Warga Pacitan, Jawa Timur belakangan ini sedang diteror penyakit Leptospirosis yang kian memakan korban jiwa sebanyak enam orang, dengan total penderita sebanyak 200 orang lebih hingga tanggal 8 Maret 2022. Sejauh ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur lewat dr. Erwin Astha Triyono turut menangani penyakit ini dengan memberikan arahan untuk mengendalikan populasi tikus dengan cara terpadu. Tidak hanya itu, dr. Erwin juga melakukan kolaborasi tim kesehatan puskesmas dan penguatan rumah sakit untuk menanggulangi penyakit tersebut.
Meskipun bukan tergolong penyakit baru, namun penyakit ini selalu menjadi momok bagi masyarakat dan selalu muncul saat musim hujan. Pada tahun 2022 saja, menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, kasus leptospirosis tercatat ada 606 kasus. Tapi sebenarnya, apa itu leptospirosis dan apa saja gejala dari penyakit yang kini tengah menyerang warga Pacitan tersebut?
Leptospirosis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bernama leptospira interrogans. Bakteri ini diktehaui dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa jenis hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran virus leptospira ini adalah tikus, sapi, anjing dan babi. Bakteri ini dapat keluar bersama urine sehingga air pada tanah pun terkontaminasi untuk beberapa bulan hingga tahunan.
Untuk penularannya terhadap manusia, Leptospirosis bisa dialami oleh manusia apabila terjadi kontak langsung antara kulit dengan urine hewan yang membawa bakteri leptospira, kontak antara kulit dengan air atau tanah yang terkontaminasi, dan mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri. Perlu diketahui juga wakwa bakteri leptospira dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka, meskipun hanya luka lecet sekalipun. Bakteri ini bisa masuk melalui mata, hidung, mulut dan saluran pencernaan.
Untuk gejalanya itu sendiri, leptospirosis biasanya memiliki gejala kurang lebih seperti flu, tetapi yang membedakannya adalah terdapatnya pembengkakan pada bagian kaki dan tangan, serta kulit pun juga menguning. Namun, pada beberapa kasus gejala leptospirosis bahkan tidak muncul sama sekali.
Setiap penderita tentunya memiliki gejala yang bervariasa dalam rentang waktu yang berbeda-beda. Biasnaya, gejala akan muncul dalam 1-2 minggu setelah terpapar bakteri leptospira dengan keluhan yang cukup umum seperti demam tinggi hingga menggigil, sakit kepala, mual, tidak nafsu makan, diare, mata merah, nyeri otot, sakit perut dan bintik-bintik merah di kulit yang tidak dapat hilang ketika ditekan.
Pada umumnya, keluhan atau gejala-gejala tersbeut dapat pulih dalam waktu kurnag lebih 1 minggu. Tetapi, penderita juga dapat mengalami penyakit Weil yang merupakan tahap kedua dari penyakit leptospirosis. Penyakit Weil ini terjadi akibat adanya peradangan yang disebabkan oleh infeksi.
Penyakit Weil ini biasanya dapat berkembang dalam 1-3 hari dengan gejala yang lebih parah daripada penyakit leptospirosis. Kurang lebih keluhannya meliputi, demam tinggi, penyakit kuning, sulit buang air kecil, bengakak di tangan dan kaki, pendarahan melalui hidung atau mulut ketika batuk, nyeri dada, sesak napas, detak jantung yang terlalu cepat, lemas dan keringat dingin serta leher kaku.
Meskipun penyakit ini baru diidentifikasi hanya di daerah Pacitan, Jawa Timur, tidak ada salahnya bagi kita untuk tetap waspada dan selalu menjaga kebersihan lingkungan setiap harinya. Apabila beberapa gejala sudah mulai dialami, akan lebih baik untuk langsung mengonsultasikannya ke dokter untuk diberikan tindakan lanjut seperti tes darah dan rapid test untuk melacak bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh.
(DIP/DIR)