Interest | Wellness

Busting Myths: Kesurupan

Jumat, 18 Mar 2022 20:00 WIB
Busting Myths: Kesurupan
Ilustrasi kesurupan Foto: Silver Screen Collection - Getty
Jakarta -

Akhir-akhir ini, warga Twitter ramai memperbincangkan video yang beredar mengenai penonton bioskop yang tiba-tiba kesurupan di tengah pertunjukan film horor yang bertajuk Iblis Dalam Kandungan. Kejadian tersebut diketahui terjadi di Bandung Indah Plaza, Bandung, Jawa Barat. Pasalnya, kejadian ini terjadi secara tiba-tiba, dimulai dari adanya suara isakan tangis yang kecil dan semakin lama semakin kencang hingga meracau. Korban yang mengalami kesurupan tersebut pun terdengar berbicara bahasa Sunda yang kurang lebih seperti ini, "Bongan saha titadi budak ieu nempokeun aing, hayang ngilu heuh ka aing, hayang ngilu?" Yang artinya, "Suruh siapa anak ini melihat saya, mau ikut dengan saya, mau ikut?"

Ramainya cuitan yang diunggah oleh user @HabisNontonFilm ini tentunya menuai berbagai respons dari netizen. "This is why I only watch horror in theatres if it's a WESTERN one because bitches are always getting possessed it's tiring 😩", tulis pengguna @spyglass_season di dalam cuitannya mengenai video yang mendapatkan 2,914 likes ini. Memang tidak dapat kita mungkiri bahwa kejadian kesurupan di tengah-tengah penayangan film horor di bioskop merupakan hal yang sering kita temui di internet.

.Cuitan @HabisNontonFilm/ Foto: Twitter @/HabisNontonFilm

Tidak hanya itu, ada pula respons yang menegaskan bahwa kesurupan merupakan suatu hal yang legit karena adanya pengalaman pribadi, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat berbagai reaksi pro-kontra dari netizen. Namun, apakah kesurupan adalah suatu hal mistis yang benar adanya dan seperti apa konsep kesurupan ini apabila dilihat dari sudut pandang kejiwaan dan psikologi?

Dilansir dari Encyclopedia of Religion, kesurupan atau kerasukan adalah keadaan kesadaran yang tidak biasa. Perubahan perilaku tersebut konon disebabkan oleh pengendalian tubuh manusia oleh roh, hantu, setan atau dewa. Konsep kerasukan entitas gaib ini sering dijumpai dalam banyak budaya dan agama, termasuk Buddha, Kristen, Vodou Haiti, Hindu, Islam, Wicca, dan kepercayaan tradisional di Asia Tenggara serta Afrika. Tergantung dengan konteks dan budaya, kerasukan ini dapat berupa sukarela atau tidak sukarela, serta dapat dianggap memiliki efek menguntungkan atau merugikan individu yang mengalaminya.

Saat tubuh seseorang sedang "diambil alih", orang tersebut biasanya mengalami berbagai tanda-tanda seperti; kehilangan kontrol atas tindakan dan ucapannya, kehilangan kesadaran lingkungannya, kehilangan memori atau ingatan, hingga kesulitan untuk membedakan kenyataan dari fantasi. Namun terkadang tanda-tanda orang yang mengalami kerasukan atau kesurupan ini juga sama dengan tanda-tanda gangguan mental lainnya seperti demensia, epilepsi, skizofrenia, sindrom Tourette dan amnesia disosiatif. Sehingga, apabila dilihat dari sisi kejiwaan, konsep kesurupan ini sebenarnya dapat dijelaskan dengan teori-teori medis yang ada.

.Ilustrasi kesurupan/ Foto: Nothing Ahead - Pexels

Kesurupan apabila dilihat dari sisi psikologi merupakan suatu kondisi mental seseorang yang mengalami disosiatif, di mana gangguan ini mengacu pada ketidaksesuaian hubungan antara pikiran, ingatan, lingkungan, tindakan, serta identitas diri. Hal ini biasanya muncul karena seseorang yang mengalami hal tersebut sedang menghindari stres dengan menciptakan kondisi disosiatif untuk mencegah kembalinya ingatan traumatis akan terjadinya sesuatu hal yang buruk. Jadi, dapat dikatakan bahwa kesurupan merupakan sebuah mekanisme seseorang untuk bertahan terhadap stres yang ia alami.

Bentuk lain dari gangguan disosiatif ini juga memiliki bentuk lainnya, yaitu amnesia. Amnesia yang dimaksud di sini adalah hilangnya ingatan yang disertai dengan terciptanya identitas baru. Kondisi ini pun disebut dengan kepribadian ganda yang disebabkan oleh stres atau tekanan mental. Contoh akibat tekanan mental yang terjadi antara lain bisa jadi sebuah bullying, physical abuse, sexual abuse, dan situasi-situasi lainnya yang dapat merusak mental seseorang.

Di tengah masyarakat Barat, demonologi (ilmu mengenai roh halus) bertahan sebagai satu-satunya penjelasan dalam masalah kesehatan mental sampai abad ke-18, sehingga sihir dan terlibatnya setan atau makhluk halus menjadi satu-satunya penjelasan umum untuk psikopatologi. Meskipun demikian, adanya keterlibatan dari makhluk halus untuk menjelaskan masalah kesehatan masih kental di beberapa daerah yang kurang berkembang di dunia. Terlebih lagi dalam hal kesehatan mental, terutama di daerah-daerah yang masing menganggap sihir atau kekuatan entitas lain sebagai ciri penting dari budaya lokal.

[Gambas:Audio CXO]

(DIP/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS