Senyuman sering dilihat sebagai tanda seseorang baik-baik saja dan bahagia. Namun bagi sebagian orang lainnya, senyuman kerap digunakan sebagai 'topeng' untuk menutupi masalah yang dihadapi hingga depresi. Ya, tidak ada satu orang pun yang ingin terlihat lemah sehingga senyuman menjadi salah satu hal yang dijadikan coping mechanism untuk menutupi kondisi mental.
Adalah Smiling Depression, istilah untuk seseorang yang hidup dengan depresi di dalam, namun tampak sangat bahagia di luar. Umumnya, orang yang melakukan smiling depression mempunyai kehidupan sosial yang sama seperti orang lain, bahkan bisa dibilang sangat sempurna tanpa cela.
Ada berbagai alasan mengapa orang melakukan smiling depression, tapi salah satunya adalah stigma sosial dan diri sendiri. Stigma sosial terhadap orang yang depresi kerap kali dianggap sebagai gangguan jiwa membuat para pengidapnya menghadapi ketakutan terhadap labeling yang akan muncul dan takut juga menghadapi kesepian.
Tak hanya itu, mereka pun takut akan membebani orang lain karena depresi dan rasa bersalah cenderung berjalan beriringan. Apalagi bagi orang yang terbiasa mandiri dalam hidupnya, mereka mungkin akan kesulitan untuk meminta bantuan, jadi mereka menyimpan semua yang dipikirkannya sendiri.
Sehingga tidak jarang orang dengan smiling depression bekerja sangat keras untuk menyamarkan gejala depresi mereka. Orang dengan smiling depression mungkin akan mengalami banyak gejala depresi, termasuk kesedihan mendalam, harga diri yang rendah, dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Ilustrasi depresi/ Foto: Mart Production - Pexels |
Tanda-tanda Depresi
Tak banyak orang yang menyadari bahwa di antara orang-orang yang berada di lingkungan mereka mungkin mengalami gejala depresi. Apalagi mereka pintar menutupinya dengan senyuman. Tapi smiling depression bisa dikenali dengan beberapa tanda seperti berikut ini:
1. Perubahan Nafsu Makan
Ketika depresi, ada orang yang menyalurkan rasa sedihnya dengan makanan. Bisa makanan secara berlebihan atau kehilangan nafsu makan. Perubahan berat badan biasanya terjadi pada orang yang mengalami depresi.
2. Perubahan Tidur
Beberapa orang mengalami depresi sangat berjuang untuk bangun dari tempat tidur mereka ketika kondisinya sedang kambuh. Orang yang mengalami depresi kemungkinan mengalami perubahan jam tidur mereka yakni insomnia pada pagi hari, dan tidur sepanjang siang hari.
3. Kehilangan Minat dan Putus Asa
Mereka kerap diselimuti rasa bersalah, tidak berharga, dan sangat putus asa. Individu dengan depresi mungkin menjalani hidupnya seperti biasa, tapi mereka kehilangan minat dengan aktivitas yang disukai sebelumnya.
Ilustrasi depresi/ Foto: Unsplash |
Memahami Bahaya dari 'Senyuman' Itu
Selain itu, kamu harus tahu bahwa smiling depression memiliki bahaya yang tersembunyi. Orang dengan depresi cenderung berpikir tentang kematian dan bunuh diri. Pada depresi tipikal, mereka umumnya kekurangan energi untuk melakukan sesuatu tentang bunuh diri, namun bagi orang yang melakukan smiling depression justru sebaliknya.
Mereka mempunyai banyak energi untuk merencanakan dan bertindak berdasarkan pemikiran tersebut. Karena alasan inilah, seseorang yang menyembunyikan depresinya dari dunia bisa berisiko lebih besar untuk melakukan percobaan bunuh diri. Hal itu dikarenakan mereka menyimpan rasa sakit dalam diri dan mereka sulit untuk menjangkau teman atau keluarga agar mendapatkan dukungan dan bantuan.
Maka dari itu, jika kamu sudah merasa sedih yang tak wajar, kunjungilah psikolog atau psikiater untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Sementara bagi kamu yang menyadari ada orang di sekitarmu yang melakukan smiling depression, cobalah untuk mengajaknya berbicara tentang kekhawatiranmu terhadap kondisinya.
Normalisasikan masalah kesehatan mental dan bicarakan dengan mereka tentang bagaimana mereka bisa mendapatkan bantuan. Tawarkan dukungan emosional serta dukungan praktis. Misalnya menemaninya ke psikolog atau psikiater atau mengarahkan mereka ke komunitas serupa untuk mendapatkan dukungan.
Terlepas dari itu, ingatlah bahwa seseorang dengan smiling depression memang terlihat 'normal', seperti memiliki karier yang baik dan lingkungan sosial yang sehat juga aktif. Bahkan mereka selalu tampak ceria dan optimis.Tapi jangan sampai kamu terlena, sebab itu hanyalah coping mechanism yang dibuat sedemikian rupa untuk menutupi 'duri' yang ada di dalam diri. Sedikit kepedulian yang tulus yang kamu tunjukkan mungkin akan menyelamatkan mereka yang benar-benar butuh pertolongan tersebut.
(DIR/tim)