baik, tapi kinerjanya buruk dalam pekerjaan.
Seperti Nadia (24) misalnya, saat sedang ada masalah dengan pacarnya, membuat dia menjadi tidak mood dan menjadi gampang marah saat bekerja di kantor. Atau Sheila (22), yang membuat dia dan pasangannya harus "dipaksa" kehilangan pekerjaan karena bosnya tidak suka ada hubungan asmara dalam satu kantor. "Gue dibikin enggak nyaman di kantor dan akhirnya secara enggak langsung, gue dipaksa buat resign sama bos gue. Setelah gue cari tahu alasannya, ternyata bos gue enggak suka kalo gue ada affair sama rekan kerja gue sendiri." Memang aneh, tapi nyata adanya.
Salah satu akibat paling fatal kalau kamu tidak bisa memisahkan antara urusan pribadi dengan pekerjaan, bisa jadi kamu malah melampiaskannya kepada orang yang salah. Misalnya seperti kasus Nadia tadi, dia melampiaskan kemarahannya pada rekan kerjanya. Rekan kerjanya yang tidak tahu alasannya bisa jadi malah menjauh dari Nadia, dan hubungannya pun jadi memburuk.
Lebih parahnya lagi, kalau kamu adalah seorang pemimpin, kegagalan memisahkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan adalah sebuah kesalahan fatal. Kamu tidak akan bisa melihat sebuah persoalan dengan jernih, dan tidak bisa mengambil keputusan secara bijaksana. Kalau kamu adalah seorang pegawai atau bawahan, ketidakmampuan memisahkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan dapat menghambat pekerjaanmu. Kalau sudah begitu, karier kamu yang menjadi taruhannya.
Memisahkan antara kehidupan pribadi dan urusan kantor bisa bermanfaat untuk kesejahteraan mental kamu, mengurangi stres, bahkan bisa juga meningkatkan dinamika sosial di kantor. Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa tips untuk memisahkan antara masalah pribadi dengan pekerjaan.
1. Matikan Push Notification
Hal ini bisa kamu lakukan ketika sudah sampai di rumah, sehingga pesan yang berhubungan dengan kantor tidak masuk ketika sudah melewati jam kerja. Sebaliknya, notifikasi untuk urusan rumah atau pribadi bisa dimatikan ketika kamu berada di kantor. Dengan begitu, urusan pribadi dan kantor tidak akan mengganggu satu sama lain. Selain itu, profesionalisme di tempat kerja juga akan terjaga dan waktu istirahat di rumah tidak akan terganggu.
2. Atur Waktu
Ingatlah bahwa segala sesuatu itu ada waktunya. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk bermain bersama teman, ada waktu untuk me time, ada waktu untuk bersantai dengan keluarga, ada waktu untuk serius, ada juga waktu untuk bersikap santai dan menyenangkan. Kalau sekarang waktu untuk bekerja serius di kantor, bekerjalah dengan serius dan kesampingkan dulu urusan pribadi. Kalau sekarang saatnya untuk beristirahat atau bermain bersama teman, urusan pekerjaan juga harus kamu kesampingkan.
3. Susun Schedule
Susunlah jadwal yang jelas kapan kamu harus mengerjakan ini atau mengerjakan hal lain, mana yang harus diberi perhatian lebih dan mana yang bisa dikesampingkan, kapan kamu bertemu orang ini dan kapan kamu bertemu orang itu. Jadwal bisa membantu kamu untuk tetap fokus pada apa yang sudah kamu rencanakan.
4. Pahami Job Description
Penting untuk memastikan semua orang kantor paham akan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Untuk memastikan urusan pribadi dan pekerjaan tidak tercampur, pastikan rekan kerjamu tidak membebanimu dengan pekerjaan ekstra yang bukan tanggung jawabmu. Jangan jadi orang yang palugada (apa lu mau gua ada), hal ini membuat keseimbangan kerja dan kehidupan pribadimu jadi terganggu.
Memisahkan antara kehidupan pribadi dan urusan kantor memang tidak mudah, tetapi tidak ada salahnya kalau kita juga berusaha untuk mencobanya. Pastikan juga kamu memiliki waktu untuk me time agar bisa mendapatkan kehidupan pribadi dan profesional secara adil. Memisahkan antara urusan pribadi dengan pekerjaan itu sangat penting, karena hal tersebut juga bisa menciptakan work-life balance di kehidupanmu.
Baca Juga : Bahaya Glorifikasi Hustle Culture |