Insight | Science

Apakah Kamu Seorang Neurodivergen?

Kamis, 03 Oct 2024 18:30 WIB
Apakah Kamu Seorang Neurodivergen?
Foto: Peaching Counselling
Jakarta -

Topik neurodivergen kini tengah meroket di kalangan anak-anak muda di TikTok. Sejak pandemi, para anak muda senang berbagi dan mengaitkan apa yang dirasakan oleh orang lain yang dibagikan di media sosial dengan kehidupan mereka.

Salah satu yang cukup populer adalah seseorang yang merupakan neurodivergen punya kebiasaan unik seperti berjalan jinjit atau tidur dengan "lengan T-rex". Tapi apa itu neurodivergen dan apakah kamu salah satunya?

Orang-orang Neurodivergen dan Seperti Apa Mereka

Dilansir dari Very Well Health seorang psikolog dari Florida, Justin Puder, PhD mengatakan perilaku yang berulang-ulang itu disebut perilaku repetitif yang berfokus pada tubuh atau disingkat BFRB. Sebagian orang yang melakukan BFRB untuk stimulus tertentu atau untuk pengaturan diri. Sementara yang lain, bahkan tidak menyadari bahwa mereka melakukannya.

Neurodivergensi ada pada spektrum yang mencakup beragam cara kerja otak manusia. Beberapa individu yang terlibat dalam BFRB mempunyai diagnosis khusyu dalam spektrum neurodivergensi, seperti autisme, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), atau gangguan hiperaktivitas defisit perhatian (ADHD). Tetapi tidak semua orang neurodivergen mempunyai diagnosis kesehatan mental yang benar.

Puder mengatakan para ahli mempunyai pendapat berbeda tentang kondisi mana yang dianggap sebagai bentuk neurodivergensi. Selain yang disebutkan tersebut, beberapa kondisi termasuk gangguan bipolar, disleksia, sindrom Tourette, dan Down Syndrome dalam kategori ini.

Meski begitu, ada beberapa BFRB dikaitkan dengan diagnosis spesifik di bawah payung neurodiversitas, menunjukkan satu atau lebih BFRB tidak selalu berarti kamu memiliki salah satu kondisi gangguan mental itu atau kamu neurodivergen.

1. Mengupas kulit

Mengupas kulit atau ekskoriasi adalah salah satu tanda kamu mungkin seorang neurodivergensi. Gangguan ini terjadi ketika kamu terus-menerus melakukan sesuatu pada kulitmu. Misalnya memencet jerawat terlalu sering, mengopek koreng, menguliti kulit mati, dan lain-lain. Ini bisa dikaitkan dengan hubungan OCD, ADHD, dan gangguan kecemasan.

2. Mencabut rambut

Mencabut rambut atau trikotilomania adalah situasi ketika kamu mencabut rambut dari bagian tubuh manapun. Mencabut rambut bisa menyebabkan rambut rontok, dan peneliti mengaitkannya dengan OCD, ADHD, dan autisme.

3. Jalan jinjit

Berjalan jinjit terjadi saat kamu berjalan dengan jari-jari kaki dan telapak kaki, bukan tumit. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak, tetapi orang dewasa juga bisa menunjukkan perilaku ini. Penelitian pun membuktikan berjalan jinjit dengan autisme.

4. Menggigit pipi

Beberapa orang neurodivergen menggigit bagian dalam pipi mereka secara berulang-ulang, yang bisa menyebabkan sariawan dan masalah kesehatan mulut lainnya. Para peneliti telah menghubungkan perilaku ini dengan OCD.

5. Menggigit kuku

Penelitian menghubungkan kebiasaan menggigit kuku atau onikofagia dengan perilaku agresif hingga OCD. Namun para ahli menekankan kalau tidak semua orang yang menggigit kuku adalah neurodivergen   kebiasaan ini biasa di antara banyak individu karena alasan yang mungkin sama sekali tidak berhubungan dengan pemrosesan kognitif mereka.

6. Retakkan buku-buku jari

Walau beberapa orang secara kompulsif meretakkan buku-buku jari mereka, seringnya meretakkan sendi-sendi lain dikaitkan dengan OCD. Bergantung pada sendinya, hal ini bisa berbahaya karena beberapa orang secara kompulsif meletakkan leher mereka yang bisa menyebabkan cedera serius.

7. Tidur dengan 'lengan T-Rex'

Beberapa orang yang mengidentifikasikan diri sebagai neurodivergen mengatakan mereka tidur dengan posisi lengan tertentu dengan pergelangan ditekuk di bawah dagu. Meskipun banyak orang yang telah mengatakan ini sebagai pengalaman mereka di media sosial, sulit untuk mengatakan apakah ini ada hubungannya kamu seorang neurodivergen atau kebiasaan umum biasa saja.

Apa Kamu Salah Satunya?

Meningkatnya perbincangan seputar neurodiversitas pada dasarnya baik karena membantu orang memahami bahwa berpikir secara berbeda belum tentu buruk atau sesuatu yang perlu diperbaiki. Seorang profesional kesehatan mental bisa membantu kamu mencapai kesimpulan kalau kamu neurodivergen atau bukan.

Tetapi itu bukan sesuatu yang bisa dikatakan secara resmi oleh seorang profesional ya. Jika kamu ingin menghentikan atau mengubah perilaku repetitif yang berfokus pada tubuh, mulailah dengan mencari bantuan dari terapis.

(DIR/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS