Selama ini, kita kerap mendengar semacam "ajakan" untuk berbuka puasa dengan sesuatu yang manis. Tak sedikit pula umat Islam yang menyangka bahwa ujaran ini merupakan hadis, atau perkataan Nabi Muhammad SAW yang kemudian menjadi landasan syariat Islam. Padahal, yang disarankan oleh Nabi Muhammad SAW adalah untuk menyegerakan berbuka dengan makan kurma berjumlah ganjil seperlunya dan minum air putih. Ujaran yang selama ini kita sering dengar, tak lain hanyalah slogan atau tagline dari sebuah merek minuman manis. Lantas, apakah kebiasaan berbuka puasa dengan makanan atau minuman manis yang kepalang menjamur ini sehat?
Sudut Pandang Medis
Melalui perbincangan dengan narasumber dr. Rudy Kurniawan, SpPD, MM, MARS, CXO Media mendapat informasi bahwa berbuka puasa dengan yang manis adalah hal yang disarankan untuk dilakukan. Mengonsumsi makanan atau minuman manis ketika berbuka bisa menggantikan kadar gula yang rendah selama berpuasa seharian. Sayangnya, banyak dari kita yang melakukannya dengan kebablasan.
Jika terlalu sering mengonsumsi makanan atau minuman manis ketika berbuka tanpa diatur, ada risiko diabetes yang mengintai. Bagi yang sudah menderitanya, hal ini lebih parah lagi, karena kadar gula di dalam tubuh bisa menjadi terlalu acak atau tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan gula bagi tubuh, dr. Rudy Kurniawan menyatakan bahwa makanan-makanan seperti karbohidrat, bila telah dicerna dan diolah oleh tubuh, bisa memberikan asupan gula secara memadai. Kesimpulannya, gula tambahan sebenarnya tidak dibutuhkan bagi tubuh kita.
Namun, hal ini bukan berarti kita sama sekali tidak boleh mengonsumsinya. Jika asupan gula tambahan per hari berada di bawah angka 50 gram, sebenarnya hal tersebut masih diperbolehkan. Yang jadi sulit adalah menghitung asupan ini, karena seperti yang disebutkan sebelumnya, terdapat kandungan gula dalam makanan-makanan lain yang mungkin tidak terhitung oleh kita.
Maka dari itu, dr. Rudy Kurniawan menyarankan untuk meminimalisir atau menghindari saja asupan gula berlebih bila bisa. Lebih lanjut lagi, ia juga menyatakan bahwa kita perlu cerdas dalam memilah informasi terkait nutrisi. Jangan sampai termakan oleh konten pemasaran yang misleading, telusuri sendiri asupan apa saja yang dibutuhkan oleh tubuh kita dan praktikkan pola konsumsi yang sehat.
(cxo/tim)