Interest | Wellness

Joki Lari Hadir untuk Jadi Solusi Orang yang Cuma FOMO

Rabu, 17 Jul 2024 18:30 WIB
Joki Lari Hadir untuk Jadi Solusi Orang yang Cuma FOMO
Joki Lari Hadir untuk Jadi Solusi Orang yang Cuma FOMO/Foto: Unsplash
Jakarta -

Berolahraga, terutama lari, sepertinya sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kota-kota besar di Indonesia. Ini terlihat dari banyaknya event lari—nasional maupun internasional—yang diadakan sepanjang tahun di Indonesia. Mulai dari event yang memang sudah tahunan, ataupun acara korporat yang sengaja dibuat untuk mendukung gaya hidup kaum urban ini.

Jadi, muncullah pemikiran kalau tidak lari, ya tidak up-to-date. Inilah yang membuat masyarakat—yang kebanyakan anak muda—jadi merasakan fear of missing out (FOMO). Sebagian dari mereka pun berbondong-bondong untuk ikut serta dalam antusiasme ini. Mulai dari membeli baju terbaik untuk lari, sepatu lari yang tengah tren, aksesoris olahraga yang semakin mutakhir, hingga tak lupa mengunggah pencapaian sejauh mana mereka berlari setiap harinya.

Sebenarnya, tak ada masalah kalau kita menyukai olahraga. Justru hal tersebut menjadi sesuatu yang baik, karena di tengah kesibukan bekerja atau berkegiatan, kita masih memikirkan kesehatan dengan berolahraga. Tapi, yang disayangkan adalah tren olahraga yang baik ini, justru menciptakan keinginan individu untuk flexing pencapaian dengan cara yang tak wajar sampai memunculkan fenomena joki lari atau joki aplikasi lari.

Joki Lari Hadir Buat Unjuk Pencapaian Instan

Jujur saja, rata-rata orang Indonesia cukup pintar melihat momen dan menjadikannya peluang usaha, salah satu contohnya dengan membuka usaha joki aplikasi lari ini. Jadi, para joki ini memberikan jasa untuk menggantikan orang lain untuk berlari dan hasilnya akan dikirim kepada mereka yang sudah membayar. Kemudian, hasil "pencapaian" ini diunggah di media sosial.

Kebanyakan dari mereka menggunakan aplikasi Strava, yakni aplikasi kebugaran sosial yang bisa melacak hasil kegiatan olahraga seseorang mulai dari lari, bersepeda, berenang, hiking, sampai olahraga-olahraga ekstrem. Aplikasi ini memanfaatkan data GPS untuk melihat aktivitas para penggunanya dan bisa dibagikan ke media sosial yang ada.

Adapun Strava memiliki fitur perekaman aktivitas yang terdiri dari rute, jarak, kecepatan, waktu, tenaga, heart rate, dan ketinggian. Dengan begitu pengguna bisa melacak pencapaian yang mereka inginkan. Sekilas sebenarnya berolahraga dengan aplikasi seperti ini terlihat menyenangkan, namun entah mengapa sebagian orang justru terlihat malas untuk bersusah payah untuk meraih pencapaian dengan tenaga mereka sendiri.

Tim CXO Media pun tertarik untuk menelusuri para pemberi jasa ini di media sosial. Di Instagram, hanya satu akun yang terlihat terpercaya untuk memberikan jasa ini dengan memberikan bukti screenshot aplikasi Strava pencapaian mereka sebagai portfolio. Tak berbeda ketika kami menelusurinya di platform X. Beberapa akun joki pun mengiklankan jasa mereka untuk berlari ditambah bukti jasa yang telah mereka lakukan.

Hebohnya kemunculan jasa joki ini membuat beberapa influencer terdorong untuk mengunggah tweet satir seperti unggahan dari dr.Tirta yang terkenal punya hobi lari. Netizen pun tak kalah heran dengan peminta jasa yang rela mengeluarkan uang hanya demi validasi yang mungkin tak seberapa itu.

Daripada FOMO Lebih Baik Lari

Berbagai penelitian kesehatan mental dalam negeri maupun mancanegara membuktikan bahwa FOMO hanya memberikan dampak buruk bagi mental seseorang. Sebuah studi pada 2022 lalu di Amerika Serikat menunjukkan bahwa gejala depresi dan kecemasan makin memburuk seiring waktu kita menghabiskannya di media sosial.

FOMO ini muncul menjadi emosi negatif yang diakibatkan oleh kebutuhan keterhubungan sosial yang tidak terpenuhi. Sama halnya dengan situasi saat ini, orang yang mungkin tidak mampu secara fasilitas, rela membayar untuk terlihat setara dengan orang yang punya fasilitas tersebut.

Adapun dampak dari FOMO terhadap kesehatan mulai dari sering mengalami tegang perut, sakit kepala, nyeri dan pegal-pegal badan, jantung berdebar yang tak wajar, kecemasan, perasaan tertekan secara emosional, hingga emosi yang tidak stabil. Nah, daripada mengalami hal-hal ini, lebih baik lari.

Dengan lari "sungguhan" kamu justru mendapatkan manfaat yang lebih baik. Lari bermanfaat untuk menghilangkan stres, melatih kesehatan jantung, menjaga berat badan, mengurangi risiko kanker, meningkatkan kualitas tidur, dan tentu saja membuat kondisi mentalmu jadi lebih positif.

Pamer pencapaian kepada orang lain sebenarnya adalah hak setiap manusia. Hal itu mungkin saja bisa meningkatkan kepercayaan diri. Namun jika suatu pencapaian itu dilakukan bukan dari diri sendiri, bukankah itu justru malah membohongi diri dan membuatmu makin mengejar validasi yang tak nyata?

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS