Bagi banyak pasangan, hubungan jarak jauh atau LDR adalah hal yang menakutkan. Bagaimana tidak, banyak orang berpendapat bahwa LDR adalah penyebab dari kandasnya hubungan cinta mereka. Sebab, jarak yang jauh menimbulkan berbagai masalah yang akhirnya membuat hubungan menjadi renggang; mulai dari berkurangnya komunikasi, munculnya rasa ketidakpercayaan, hingga menurunnya kemesraan dalam hubungan. Sampai-sampai, banyak pasangan yang akhirnya memilih untuk mengakhiri hubungan mereka sebelum harus menjalani LDR.
Harus diakui, menjaga hubungan ketika sedang LDR bukanlah perkara yang mudah. Seringkali ketika menjalani LDR, kita dilanda oleh perasaan tidak tenang karena harus berpisah dengan pasangan. Tak hanya itu, mungkin kita merasa insecure dan takut pasangan kita berselingkuh dengan orang lain. Oleh karenanya, menjalani hubungan jarak jauh bisa berdampak terhadap kesehatan mental. Dilansir dari Very Well Mind, secara ilmiah korelasi antara LDR dengan kesehatan mental ada pada hormon yang dihasilkan ketika kita jauh dari pasangan.
Ketika kita jauh dari pasangan secara fisik, mental, dan emosional, kita akan kekurangan neurotransmiter atau hormon bahagia yaitu dopamin dan serotonin. Dopamin merupakan hormon yang berkaitan dengan kepuasan dan sensasi menyenangkan. Kurangnya dopamin bisa menyebabkan berkurangnya motivasi, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, berkurangnya gairah, dan kecemasan. Sementara itu, serotonin adalah hormon yang mempengaruhi suasana hati dan hasrat seksual. Kurangnya serotonin bisa mengakibatkan mood yang tidak stabil, susah tidur, dan berkurangnya nafsu makan.
Meski LDR memiliki dampak terhadap kesehatan mental, tapi bukan berarti hubungan jarak jauh tidak memiliki kesempatan untuk berhasil. Sebab meski kita jauh secara fisik, ada cara-cara agar tetap merasa "dekat" secara mental dan emosional dengan pasangan. Kunci keberhasilan dari LDR ada pada tiga aspek, yaitu kepercayaan, komunikasi, dan keintiman.
Ilustrasi pasangan yang LDR/ Foto: Pexels |
Kepercayaan
Jauh dari pasangan bisa membuat kita berimajinasi dan memikirkan berbagai skenario buruk. Tanpa rasa percaya, kita akan dengan mudah meragukan kesetiaan pasangan dan terus-menerus mempertanyakan sedang apa dia dan bersama siapa. Kurangnya rasa percaya ini secara otomatis memunculkan rasa takut dan kecemasan yang mempengaruhi kesehatan mental. Jadi ketika pikiran kita mulai memikirkan spekulasi buruk, coba pikirkan kembali apakah spekulasi tersebut logis dan berdasar atau tidak. Sebab bisa jadi, pikiran buruk ini muncul karena kita sendiri memiliki kepercayaan diri yang rendah atau trauma masa kecil yang menimbulkan trust issue.
Komunikasi
Komunikasi adalah kunci keberhasilan semua hubungan, termasuk hubungan jarak jauh. Jauh dari pasangan tidak akan merusak hubungan apabila komunikasi tetap dirawat dengan baik. Memang, berkomunikasi lewat pesan singkat tidak akan bisa menggantikan kepuasan dari bertemu secara langsung. Maka sebisa mungkin, kita memanfaatkan komunikasi yang singkat itu untuk memiliki quality time dengan pasangan. Misalnya, dengan saling bertukar ucapan"selamat pagi" atau "selamat malam". Selain itu, sebisa mungkin luangkan waktu untuk video call agar komunikasinya tetap terasa "dekat".
Keintiman
Mungkin menjaga keintiman adalah hal yang paling menantang dalam hubungan jarak jauh, apalagi kalau pasangan kita memiliki love language sentuhan fisik. Pasalnya, selama ini sentuhan fisik adalah cara paling umum untuk menunjukkan afeksi. Selagi jauh dengan pasangan, kamu bisa menerima sentuhan fisik dari orang-orang terdekatmu seperti keluarga dan sahabat agar kesehatan mentalmu tetap terjaga. Lalu, pastikan keintiman dengan pasangan tetap terjaga, sekalipun hanya melalui pesan singkat atau video call.
Selama tiga aspek di atas bisa dijaga dengan baik, tidak ada alasan untuk takut melakukan hubungan jarak jauh. Dengan menjalani LDR yang sehat, maka kesehatan mental kita juga akan terjaga.
(ANL/DIR)