"Aku enggak apa-apa kok" atau "Aku baik-baik saja kok" adalah dua pernyataan yang kerap dilontarkan oleh para perempuan ketika mereka terlihat mempunyai masalah. Bagi pria atau sebagian orang lainnya, kata-kata tersebut mungkin hanya bermakna denotasi atau bisa dibilang itu adalah perasaan sebenarnya yang dialami oleh mereka saat ditanya tentang apa yang mereka hadapi.
Tapi ternyata, apa yang dipikirkan banyak orang tentang 'tidak ada apa-apa'-nya perempuan adalah salah, sebab kata-kata itu bermakna sebaliknya. Ada sesuatu yang terjadi pada diri mereka yang ditutupi dari orang lain. Mungkin beberapa orang berpikir, bahwa perempuan yang berkata 'tidak apa-apa' dalam setiap jawaban yang ditanyakan, hanya berniat untuk mencari perhatian semata agar pihak penanya merasa kepo. Padahal bisa saja mereka butuh waktu untuk lebih terbuka dengan apa yang sebenarnya dirasakan tanpa dihakimi.
Hal ini telah dibuktikan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh If U Care Share. Dari 1,000 orang dewasa di Inggris yang berusia 18-65 tahun, ditemukan 30 persen dari mereka yang ditanya apakah sedang sedih atau tidak, jawaban terjujur mereka adalah 'kadang-kadang'. Padahal siapa sih yang tidak sedih ketika dilanda suatu masalah?
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa perempuan berusia 25-34 tahun paling mungkin untuk menjaga perasaan mereka yang sebenarnya. Sehingga 30 persen dari mereka yang disurvei mengatakan mereka tidak akan mengatakan apapun kepada teman atau keluarga tentang apa yang terjadi. Dan 33 persennya juga mengungkapkan mereka hanya terbuka di situasi tertentu saja.
Tidak bisa disangkal bahwa kondisi kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan kini lebih disorot daripada 5-10 tahun ke belakang. Tetapi penelitian ini memberikan insight tentang seberapa besar dampak perubahan ini terhadap keinginan untuk terbuka pada masalah kesehatan mental. Investasi yang tepat dalam layanan kesehatan mental sangat dibutuhkan jika kita ingin membuat perbedaan yang nyata bagi kehidupan orang yang mengalami penyakit mental.
Tetapi kemampuan untuk berbicara lebih terbuka tentang perasaan juga sangat penting untuk memastikan bahwa tidak ada lagi orang merasa sendirian saat mereka dalam masalah. Sehingga dibutuhkan kepedulian tanpa menghakimi saat para perempuan mencoba untuk bercerita tentang masalah yang mereka hadapi.
Merasa cemas, tertekan atau kesepian bukanlah sesuatu yang memalukan, dan semakin banyak kita terbuka dan bicara, semakin kita bisa saling membantu mendapatkan dukungan yang kita butuhkan. Jadi jangan malu untuk mengungkapkan apa yang terjadi pada diri, daripada hanya terus mengatakan 'aku tidak apa-apa' tapi sebenarnya ada 'apa-apa'.
(DIR/tim)