Hampir sebagian besar perempuan di dunia ini kerap disuguhkan berbagai tontonan feminin. Mulai dari kisah-kisah dongeng para putri kerajaan, hingga diperkenalkan dengan tokoh perempuan berambut pirang, Barbie. Tujuannya agar anak-anak gadis tumbuh menjadi karakter manis layaknya kisah-kisah dongeng ini.
Sebenarnya tak ada yang salah dengan kisah para putri kerajaan ini. Namun, seringkali cerita yang ditampilkan terlalu mengarah pada khayalan dan jauh dari kenyataan di kehidupan yang nyata.
Percaya atau tidak, ternyata ada segelintir perempuan yang berperilaku layaknya tuan putri di negeri dongeng ini. Sampai-sampai mereka tidak sadar apa yang mereka lakukan berefek pada dirinya dan lingkungan sekitarnya. Sama seperti namanya, perilaku ini dinamakan Princess Syndrome.
Penampilan adalah Segalanya
Princess syndrome sebenarnya telah lama dikenalkan oleh para psikolog. Namun sindrom ini kembali diperbincangkan setelah para netizen membicarakan perilaku dari pelaku kasus penganiayaan David Ozora. Netizen menilai apa yang dilakukan oleh AGN menunjukkan ciri-ciri princess syndrome. Lantas, apa itu princess syndrome?
Sindrom putri atau princess syndrome terjadi pada seorang perempuan yang menjalani kehidupannya bak di negeri dongeng. Berfokus dengan hal-hal yang indah, menempatkan dirinya sebagai pusat dunia, dan terobsesi dengan penampilan atau perilaku putri kerajaan.
Ia merasa dirinya adalah perempuan menggemaskan jika berperilaku manja pada semua orang. Orang yang mengidap sindrom putri ini merasa dirinya adalah cantik, baik hati, dan pasti dicintai oleh banyak orang. Tak hanya itu, mereka juga berpikir bahwa dirinya lemah dan harus diselamatkan oleh sosok 'ksatria berkuda putih'.
Psikolog klinis dari California Southern University, Nancy Irwin mengatakan para perempuan yang mengidap sindrom putri ini mempunyai pikiran yang tidak masuk akal. Mereka merasa pantas mendapatkan banyak perhatian karena kecantikan mereka.
"Beberapa di antaranya merasa bahwa mereka terlalu pintar untuk bekerja. Sehingga mereka memanipulasi orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa usaha sendiri," kata Irwin seperti dikutip dari laman resminya.
Para pengidap princess syndrome ini pada akhirnya tumbuh menjadi perempuan yang berpikiran dangkal, tidak bisa berbagi, tidak bisa berkompromi, dan tidak punya hubungan yang sehat.
Para perempuan yang mengidap sindrom putri ini bisanya mempunyai sifat yang menyebalkan dan cenderung memanipulasi. Untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, mereka tidak segan untuk mengeluh, merengek, dan memandang rendah orang lain-terutama laki-laki.
Mereka menganggap laki-laki harus melayani dengan baik. Sehingga orang-orang semacam ini berharap para pria selalu membayar semuanya, dan selalu melayani mereka dengan baik.
Kenali Apakah Kamu Salah Satunya
Tidak bisa dimungkiri, bahwa sindrom ini lebih bisa dialami oleh perempuan. Sebab, hampir sebagian besar orang tua yang memiliki anak perempuan kerap membebaskan anaknya untuk menyukai karakter para putri karena sifat-sifatnya yang baik.
Namun tidak banyak orang tua justru menjelaskan perbedaan tentang kisah dongeng yang didengar para anak perempuan ini dengan kenyataan yang ada. Nah, kamu penasaran apakah kamu satu di antara para pengidap sindrom putri ini? Yuk kenali ciri-cirinya:
- Terkenal rewel dan gampang ngambek
- Suka merengek karena hal-hal yang tidak jelas
- Menunjukkan sikap pasif-agresif kepada orang lain
- Ingin selalu mengambil keputusan, tapi memerintah orang lain untuk mengerjakannya
-.Menanggapi kritik sebagai personal attack
- Meremehkan orang lain-terutama pria.
- Punya pikiran standar ganda yang seksis dalam hubungan
-. Manja dan matrealistis
- Suka memanipulasi dengan cara-cara tertentu
- Tidak pernah puas dengan hal yang mereka dapatkan.
Itulah princess syndrome yang kini tengah banyak dialami oleh para perempuan sekarang ini. Sebagai perempuan agaknya kita semestinya memiliki nilai-nilai diri dan tidak terpengaruh dengan hal-hal yang membutakan, seperti berkeinginan hidup di dunia dongeng.
Kenyataan memang pahit adanya. Namun sebagai seorang perempuan, kita pun harus berdiri di atas kaki sendiri tanpa perlu bantuan orang lain. Jika ingin membuat diri tampak hebat dan memiliki pencapaian, lakukan dengan kerja keras, dan lewat kemampuan sendiri. Itu lebih bermakna daripada harus hidup bagaikan putri bak di negeri dongeng.
(DIR/tim)