Bagi setiap perempuan, memasuki cycle di mana mereka harus menjalani masa-masa menjelang menstruasi adalah suatu hal yang sangat menganggu. Tidak hanya dari sisi perubahan fisik yang dialami, pandangan masyarakat mengenai mereka yang sedang memiliki banyak keluhan akan ketidaknyamanan menjelang menstruasi juga tentunya dapat dikatakan cukup tidak nyaman. Bagaimana tidak? Banyak perempuan yang mendapatkan berbagai pandangan sinis dari masyarakat mengenai perubahan sikap yang mereka miliki karena PMS ini.
PMS itu sendiri adalah Premenstrual Syndrome yang merupakan sebuah istilah untuk menjelaskan beberapa gejala fisik yang dialami oleh perempuan kala mereka hendak memasuki siklus menstruasinya. Gejala-gejala ini mencakup rasa sakit di seluruh badan hingga perubahan hormon yang membuat mereka menjadi lebih sensitif secara emosional akan banyak hal. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah beberapa gejala yang secara umum dialami ketika sedang PMS:
Ilustrasi PMS/ Foto: Freepik |
Gejala PMS secara fisik:
- Nyeri sendi atau otot
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Pertambahan berat badan
- Perut kembung
- Nyeri payudara
- Munculnya jerawat
- Sembelit atau diare
- Intoleransi alkohol
Gejala PMS secara emosi dan perilaku:
- Ketegangan atau kecemasan
- Suasana hati yang tertekan
- Keinginan menangis
- Perubahan suasana hati
- Keinginan untuk marah
- Perubahan nafsu makan dan mengidam makanan
- Kesulitan tidur (insomnia)
- Penarikan diri secara sosial
- Konsentrasi buruk
- Perubahan libido
Bagi beberapa perempuan, gejala-gejala ini mungkin tidak semuanya mereka rasakan dan ada pula yang mengalami beberapa gejala lebih parah dari yang orang lain alami. Terlepas dari tingkat keparahannya, tanda dan gejala umumnya akan hilang dalam waktu empat hari setelah dimulainya periode menstruasi bagi kebanyakan perempuan.
Namun, yang membuat gejala-gejala yang dialami ini menjadi lebih sulit lagi adalah karena adanya tambahan stigma dari sebagian orang yang kerap memperlakukan bahkan menyepelekan apa yang sedang mereka rasakan, terutama dalam hal gejala secara emosional atau perilaku. Pasalnya, ada perempuan yang sangat sensitif saat mengalami PMS tanpa mereka sadari, sehingga mereka menjadi lebih mudah marah ataupun sedih hanya karena hal-hal kecil yang membuat mereka tidak nyaman.
Ilustrasi stigma PMS/ Foto: Freepik |
Hal ini biasanya membuat mereka mendapatkan pandangan yang tidak baik oleh orang-orang di sekitarnya, entah itu selentingan bahwa mereka menyebalkan atau cengeng karena hal yang sepele. Padahal, bagi mereka sendiri yang mengalaminya pun tidak dapat mengontrol apa yang mereka rasakan dan ekspresikan sehingga hal ini sering menyebabkan adanya perselisihan dengan orang-orang di sekitarnya. Walhasil, kebanyakan orang akan berusaha untuk menghindar dari orang-orang yang sedang mengalami PMS.
Sebenarnya, apa yang dirasakan oleh perempuan yang sedang PMS adalah suatu hal yang valid dan bukan sebuah bentuk berlebihan. Terlebih lagi karena apa yang mereka rasakan secara emosional berada di luar kuasa mereka. Perihal mereka menjadi lebih emosional dan sensitif diakibatkan oleh kadar estrogen dan progesteron turun selama seminggu sebelum menstruasi. Banyak dokter percaya penurunan kedua kadar hormon ini memicu gejala PMS.
Jadi, jangan lagi takut dengan seseorang yang tiba-tiba sangat sensitif dan mudah marah atau sedih secara tiba-tiba, ya. Mungkin saja mereka sedang mengalami PMS tanpa mereka sadari. Menjalani gejala PMS sendiri saja sudah tidak nyaman, terlebih lagi apabila mereka harus menerima pandangan dan sinisan dari orang-orang di sekitarnya.
(DIP/DIR)