Presiden Indonesia Prabowo Subianto sepertinya benar-benar serius ingin meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia sejak dini dengan program makan siang gratis yang diinisiasinya. Isi piringnya pun mulai dari karbohidrat, vitamin mineral, protein, dan susu untuk melengkapinya. Bahkan tak terkecuali menu-menu untuk anak-anak berkebutuhan ekstra misalnya anak-anak yang alergi dengan laktosa disediakan alternatifnya, yakni susu ikan.
Ya, susu ikan. Sebuah gebrakan baru yang dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk menjadi alternatif dari susu sapi, yang kebanyakan dikonsumsi selama ini. Jika masyarakat dunia menemukan susu alternatif dari kacang-kacangan, kenapa tidak kita membuatnya dari ikan? Apalagi kita adalah negara kepulauan yang sebagian besar dikelilingi oleh laut. Tentu lebih mudah untuk membuatnya, bukan?
Penemuan besar ini ternyata bukan hanya menjadi sorotan di negara kita saja. Kabar rilisnya susu ikan pun menjadi perbincangan di seluruh dunia, bahkan digadang-gadang akan menjadi tren terbaru untuk orang-orang yang alergi laktosa dan vegetarian.
Meskipun sudah masuk sampai ke portal-portal berita Australia, New Zealand, dan Amerika Serikat, namun pemberitaan terkait susu ikan ini ditanggapi masyarakat setempat dengan kelakar dan ketidakpercayaan.
Dalam artikel yang terbitkan New York Post berjudul Controversial 'fish milk' touted as a drink option with kids' meals: 'It just tastes like normal milk', memicu beragam komentar netizen setempat.
Walaupun terkesan aneh, tetapi pemerintah tetap percaya diri ingin mengentaskan stigma awal dan membungkam ejekan dengan membuktikan manfaat serta kandungan gizi dari susu ikan tersebut.
Susu Ikan dan Segala Manfaatnya
Tidak seperti dipikiran para netizen ini, jangan dibayangkan susu ikan berasal dari susu ikan mamalia atau berbau amis seperti makan ikan. Susu ini merupakan hasil olahan dari bubuk ikan yang mengandung protein dan nutrisi tinggi.
Susu ikan berasal dari ekstraksi ikan yang mengandung protein tinggi, biasanya dari jenis ikan yang kaya akan omega-3 dan asam lemak esensial. Ekstrak ikan ini dapat dalam bentuk cair atau bubuk, sehingga disebut "susu ikan" karena kemiripannya dengan susu sapi dari segi bentuk olahan dan manfaat kesehatan.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakit Wahyu Trenggono, mengatakan kalau susu ikan ini menjadi salah satu alternatif dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Presiden Prabowo. Ia meyakinkan kalau susu ikan mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi, tidak seperti susu alternatif kacang-kacangan yang kita tahu.
"Susu ikan merupakan salah satu alternatif, itu bagian dari inovasi terkait kebutuhan susu yang tinggi sekali, sementara ikan-ikan yang kecil itu bisa diekstrak menjadi tepung yang kemudian berubah menjadi susu," ujar Sakti Wahyu Trenggono seperti dikutip dari Antara.
Mendukung pernyataan Sakti, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Bioindustri Laut dan Perairan Darat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ekowati Chasanah mengatakan susu ikan yang dihasilkan oleh teknologi hidrolisat protein ikan (HPI) bermanfaat untuk mengatasi permasalahan stunting. Lewat kandungan asam aminonya, bubuk ikan hidrolisat ini mampu memenuhi kebutuhan protein dan mempercepat pertumbuhan.
"HPI memiliki potensi sebagai produk untuk mengatasi masalah gizi seperti stunting dan kebutuhan protein tinggi untuk pemulihan kesehatan," ujarnya.
Dalam prosesnya, susu ikan ini memanfaatkan enzim untuk memecah protein ikan menjadi peptida yang lebih pendek, jadi lebih mudah terserap tubuh. Hal ini bisa memberikan keuntungan yang lebih sebagai anti-hipertensi dan anti-mikroba. Supernya lagi, susu ikan ini digadang-gadang lebih baik dari susu sapi karena lebih cepat meningkatkan hormon pertumbuhan bila dikonsumsi oleh anak-anak.
"Hidrolisat memang memiliki banyak keunggulan dibandingkan bentuk protein lainnya, terutama karena protein yang sudah terhidrolisis menjadi lebih pendek sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh, dan memiliki berbagai manfaat kesehatan seperti anti-hipertensi dan sifat fungsional lainnya," kata Ekowati.
Soal manfaat dan kandungannya, kamu tidak perlu khawatir. Susu ikan mengandung Omega-3, bebas laktosa, protein, vitamin dan mineral, dan tentu saja tinggi kandungan kalsium. Proses pembuatannya pun menggunakan bioteknologi yang melibatkan enzim untuk memecah protein ikan, dan produk akhirnya diformulasikan dengan perasa dan bahan lain disesuaikan dengan selera masyarakat.
Masih Dipertanyakan
Harus diakui langkah Indonesia untuk menciptakan sebuah terobosan baru patut diapresiasi. Menurut penelusuran CXO Media dari berbagai portal jurnal internasional, belum ada peneliti yang meneliti tentang susu ikan, sebab memang belum ada orang di dunia yang berinovasi tentang susu ikan. Bahkan salah satu negara pengonsumsi ikan terbesar di dunia seperti Jepang pun tidak kepikiran.
Kemajuan dalam kreativitas pembuatan pangan alternatif terbaru juga tidak terlepas dari banyaknya kekurangan. Apalagi susu ikan memang diciptakan dengan teknologi Indonesia yang 'berkembang', bukan teknologi yang lebih maju. Dalam proses produksinya saja, susu ikan masih punya beberapa masalah.
Misalnya enzim protease yang hingga kini produksinya belum mencukupi dan belum sesuai untuk produksi HPI di Indonesia. "Meskipun penggunaannya sedikit, ketergantungan pada produk impor masih menjadi tantangan dalam produksi susu ikan dalam negeri," ucap dia.
Demi mengatasi masalah tersebut, Ekowati mengaku masih membutuhkan bantuan pemerintah untuk mengembangkan enzim lokal yang disesuaikan untuk produksi HPI tersebut. Ditambah lagi concern lainnya, seperti impor ikan yang dilakukan oleh pemerintah masih tinggi. Sehingga penggunaan bahan baku yang digunakan mungkin tidak 100 persen dari dalam negeri.
Terlepas dari uniknya penciptaan yang diinisasi oleh pemerintah kita sampai-sampai dianggap kelakar oleh masyarakat dunia, namun susu ikan ini mungkin saja akan menjadi sebuah tren yang lebih booming dari tren pengganti susu sapi lainnya seperti oatmilk, almond milk, atau susu-susu lainnya. Meskipun sejujurnya, daripada disebut "susu", produk ini lebih masuk akal disebut bubuk ekstrak ikan.
Patutnya, sebagai warga negara seharusnya kita bisa melihat ini sebagai langkah kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, di mana kita ternyata mampu dilirik oleh masyarakat dunia karena prestasinya, walaupun out-of-the box. Jadi berbanggalah!
(DIR/tim)