Perjalanan menuju kantor hari ini terasa berat untuk saya. Bukan karena macet Jakarta yang sekarang sepertinya tidak kenal jam berapa pun, namun karena cuaca yang sangat panas dan terik. Walaupun dibarengi dengan langit biru yang jarang terjadi-tapi tetap saja sengatan matahari begitu tajam menusuk mata, kulit, hingga kepala saya, sampai membuat kesal.
Bukannya tidak bersyukur dengan kondisi kualitas udara yang membaik beberapa hari ini, tapi saya sendiri memiliki alergi udara panas yang cukup mengganggu. Misalnya, kalau terlalu lama berada di lingkungan dengan udara panas, saya mudah berkeringat hingga menimbulkan biang keringat yang membuat gatal dan nyelekit di kulit.
Saya pun menjadi mudah cranky dan marah pada orang-orang, kondisi saya sendiri, dan lingkungan di sekitar. Namun, wajarkah menjadi sangat kesal hanya karena cuaca yang panas?
Cuaca Panas Membuat Orang Lebih Agresif
Tinggal di negara tropis yang memiliki dua musim memang lebih praktis dibandingkan negara-negara empat musim. Kita lebih mudah menikmati manfaat dari sinar matahari dan juga lebih hemat sebab kita tidak perlu membeli baju-baju khusus saat musim dingin tiba.
Namun yang membuat resah adalah ketika musim kemarau tiba, kita harus siap menghadapi kemungkinan terjadinya kekeringan dan juga menghadapi diri sendiri yang mudah marah akibat cuaca panas. Dikutip CNN, dalam penelitian terbaru mengonfirmasi kalau ada orang yang menjadi lebih agresif dari biasanya ketika merasa kepanasan.
Sebuah eksperimen menemukan kalau orang-orang yang bermain video game di ruangan panas dan pengap dalam keadaan tertentu, secara konsisten akan bersikap lebih kejam terhadap orang lain dibandingkan mereka yang bermain di ruangan bersuhu sedang.
Penelitian yang dilakukan terhadap 2.000 mahasiswa di California, Amerika Serikat dan Kenya yang dipilih secara acak tersebut, menugaskan pesertanya untuk bermain di ruangan panas dan satu lagi di ruangan yang bersuhu sedang. Hasilnya, cuaca panas sepertinya tampak tidak mengubah hasil bagi mereka yang memainkan permainan yang melibatkan ekonomi secara umum, tapi ketika mereka memainkan "The Joy of Destruction", beberapa mahasiswa di Kenya yang ada di ruangan panas menjadi lebih agresif.
Dalam permainan tersebut, permain mendapatkan poin yang bisa diuangkan dengan kartu hadiah sungguhan. Namun poin juga bisa diambil secara acak oleh komputer atau rekan bermain. Penelitian itu menemukan bahwa para pemain dari Kenya yang berada di ruangan bersuhu panas secara konsisten lebih bersedia merugikan pemain lain dan mengurangi pendapatan mereka.
"Tidak ada keuntungan pribadi dalam melakukan hal ini. Itu hanya 'the joy of destruction' seperti nama permainan tersebut. Hal ini mengejutkan kami," kata penulis studi Dr. Ian Bolliger, seorang mahasiswa pascasarjana dari Energy and Resources Group di University of California, Berkeley.
Bolliger mencatat kalau cuaca panas tampak tidak mengubah perilaku siswa di Berkeley, jadi menurutnya suhu saja tidak membuat orang jadi agresif. Perbedaannya mungkin terletak pada apa yang terjadi di luar ruangan panas di Kenya.
"Itu adalah kelompok yang menunjukkan semua perilaku agresif ini, sedangkan di Berkeley dan kelompok etnis lainnya, kami tidak melihat peningkatan perilaku agresif bahkan di ruangan yang panas. Mungkin suhu itu sendiri bukan penyebabnya tapi ada faktor lain," ujarnya.
Sementara menurut Joseph Taliercio, koordinator penelitian dan staf psikolog berlisensi di Konsultan Kognitif dan Perilaku, percaya bahwa ketika cuaca panas di luar, tubuh mungkin tidak punya pertahanan seperti biasanya untuk mengendalikan impuls agresif. Tubuh perlu mengeluarkan energi untuk mendinginkan diri dan sebagian di antaranya mungkin berasal dari otak yang paling mengonsumsi energi yakni korteks prefrontal.
"Otak kita harus mengalihkan energi saat cuaca panas, dan sebagai hasilnya, kita menjadi lebih impuls dan bertindak tanpa berpikir panjang," kata Taliercio.
Dr. Susan Yeargin, profesor ilmu olahraga di University of South Carolina mengatakan bahwa seperti tubuh mengalihkan darah ke kulit untuk melepas panas, masuk akal jika energi digunakan, dialihkan ke otak. Panas juga membuat tubuh berkeringat dan kehilangan nutrisi yang berperan dalam pengaturan diri dan kesehatan mental.
Walau tidak selamanya orang menjadi marah dan agresif sampai melakukan kekerasan hanya karena suhu panas, tapi tiap orang punya batasnya masing-masing menyikapi suhu panas. Jadi sebelum keluar rumah, memang ada baiknya kamu memeriksa prakiraan cuaca dengan rutin.
"Tanyakan pada diri Anda: Berdasarkan kepribadian saya, apakah saya perlu lebih waspada terhadap kemungkinan mudah tersinggung hari ini karena cuaca di luar panas? Mengurangi jadwal ke luar rumah saat suhu terlalu tinggi atau bertemu dengan orang lain adalah pilihan yang mungkin bisa diambil agar kamu tidak terganggu," kata Taliercio.
Nah, bagaimana denganmu, nih? Apakah kamu adalah salah satu orang yang gampang kesal saat cuaca panas atau justru malah jadi bersemangat?
(DIR/alm)