Anak muda dan gaya hidup sehat adalah dua hal yang lebih sering berlawanan ketimbang saling menyertai. Makan yang tidak terkontrol, jam tidur kurang, hingga kurang berolahraga, lazim ditemui di kalangan muda-mudi. Tapi di balik gaya hidup yang mindless ini, bahaya diabetes mengintai. Survei dari International Diabetes Federation (2021) menempatkan Indonesia sebagai negara ke-5 dengan jumlah kasus diabetes terbanyak di dunia. Artinya, diabetes adalah persoalan kesehatan masyarakat yang harus segera ditangani.
Tak hanya orang dewasa, anak-anak dan remaja pun juga beresiko terkena diabetes. Hal inilah yang mendorong berdirinya komunitas Sobat Diabet. Berdiri sejak 2013, Sobat Diabet berawal dari inisiatif sekelompok anak muda yang peduli dengan tingginya kasus diabetes di kalangan anak muda. Lewat berbagai aktivasi dan konten edukasi, Sobat Diabet berhasil mendekatkan isu kesehatan yang selama ini cenderung terasa berjarak.
Perkenalan dengan Sobat Diabet
Saat ini, Sobat Diabet adalah satu-satunya komunitas anak muda berskala nasional yang memiliki misi di bidang pencegahan diabetes. Anggota Sobat Diabet terdiri dari anak muda berusia kurang dari 35 tahun dan memiliki kurang lebih 500 relawan yang tersebar di berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Bali, dan Papua. Pada 12 Mei mendatang, komunitas ini menginjak usianya yang ke-10.
Menjaga keberlanjutan dari sebuah komunitas tentunya bukan hal yang mudah, apalagi dengan misi yang menantang seperti mengajak anak muda untuk hidup sehat. CXO Media berkesempatan untuk berbincang dengan Founder Sobat Diabet, dr. Rudy Kurniawan, mengenai kasus diabetes di kalangan anak muda, pentingnya memulai gaya hidup sehat sejak dini, hingga bagaimana komunitas ini bisa konsisten dalam menjadi inisiator social movement di bidang kesehatan.
Gimana awal mula Sobat Diabet berdiri?
Awalnya berupa social movement, sebetulnya. Waktu itu saya dan co-founder yang punya keluarga diabet, pas (masih jadi) anak-anak mahasiswa ngekost, kita selalu udah separate minuman manis, kita jaga makanan. Bentuk campaign waktu itu di Twitter. Tapi sekarang kita tidak aktif di Twitter, tapi kita ada di Instagram, website dan beberapa platform lain. Mulai dari situ, akhirnya terbentuk komunitas.
Sobat Diabet ingin memberikan energi ke arah prevention, sebetulnya itu. Jadi Sobat Diabet ini adalah komunitas anak muda, dan justru mayoritas itu bukan penyandang diabetes, tapi memang anak muda yang punya visi yang sama tentang pencegahan. Kenapa anak muda? Karena kita targetnya preventif. Diabetes itu, kan, terjadi bukan 1-2 minggu atau 1-2 tahun ya, tapi karena hidup yang sudah lama.
Sayangnya, pendidikan kesehatan itu belum masuk ke dalam sekolah dasar atau SMP. Nggak ada yang ceritain seberapa banyak gula yang harus dikonsumsi dan kenapa. (Di sini) mungkin Sobat Diabet bisa membantu mengisi kekosongan.
Siapa saja yang tergabung di dalam komunitas Sobat Diabet dan bagaimana caranya bergabung?
Siapa saja boleh bergabung. Jadi anggota kami tuh jangan dipikir tenaga kesehatan ya. Ada yang dari ekonomi, ada yang psikolog, ada yang desain, arsitektur, segala macam. Pokoknya, yang penting punya misi untuk kesehatan. Kita kumpulkan dalam setahun itu ada 2 kali penerimaan.
Setelah penerimaan kita kumpulkan, kita kasih briefing karena tidak semua berlatar-belakang kesehatan. Pembukaan mengenai diabetes secara umum, nutrisi, olahraga, dan bagaimana cara komunikasi kita untuk menyampaikan edukasi diabetes. Itu namanya kita sebut sebagai Sobat Diabet Academy. Itu ada 2 part, ada yang basic sama yang lanjutan. Basic itu buat semuanya, kalau yang lanjutan khusus tenaga kesehatan yang menjadi edukator.
Selama ini, apa saja kegiatan yang dilakukan Sobat Diabet?
Jadi materi-materi yang kita kerjakan sehari-hari memang fokusnya ke prevention, tapi dengan langsung, misalnya kemarin kita baru menyelesaikan satu acara nih, cooking class, di situ kita selipkan dengan edukasi. Jadi bukan edukasi dalam satu arah (seperti) orang kuliah, tapi edukasinya lebih smooth dalam bentuk aktivitas supaya anak-anak muda ini jadi apa ya, nggak bosen, terus lebih masuk juga insight mereka, kayak gitu.
Kalau kita ada acara kemudian ada donasi sebagian biasa kita belikan atau kita kerjasamakan untuk obatnya glukometer, kemudian sepatu diabetes, terus kursi roda. Karena kalau obat-obatan kan di-cover sama BPJS. Kenapa kursi roda, kenapa sepatu? Ini biasanya menargetkan kepada mereka yang kaki diabetes.
Di luar itu, ada juga kampanye #hands4diabetes yang bekerja sama dengan perusahaan swasta dan institusi akademis atau rumah sakit; kunjungan dan edukasi ke sekolah maupun kampus; serta menjadi pembicara dalam berbagai acara, seperti AMSA (Asian Medical Students Association), CIMSA (Center for Indonesian Medical Students' Activities), Dinas Kesehatan DKI, Nutrition Fair IPB, dan lainnya.
Apa saja tantangan yang dihadapi Sobat Diabet dalam mencapai tujuan?
Kita, kan, semuanya relawan, sehingga salah satu tantangan adalah bagaimana membagi waktu. Ada yang kuliah, ada yang memang bekerja di tahun-tahun awal. Ada relawan yang sifatnya relawan aktif dan relawan pasif. Aktif itu artinya pegang cabaran khusus lah. Ada bagian event, ada educator sama content writer, terus ada bagian desain, dan untuk social media. Yang terakhir ini Sweet Heroes, Sweet Heroes itu isinya penyandang diabetes, tapi memang nggak banyak.
Karena kami sepenuhnya adalah kerelawanan, menjadi tantangan bagi kami untuk menjaga komitmen dan membagi waktu. Belum ada yang full timer di Sobat Diabet. Namun, kami percaya, apa yang kami lakukan dapat menjadi penyemangat untuk semua relawan dan generasi muda.
Setelah 10 tahun bergerak, apa rencana Sobat Diabet di masa mendatang?
Kami berharap, Sobat Diabet semakin berdampak untuk generasi muda di Indonesia. Kami ingin membentuk chapter Sobat Diabet di semua provinsi di Indonesia. Bukan tidak mungkin suatu saat juga bisa go international.
(ANL/tim)