Berapa kali kita mengecek smartphone dalam sehari? Dimulai dari bangun tidur hingga sebelum beristirahat di malam hari, menatap layar gadget sudah menjadi kebiasaan yang sulit dihindari di tengah kenyamanan digital yang ditawarkan. Namun, justru kebiasaan ini penting untuk kita kurangi, karena dengan hanyut terus-menerus dalam budaya distraksi dapat mengurangi kemampuan kita berkonsentrasi.
Kehadiran smartphone dan berbagai perangkat teknologi lain mendominasi keseharian kita. Dengan perkembangan ini, kita beradaptasi dengan normal baru, semakin mudah teralihkan dan terinterupsi kapan pun dan di mana pun karena dengan mudahnya dapat mengakses banyak hal dalam sekejap. Dilansir dari The Guardian, banyak ahli menemukan bahwa interupsi dan gangguan seperti ini memiliki sisi negatif yakni telah mengikis kemampuan kita untuk berkonsentrasi.
Joe Kraus, seorang serial entrepreneur yang juga menjadi mitra Google Ventures, mengatakan bahwa multitasking adalah mitos, sesuai dengan penemuan dalam studi otak. Dengan penggunaan media dan perangkat digital yang intens, kita beralih dengan cepat di antara aktivitas yang berbeda. Mungkin kita berpikir bahwa sudah menyelesaikan dan melakukan banyak tugas sekaligus, namun pada kenyataannya kita hanya mencoba melakukan terlalu banyak hal secara bersamaan. Hal ini dapat membebani kemampuan otak kita untuk berkonsentrasi. Adrenalin dan kortisol dirancang untuk mendukung kita melalui ledakan aktivitas yang intens, tetapi dalam jangka panjang kortisol dapat melumpuhkan hormon serotonin dan dopamin di otak yang membantu kita merasa tenang dan bahagia, mempengaruhi tidur dan detak jantung. Hal ini dapat membuat kita merasa gelisah. Depresi dan kecemasan merupakan faktor yang dapat mengurangi konsentrasi. Menurut psikiater dan penulis buku The Inflamed Mind, Edward Bullmore, hormon stres yang bersirkulasi tinggi secara konstan, memiliki efek inflamasi dan membunuh sel-sel otak.
Konsentrasi yang buruk berakibat dari perilaku kita sendiri. Maka, seluruh keputusan untuk kembali meningkatkan konsentrasi dan memperbaikinya dikembalikan kepada kita dan kemauan kita untuk mengubah perilaku tersebut. Hal ini tidak hanya mengembalikan konsentrasi, tapi dapat juga mengembalikan fungsi otak dan kesehatan kognitif yang telah terganggu oleh kehidupan yang terdistraksi di tengah arus digitalisasi.
Konsentrasi yang lebih baik dapat membuat kita lebih produktif dan mengurangi stres. Disiplin untuk menjaga kesehatan kognitif dan mental kita sangat penting. Perubahan ini dapat dimulai dengan merefleksikan hal-hal yang selama ini mengambil konsentrasi pribadi kita. Berikutnya kita dapat menerapkan langkah untuk mengubah kebiasaan sebelumnya dan mengurangi distraksi. Salah satu contohnya dengan mengatur waktu menggunakan media sosial hanya di waktu tertentu dalam durasi yang singkat. Kita juga dapat membiasakan diri mematikan notifikasi ponsel di luar jam kantor. Perubahan untuk melatih konsentrasi kita membutuhkan adaptasi dan waktu yang tidak singkat, namun semuanya bisa tercapai melalui komitmen kita untuk menerapkannya.