Kondisi Demensia dan Alzheimer memang selama ini selalu dikaitkan dengan satu sama lain. Bahkan, tidak jarang orang yang mengira kedua kondisi kesehatan ini merupakan hal yang sama. Meskipun Demensia dan Alzheimer memang sama-sama menyebabkan penurunan daya ingat, keduanya tetap menandakan kondisi kesehatan yang berbeda. Lalu, dimana saja letak perbedaannya?
Demensia menggambarkan sekelompok gejala yang terkait dengan penurunan memori, penalaran atau keterampilan berpikir lainnya. Terdapat beberapa jenis demensia dan banyak pula kondisi yang menyebabkannya. Demensia bukanlah bagian normal dari penuaan karena kondisi ini disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak yang mempengaruhi kemampuan penderitanya untuk berkomunikasi, yang dapat mempengaruhi pemikiran, perilaku dan perasaan.
Demensia dianggap sebagai penyakit karena cenderung berkembang sebagian besar pada orang yang lanjut usia. Sekitar 5% hingga 8% dari semua orang di atas usia 65 memiliki beberapa bentuk demensia, dan jumlah ini berlipat ganda setiap lima tahun di atas usia tersebut. Setengah dari orang berusia 85 tahun ke atas diperkirakan menderita demensia.
Mayo Clinic mengungkap bahwa demensia bukanlah suatu penyakit, tetapi kumpulan dari gejala-gejala yang menyebabkan gangguan fungsi otak. Gejala-gejala ini mempengaruhi kemampuan orang untuk melakukan aktivitas sehari-hari sendiri. Gejala umum demensia meliputi penurunan memori, perubahan dalam kemampuan berpikir, keterampilan penilaian dan penalaran yang buruk, fokus dan perhatian berkurang, perubahan bahasa, dan perubahan perilaku.
Kondisi demensia ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu primer yang berarti demensia ini menjadi penyakit utama, sekunder yang berarti kondisi demensia adalah efek samping dari penyakit lainnya serta gejala demensia reversibel yang disebabkan oleh penyakit atau penyebab lain. Demensia digambarkan seperti payung yang menaungi beberapa penyakit, salah satunya adalah Alzheimer. Itulah mengapa demensia dan Alzheimer sering dikaitkan satu sama lain.
Alzheimer itu sendiri adalah penyakit otak degeneratif yang disebabkan oleh perubahan fungsi otak yang kompleks setelah kerusakan sel. Ini menyebabkan gejala demensia yang secara bertahap memburuk dari waktu ke waktu. Gejala awal Alzheimer yang paling umum adalah kesulitan mengingat informasi baru karena penyakit ini biasanya mempengaruhi bagian otak yang terkait dengan memproses informasi dan ingatan.
Seiring berkembangnya Alzheimer, gejala yang dialami akan menjadi lebih parah dan hal-hal seperti disorientasi, kebingungan, dan perubahan perilaku pun dapat terjadi. Hingga pada titik akhirnya, berbicara, menelan dan berjalan juga menjadi sulit untuk dilakukan. Meskipun faktor risiko terbesar yang diketahui untuk Alzheimer adalah bertambahnya usia, penyakit ini bukanlah bagian normal dari penuaan. Dan meskipun kebanyakan orang dengan Alzheimer berusia 65 dan lebih tua, sekitar 200.000 orang Amerika di bawah 65 tahun hidup dengan penyakit Alzheimer di umur yang lebih muda.
Cara Mencegah Alzheimer
Meskipun penelitian masih dilakukan sampai sekarang untuk mengetahui cara mencegah Alzheimer, terdapat banyak bukti kuat bahwa risiko dapat dikurangi dengan membuat perubahan gaya hidup utama, termasuk berpartisipasi dalam aktivitas teratur dan menjaga kesehatan jantung yang baik. Beberapa studi otopsi menunjukkan bahwa sebanyak 80% individu dengan penyakit Alzheimer juga memiliki penyakit kardiovaskular. Sehingga mereka beranggapan bahwa plak yang menyumbat jantung mungkin juga terdapat pada otak tanpa menyebabkan gejala penurunan kognitif.
Tidak hanya itu, sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa mempertahankan hubungan sosial yang kuat dan menjaga mental agar tetap aktif seiring bertambahnya usia dapat menurunkan risiko penurunan kognitif dan Alzheimer. Jadi, penting bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan dengan pola hidup yang teratur dan kehidupan sosial yang baik demi mencegah kondisi Alzheimer di masa tua nanti.