Hari AIDS sedunia yang jatuh setiap 1 Desember, kerap menjadi pengingat kita betapa penyakit ini bukan sesuatu yang sepele. Salah satu yang menjadi ciri khas hari itu adalah sebuah pita merah yang melingkar. Meskipun terkesan hanya sebuah "pita" belaka, tetapi ada makna yang terkandung di dalamnya.
Cinta untuk Para Pasien
Dikutip World Aids Day, pita merah merupakan lambang universal kesadaran dan dukungan bagi pengidap HIV/AIDS di seluruh dunia. Mengenakan pita adalah cara yang baik untuk meningkatkan kesadaran orang-orang di dunia bahwa ini adalah penyakit yang sulit diberantas dan kita masih harus berjuang untuk melawannya.
Penggunaan simbol ini berawal pada tahun 1991, satu dekade setelah munculnya kasus pertama di dunia, di mana ada 12 seniman berkumpul di sebuah galeri di East Village, New York. Mereka bertemu untuk mendiskusikan proyek baru untuk Visual AIDS, sebuah organisasi seni kesadaran HIV di New York.
Di sanalah mereka menemukan apa yang kemudian menjadi salah satu simbol paling terkenal selama bertahun-tahun lamanya—pita merah yang dikenakan untuk menandakan kesadaran dan dukungan terhadap orang yang hidup dengan penyakit ini. Berbeda dengan hari ini, pada saat iu HIV masih mendapat stigma yang tinggi dan penderitaan pasien HIV sebagian besar masih tersembunyi.
Oleh sebab itu, para seniman ini menciptakan ekspresi visual belas kasih terhadap orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Mereka mengambil inspirasi dari pita kuning yang diikatkan di pohon untuk menunjukkan dukungan terhadap pertempuran militer Amerika Serikat di Perang Teluk.
Selain itu, mereka memutuskan bahwa lingkaran bentuk pita yang elegan, mudah dibuat dan ditiru. Mereka menghindari warna-warna tradisional yang diasosiasikan dengan komunitas LGBTQ. Sebab, para seniman ingin menyampaikan bahwa HIV relevan bagi semua orang. Mereka memilih warna merah karena keberaniannya, dan karena asosiasi simbolisnya dengan gairah, hati, dan cinta.
Simbol Kuat yang Tak Pernah Mati
Pada awalnya, para seniman membuat pita itu dan mendistribusikannya ke galeri seni dan teater di New York. Mereka menyertakan beberapa teks untuk menjelaskan pentingnya pita tersebut, namun seiring dengan semakin terkenalnya pita tersebut, hal ini tak lagi diperlukan.
Dalam beberapa minggu setelah perkenalannya, pita merah bisa dilihat di tempat-tempat terkenal seperti red carpet Oscar. Media memperhatikannya dan dalam waktu singkat, simbol tersebut dikenal secara universal. Pada saat Konser untuk Freddie Mercury diadakan di Stadion Wembley London tahun 1992, lebih dari 100.000 pita merah dibagikan kepada penonton dan artis yang ikut serta.
Pita ini pun menjadi sebuah simbol yang kuat seakan tak pernah mati untuk menjadi kekuatan yang ampuh sebagai upaya meningkatkan kesadaraan masyarakat terhadap HIV/AIDS. Lewat gerakan sederhana karena kepedulian dan empati, membuat simbol ini menjadi sumber kekuatan untuk para pasien.
Selamat Hari AIDS Sedunia!
(DIR/alm)