Memasuki fase usia 20-an, banyak orang mengalami quarter life crisis (QLC). Hal ini wajar, karena merupakan salah satu fase kehidupan yang di mana kamu akan merasa bingung dan cemas karena banyak hal. Istilah quarter life crisis pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Robbins dan Abby Wilner pada tahun 2001. Kedua ahli tersebut memberikan julukan kepada remaja sebagai "twenty-somethings", yaitu remaja yang baru saja meninggalkan masa kenyamanan hidup dan mulai memasuki dunia kehidupan yang nyata.
Menurut Robbins dan Wilner, quarter life crisis adalah perasaan khawatir yang hadir atas ketidakpastian kehidupan yang mencakup karier, pertemanan, keluarga, percintaan, bahkan kehidupan sosial yang umumnya terjadi di usia 20-an. Orang yang mengalami quarter life crisis biasanya merasa tidak memiliki arah, bingung, dan khawatir dalam kehidupan di masa depan. Mereka juga suka mempertanyakan eksistensinya sebagai seorang manusia, ada juga yang terkadang merasa tidak memiliki tujuan hidup. Secara sederhana, quarter life crisis adalah kondisi di mana kamu merasa terjebak dalam pilihan hidup dan membuat kamu meragukan pilihan karier dan identitas diri.
Penyebab dari Quarter Life Crisis
Timbulnya quarter life crisis disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekitar yang kemudian mendorong untuk terus-menerus memikirkan hal-hal dalam hidup keseharian, sehingga dapat menimbulkan rasa gelisah dan tertekan. Dikutip dari alodokter.com, ada beberapa kondisi yang sering memicu timbulnya quarter life crisis yang di antaranya:
- Mengalami masalah pekerjaan atau finansial
- Merencanakan karier dan masa depan
- Menjalani hidup mandiri untuk pertama kalinya
- Menjalani hubungan romantis yang serius untuk pertama kalinya
- Mengalami putus cinta setelah menjalani hubungan yang serius setelah sekian lama
- Melihat teman sebaya sudah mencapai impiannya terlebih dahulu
- Membuat keputusan pribadi atau profesional yang akan bertahan dalam waktu yang lama
Rencana atau impian yang tidak sejalan dengan kenyataan dan ketidakpastian akan masa depan memang dapat membuat orang terjebak dalam kondisi quarter life crisis. Jangan sampai hal tersebut menghentikan langkahmu untuk jadi pribadi yang lebih baik. Quarter life crisis itu wajar terjadi, apalagi buat kamu yang berada di usia 20-an sampai awal 30-an.
Tanda-Tanda Mengalami Quarter Life Crisis
Menurut Robbins dan Wilner, ada beberapa situasi yang menggambarkan kalau kamu sedang dalam fase mengalami quarter life crisis yang di antaranya adalah:
- Merasa tidak mengetahui keinginan dan tujuan hidup
- Merasa terjebak dengan rutinitas
- Pencapaian yang tidak sesuai harapan
- Merasa takut gagal
- Tidak ingin merelakan masa kecil dan masa remaja berakhir
- Takut salah mengambil keputusan
- Membanding-bandingkan diri
- Tidak bahagia meskipun memiliki segalanya
Seiring bertambahnya usia, bisa dibilang semakin banyak pula pilihan yang kamu miliki. Mulai dari pilihan seputar pendidikan, pekerjaan, sampai keimanan. Quarter life crisis membuat kamu merasa seperti ada di persimpangan jalan untuk memilih antara belok kiri atau belok kanan. Persimpangan tersebut membuat kamu jadi bingung untuk mengambil jalan yang mana.
Jangan sampai kamu terlarut dalam situasi quarter life crisis, kondisi tersebut dapat berdampak buruk terhadap kehidupan kamu. Quarter life crisis juga dapat mempengaruhi kinerja dan semangat hidup, kamu tidak bisa berdiam diri dan harus segera bangkit. Ketika kamu mengalami quarter life crisis biasanya akan menarik diri dari pergaulan dan membatasi lingkup pertemanan.
Mengatasi Quarter Life Crisis
Sebelum kamu mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi quarter life crisis, ada baiknya juga kamu mengetahui empat fase dalam quarter life crisis yang dijabarkan oleh Dr. Oliver Robinson, seorang peneliti dan pengajar psikologi dari University of Greenwich, London.
- Fase Pertama
Kamu akan merasa terjebak dalam suatu komitmen, baik itu pendidikan, pekerjaan, hubungan asmara, atau ketiganya sekaligus. Keadaan tersebut sangat menjebak dan tidak mudah keluar dari keadaan tersebut.
