Interest | Wellness

Diabetes Mengintai, Cegah Sebelum Terlambat

Jumat, 19 May 2023 16:00 WIB
Diabetes Mengintai, Cegah Sebelum Terlambat
Foto: Unsplash: Diabetesmagazijn
Jakarta -

Tak ada yang mau jatuh sakit, sebab selain menderita, sakit menelan biaya yang tinggi, apalagi kalau penyakit yang diderita bersifat kronis. Realita ini dialami oleh para penderita diabetes, salah satu penyakit paling mematikan namun sekaligus paling diremehkan. Dampak dari penyakit ini mungkin tidak akan langsung dirasakan dalam sekejap—seseorang yang terkena diabetes mungkin tidak tahu kalau ia terkena diabetes. Penyakit ini menyerang secara diam-diam dan menggerogoti tubuh seiring waktu. Lebih parah lagi, diabetes hanya bisa dikontrol namun tidak bisa diobati sepenuhnya.

Pada 2021, International Diabetes Foundation merilis daftar negara dengan kasus diabetes tertinggi di dunia. Dalam daftar ini, Indonesia menempati peringkat ke-5 dengan 19,5 juta kasus dan diprediksi akan mencapai 28,6 juta kasus pada 2045. Tingginya jumlah kasus diabetes sangat mengkhawatirkan, pasalnya penyakit ini menyumbang jumlah kematian tertinggi ke-3 di Indonesia.

Diabetes atau yang sering disebut sebagai penyakit gula adalah penyakit kronis berupa gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar gula darah melebihi batas normal. Ada 2 jenis diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun di mana tubuh tidak memproduksi insulin sama sekali sehingga kadar gula darah menjadi tidak terkontrol. Lain halnya dengan diabetes tipe 2 yaitu kondisi ketika tubuh tidak memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan hormon insulin dengan baik.

Risiko dari diabetes amat besar, sebab penyakit yang menyerang sistem tubuh ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Beberapa komplikasi yang bisa disebabkan diabetes adalah penyakit jantung, stroke, gangguan penglihatan, infeksi kaki, gagal ginjal, hingga disfungsi ereksi.

Bahayanya lagi, diabetes tidak mengenal usia. Selama ini banyak yang menganggap bahwa risiko diabetes lebih tinggi di kelompok lanjut usia. Padahal, Ikatan Dokter Anak Indonesia mencatat bahwa kasus diabetes di kalangan anak meningkat 70 persen. Per Januari 2023, sebanyak 1.645 anak menderita diabetes, dengan prevalensi sebesar 2 kasus per 100.000 anak.

Data-data di atas menunjukkan bahwa Indonesia darurat diabetes. Sayangnya, kesadaran masyarakat mengenai risiko penyakit diabetes masih amat rendah. Di samping itu, informasi mendasar mengenai penyakit ini masih diselimuti oleh mitos. Lantas, apa yang menyebabkan tingginya kasus diabetes di Indonesia dan bagaimana cara mencegahnya?

Tingginya Konsumsi Makanan dan Minuman Manis
Pola hidup yang tidak sehat adalah penyebab utama timbulnya risiko diabetes. Masyarakat Indonesia gemar mengonsumsi makanan dan minuman manis. Sayangnya, makanan dan minuman manis yang mudah dijangkau ini dikonsumsi tanpa adanya kesadaran mengenai tingginya kandungan gula yang ada di dalamnya. Pada tahun 2020, Indonesia menempati posisi ketika sebagai konsumen minuman berpemanis terbanyak di Asia Tenggara. Kementerian Kesehatan sendiri berencana membuat aturan cukai untuk minuman kemasan, namun aturan ini belum terealisasikan.

Minimnya regulasi memang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tidak terkontrolnya konsumsi makanan dan minuman manis. Terkait hal ini, pemerintah Indonesia bisa mencontoh Singapura. Di Singapura, minuman kemasan yang dijual di supermarket atau warung diurutkan berdasarkan kandungan gulanya. Selain itu, minuman dengan kadar gula tertinggi dilarang memasang iklan.

Tingginya Konsumsi Nasi Putih
Selain makanan dan minuman yang mengandung gula, mengonsumsi nasi putih dalam jumlah banyak juga bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Nasi putih memiliki indeks glikemik tinggi dan 44,5 gram karbohidrat dalam satu cangkir. Setelah mengonsumsi nasi putih, kadar gula dalam darah akan naik. Ketika karbohidrat dalam nasi tidak dibakar dengan baik untuk menghasilkan energi, maka risiko diabetes akan membesar. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi nasi putih dalam jumlah banyak bisa meningkatkan risiko diabetes hingga 11%.

Masyarakat Indonesia sendiri gemar menyantap nasi putih dalam jumlah banyak. Sebenarnya, nasi putih tidak apa-apa untuk dikonsumsi selama porsinya tidak berlebihan. Lalu yang terpenting, karbohidrat tersebut harus dibakar dengan melakukan olahraga rutin.

Merokok Meningkatkan Risiko Diabetes
Selain merusak paru-paru, faktanya merokok juga lebih berbahaya bagi pasien pengidap diabetes. Melansir Detik, mengonsumsi nikotin bisa meningkatkan kadar gula darah. Pasalnya, kadar nikotin yang tinggi bisa mengurangi efektivitas insulin sehingga kadar gula darah dalam tubuh menjadi tidak terkontrol. Pasien diabetes yang merokok bisa memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit jantung. Untuk itu, mereka yang terkena diabetes harus segera berhenti merokok, termasuk juga rokok elektronik.

Faktor Keturunan
Selain faktor-faktor di atas, faktor keturunan juga menjadi salah satu penyebab tingginya kasus diabetes. Seseorang yang memiliki orang tua pasien diabetes akan lebih berisiko terkena diabetes. Hal ini berlaku untuk diabetes tipe 2 yang sangat terkait dengan riwayat keluarga. Selain itu, ada mitos bahwa risiko diabetes lebih besar apabila diturunkan secara menyilang; ibu ke anak laki-laki atau ayah ke anak perempuan. Namun menurut Kementerian Kesehatan, hal ini tidak terbukti dan risiko diabetes bergantung pada pola hidup. Meski risikonya besar, tapi diabetes akibat keturunan masih bisa dicegah dengan menjalani gaya hidup sehat dan mengontrol kadar gula darah.

Selama kesadaran masyarakat mengenai diabetes masih rendah, maka risiko kematian akibat diabetes akan semakin tinggi. Masyarakat berhak hidup sehat, oleh karena itu sosialisasi dan regulasi terkait bahaya makanan serta minuman manis amat diperlukan. Di saat yang bersamaan, lakukan pencegahan sejak dini dengan mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, atur pola makan, berhenti merokok, dan rutin berolahraga.

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS