Kamu mungkin pernah dengar ungkapan 'senyum dan tawa itu menular', sehingga ketika ada orang tersenyum di depanmu, kamu secara tidak sadar ikut tersenyum. Kamu juga mungkin pernah merasakan sakit saat orang yang kita sayangi mengalami kesusahan. Tak heran, banyak yang percaya kalau senyum itu menular. Tapi benarkah demikian?
"Penularan emosi adalah cara untuk menggambarkan bagaimana emosi atau perilaku bisa menyebar antar individu dan/atau kelompok. Manusia adalah makhluk sosial, dan kita bereaksi serta merespons rangsangan di dunia sekitar kita. Tidak mengherankan sebab kita adalah makhluk sosial, emosi dan perilaku kita bisa dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar," kata Jillian Amodio, LMSW, dikutip Very Well Mind.
Pemicu Penularan Emosi
Penularan emosi terjadi ketika seseorang merespons rangsangan yang dirasakannya saat melihat emosi orang lain. Penelitian awal menemukan bahwa penularan emosi terjadi secara tidak sadar, sebagai perilaku yang ditiru berdasarkan apa yang diamati seseorang .Tetapi ada yang lebih dari itu, beberapa faktor psikologis juga berpengaruh pada respons emosionalmu.
"Berbagai faktor bisa mempengaruhi atau memicu penularan emosi. Ini bisa mencakup komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Faktor lingkungan lainnya seperti musik, aroma, dan suasana juga bisa berdampak," kata Amodio.
Misalnya saja, kamu sedang menonton stand up comedy di satu ruangan bersama banyak orang. Ketika mereka menceritakan cerita yang lucu, kamu pun ikut tertawa, sekalipun kamu tidak memahami apa yang diceritakan, karena orang lain tertawa, kamu ikut tertawa. Pengiklan, pembuat film, pemilik restoran, penjual ritel dan beberapa orang lainnya mengandalkan penularan emosi untuk meyakinkanmu supaya membeli sesuatu atau membangkitkan perasaan dalam diri.
Sama seperti emosi positif yang bisa di bagian, perasaan negatif pun bisa menular. Kamu lebih cenderung meniru emosi kemarahan, frustrasi, atau depresi ketika mood kamu sedang down karena berbagai faktor.
"Hal-hal utama seperti kurang tidur, tidak makan pada hari itu, dan stres atau beban berat yang sudah ada sebelumnya akan membuat seseorang lebih rentan terhadap penularan emosi. Sebab energi kamu sudah turun sehingga lebih mudah terhanyut dalam arus emosi eksternal," kata Psikolog berlisensi, Peggy Loo, PhD.
Penelitian menunjukkan bahwa mungkin ada alasan neurologis untuk meniru emosi yang disebut sistem neuron cermin. Pada dasarnya, neuron tertentu di otak menjadi aktif ketika manusia mengamati manusia lain melakukan sesuatu. Orang yang mengamati kemudian mencerminkan apa yang dilihatnya.
Dengan emosi, artinya jika kamu melihat orang lain menangis, tertawa, merajuk, atau tersenyum, kamu 'mencerminkan' apa yang mereka lakukan. Emosi menjadi menular. Penularan emosi ini sebenarnya terjadi ketika kita masih bayi, sebab iu merupakan tonggak perkembangan.
Cara Penularan dan Dampaknya
Penularan emosi tampaknya terjadi sebelum kamu menyadarinya. Tersenyum dan tertawa tentu saja merupakan cara positif untuk berbagi emosi. Tidak mengherankan, ketika kamu tersenyum, mencerminkan emosi orang lain, kamu juga merasa lebih bahagia dan stres berkurang.
"Kami telah melihat dampak dari penyebaran emosi yang meluas mempengaruhi kelompok dan perilaku sosial dengan cara yang positif, seperti senyuman yang terus-menerus, koneksi dan kegembiraan yang kita rasakan saat konser, perasaan dukungan dan komunitas yang tersebar di acara-acara seperti peringatan, dan kegembiraan pesta," ujar Amodio.
Sementara itu, kata Dr. Lo, penularan emosi negatif bisa menyebabkan kelelahan dan disorientasi diri. Saat kamu menerima emosi orang lain atau lingkungan di sekitarmu, mungkin sulit untuk tetap stay dan memahami pengalaman atau perspektif sendiri pada saat itu.
Kalau hal ini terjadi dalam skala besar atau dalam sebuah kelompok, penularan emosi bisa mengarah pada mentalitas kelompok massa yang menyebarkan kekerasan. Ini juga bisa menumbuhkan suasana takut dan kepanikan yang meluas.
Kunci dalam situasi apapun adalah mengetahui langkah-langkah apa yang bisa kamu ambil untuk mengelola penularan emosi orang lain. Selain bisa menjagamu dari arus emosi dari banyak orang, mengelola emosi mana yang ingin kamu rasakan adalah bentuk pengendalian diri. Nah apakah kamu bisa mengendalikannya?
(DIR/DIR)