- Fase Kedua
Kamu mulai bisa mengubah keadaan tersebut menjadi lebih baik. Kamu akan berusaha keras untuk mengejar target dan mengubah segalanya menjadi lebih baik meskipun dalam keadaan fragile seperti depresi.
- Fase Ketiga
Mulai muncul dalam pikiran dan hati kamu untuk memulai kehidupan yang baru. Hal ini akan terjadi pada saat kamu berhasil mencapai satu target saja dalam hidup kamu. Contohnya, ketika kamu sudah berhasil lulus kuliah dan mendapat gelar sarjana, langkah berikutnya adalah mencari pekerjaan atau mengambil jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
- Fase Keempat
Mulai timbul komitmen dalam diri terhadap pendidikan, pekerjaan, atau hubungan percintaan yang sedang kamu jalani. Pada fase ini, kamu sudah siap untuk menghadapi tantangan dan kehidupan baru dengan segala aktivitas di dalamnya.
Sebuah survei yang dilakukan oleh LinkedIn, 75 persen orang yang berusia 20-an sampai awal 30-an pernah mengalami quarter life crisis. Meskipun menjadi hal yang wajar, bukan berarti kamu harus pasrah saat quarter life crisis datang dan mempengaruhi aktivitas kamu. Berikut beberapa cara untuk mengatasi quarter life crisis yang dikutip dari Life Hack.
- Mengenali Diri Sendiri
Dengan mengenali diri sendiri lebih jauh, kamu dapat mengetahui hal apa yang akan kamu lakukan ke depannya. Mengenali diri sendiri dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan motivasi untuk menjalani hidup. Selain itu mengenali diri sendiri juga bisa membantu kamu untuk mengetahui apa tujuan hidup kamu yang sebenarnya.
- Jangan Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain
Kalau kamu melakukan hal ini, percayalah tidak akan ada habisnya. Karena akan ada banyak orang yang lebih baik dari kamu. Hal terpenting yang harus kamu lakukan adalah fokus terhadap pengembangan diri sendiri.
- Membuat Rencana Hidup
Tidak perlu terlalu jauh, rencana hidup cukup dibuat untuk 5 tahun ke depan saja. Rencanakan segala sesuatunya termasuk apa goals kamu dalam 5 tahun ke depan tersebut. Pikirkan juga dengan matang bagaimana roadmap-nya untuk mencapai semua goals tersebut. Selain itu, penting juga untuk membuat perencanaan finansial. Hal ini bertujuan agar kamu dapat memiliki tabungan di masa depan, sehingga hidup kamu dapat tertata dengan baik.
- Melakukan Aktivitas Produktif
Aktivitas yang produktif mampu mengembangkan kemampuan dalam diri dan dapat membuat kamu merasa jauh lebih baik. Beberapa aktivitas yang bisa kamu lakukan adalah mengikuti kursus, bersih-bersih rumah, hangout bersama teman, atau sekadar berjalan-jalan keliling kota. Jangan pernah ragu juga untuk mencoba hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah kamu lakukan, karena kamu tidak pernah tahu apa yang akan kamu temukan di masa depan.
- Berbagi Cerita Dengan Orang Terdekat
Dalam quarter life crisis, berbagai masalah baru seakan muncul tiba-tiba, bahkan masalah yang telah berlalu pun tiba-tiba muncul kembali. Semua ini akan membuat kamu menjadi takut, kecewa, dan marah. Lalu kemudian menyalahkan diri sendiri atau bahkan menyalahkan keadaan yang bisa membawamu menuju titik terendah dalam hidup. Jangan sampai kamu memendam sendiri rasa sakitmu, berbagilah dengan orang yang kamu percaya. Dengan berbagi, kamu akan merasa lebih tenang dan tidak merasa sendirian.
Dikutip dari The Guardian, quarter life crisis merupakan kondisi yang mempengaruhi 86 persen kaum milenial saat ini. Buat kamu yang sekarang sedang mengalami quarter life crisis, jangan khawatir, quarter life crisis merupakan suatu hal yang penting untuk dialami. Quarter life crisis juga bisa menjadi pengingat buat kamu agar terus bergerak maju dalam hidup. Quarter life crisis adalah tentang ketidakpastian, dan dari situ pula, kamu bisa menangkap bahwa tidak ada hal yang permanen di dunia ini, termasuk krisis yang kamu alami sendiri.
Sekali lagi, quarter life crisis bukanlah suatu hal yang harus ditakutkan dan ini merupakan hal yang sangat wajar terjadi. Bisa dibilang, quarter life crisis merupakan transisi menuju fase hidup berikutnya. Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan diri dengan baik agar dapat menjalani hidup yang lebih bahagia di kemudian hari.