Tampil secara prima sepanjang hari merupakan salah satu prioritas tertinggi masyarakat urban selain menjaga tubuh tetap sehat. Akan tetapi, sialnya, di tengah upaya untuk tampil prima setiap saat—seperti menggunakan deodoran untuk melindungi tubuh—muncul sebuah kabar mengejutkan yang disebut dapat mengganggu kesehatan. Yaitu, penggunaan deodoran dapat menyebabkan kanker payudara.
Sudah tentu, kabar ini menggemparkan masyarakat, yang sebagian besar menggunakan deodoran. Terlebih lagi, zat yang melindungi ketiak dari aroma kurang sedap tersebut sudah dianggap layaknya kebutuhan pokok, karena terbukti ampuh untuk menunjang kondisi kesegaran tubuh. Orang pun menjadi bertanya-tanya, apakah benar deodoran dapat menyebabkan kanker payudara?
Sekilas, hal ini memang tampak masuk akal. Mengingat deodoran sendiri mengandung banyak zat kimia di dalamnya, sementara posisi ketiak dengan payudara memang tidak berjauhan. Apalagi, ditambah asumsi dangkal: zat kimia-seperti yang dituduhkan pada zat antiperspiran dalam deodoran—sudah pasti berbahaya bagi tubuh, dan kadung dipercaya oleh sebagian orang.
Maka tidaklah mengherankan, jika pada akhirnya tuduhan deodoran dapat menyebabkan kanker berhembus cepat dan meluas, bak cerita rakyat dramatis yang dapat dipercaya masyarakat dalam waktu seketika. Walau demikian, pada sisi yang lainnya, hubungan antara deodoran dengan kanker payudara sendiri belum bisa dibuktikan secara pasti oleh para ahli.
Merujuk cancer.org, sejauh ini belum ada studi epidemiologi yang kuat, untuk bisa membuktikan kalau zat antiperspiran dalam deodoran berbanding lurus dengan kanker payudara. Bahkan menurut situs resmi American Cancer Society tersebut, hanya ada sedikit bukti ilmiah yang mendukung klaim penggunaan deodoran menyebabkan kanker.
Selain itu, senada dengan hipotesis yang dikeluarkan cancer.org, situs nuvancehealth juga membantah hubungan antara kanker payudara dengan deodoran. Menurut mereka, mitos kanker payudara dengan deodoran berasal dari kepercayaan bahwa tubuh menyerap bahan kimia dari deodoran, dan memungkinkan racun menyebabkan sel-sel kanker menumpuk di sekitar area payudara dan ketiak. Padahal pada kenyataannya, tubuh memiliki ginjal dan hati yang berfungsi membersihkan racun di dalam tubuh sebelum menumpuk.
Berikutnya, melansir laman healthessentials, anggapan mengenai zat aluminium yang terkandung di dalam deodoran—seperti parabens, triklosan, dan propilen glikol—dapat berefek seperti estrogen yang mengendap ke dalam tubuh dan mendorong sel kanker tidaklah terbukti. Sebab menurut ahli onkologi radiasi dr. Chirag Shah, MD, "Sementara estrogen dapat mendorong perkembangan dan pertumbuhan beberapa sel kanker payudara, tidak ada zat aluminium dalam deodoran yang konsisten menunjukkan efek seperti estrogen atau menyebabkan kanker payudara."
Sampai pada titik ini, asumsi deodoran dapat menyebabkan kanker payudara dapat diberi label sebagai mitos. Artinya, kita masih bisa menggunakan roll-on atau spray based deodorant untuk menyegarkan diri setiap hari tanpa harus takut efek samping yang mematikan.
(RIA/DIR)