Life is tough, itulah yang biasa dikatakan oleh banyak orang dan mungkin, kamu juga meyakini hal ini. Maka, terkadang sebagian orang menerapkan rutinitas self-reward setelah melalui berbagai rintangan dan kesulitan selama jangka waktu tertentu. Namun, tidak sedikit yang menganggap bahwa seseorang yang kerap melakukan self-reward ini malah dikatakan sebagai seseorang yang self-indulgent dan manja. Little did they know, melakukan self-reward itu termasuk hal yang cukup penting dan memotivasi.
Self-reward sendiri memiliki artian penghargaan untuk diri sendiri. Setelah berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang dirasa berat atau hanya sekedar pekerjaan reguler, seseorang berhak mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri karena mampu melewati itu semua. Tidak jarang orang cenderung merasa tertekan dan stres karena harus dihadapkan dengan segala permasalahan yang mau tidak mau harus dilewati. Di sinilah, seseorang yang berhasil untuk melewatinya berhak dihargai. Bukan untuk orang lain, namun diri sendiri.
Self-reward secara tidak langsung dapat membantu kita untuk mengembangkan kreativitas. Hal ini dikarenakan ketika kita memberikan hadiah untuk diri sendiri, baik itu dalam bentuk barang maupun kegiatan yang digemari, otak akan memproduksi dopamin—sebuah hormon yang membuat kita merasa nyaman dan gembira. Tidak hanya membuat diri sendiri senang, dopamin juga bisa menjadi pereda stres dan memulihkan kejernihan mental, sehingga kita pun akan menjadi lebih semangat ke depannya dalam mengerjakan apapun itu.
Sebagai contohnya, ketika kamu sangat lelah dan stres dengan pekerjaan yang sudah dijalani selama jangka waktu tertentu, kamu mulai untuk melakukan self-reward dengan belanja baju, sepatu, atau tas. Barang-barang tersebut pun bisa kamu gunakan ketika sedang bekerja, maka secara otomatis kamu memiliki kesenangan tersendiri dengan mengenakan pakaian dan barang-barang yang baru. Tidak sampai di sini saja, kamu juga bisa merasa lebih percaya diri dan performa kinerja kamu pun tentunya akan meningkat.
Namun, yang perlu ditekankan perihal self-reward ini adalah untuk tidak berlebihan. Meskipun secara garis besar self-reward adalah kegiatan yang penting dan dapat memberikan efek yang positif, bentuk self-reward itu sendiri juga harus dipikirkan agar tetap sebanding dengan apa yang sudah dilalui. Sebagai contohnya, menggunakan kartu self-reward setelah mengerjakan suatu pekerjaan kecil dengan bermain video game sepanjang hari. Penghargaan yang diberikan tentu tidak sebanding, bukan?
Wajib diketahui bahwa self-reward bukanlah berarti balas dendam setelah melakukan sesuatu yang melelahkan. Jika terlalu berlebihan dalam melakukannya, maka yang ada kamu akan justru merasa tidak termotivasi dan berujung pada rasa malas yang besar. Karena terlalu nyaman dengan reward yang diberikan, justru nantinya kamu akan terlalu tenggelam dalam kesenangan tersebut dan lupa akan kewajiban yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk menikmati penghargaannya. Bukannya membantu kamu untuk mencapai versi terbaik dari diri sendiri yang ada kamu malah menciptakan self-time-bomb.
Maka dari itu, penting juga bagi kita untuk menerapkan self control ketika hendak memberikan apresiasi kepada diri sendiri. Dengan begitu, self-reward yang didapatkan lebih memiliki dampak yang besar dan memiliki arti yang lebih dalam. Apabila kita mengkonsumsi kesenangan yang berlebihan dengan dalih self-reward, maka hasilnya justru akan tidak baik dan malah membuat kita menjadi konsumtif serta mengurangi daya juang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau masalah.
(DIP/alm)