Kamu mungkin berpikir selama ini perasaan ketertarikan dan cinta muncul dari hati. Rasa deg-degan, senang bukan kepalang, dan salah tingkah karena berinteraksi dengan orang yang kita sukai, kamu pikir semua itu dari perasaan hati saja? Faktanya, apapun yang kamu rasakan ketika jatuh cinta itu karena zat kimia di otak kita.
"Cinta adalah hasil dari perubahan kimia yang terjadi di otak saat kita bertemu dengan seseorang dan merasakan hubungan itu. Ada perubahan jangka panjang di otak kita saat kita berhubungan dengan seseorang yang menghubungkan kita dengan orang-orang tersebut. Dan terkadang seumur hidup. Saya pikir itu menarik," kata Larry Zweifel, seorang ahli saraf dari University of Washington, dikutip Uwmedicine.org.
Zat Kimia Memicu Ketertarikan dan Perasaan Jatuh Cinta
Saat pertama kali bertemu seseorang, otakmu merespons dengan melepaskan zat kimia di otak termasuk dopamin, serotonin, dan norepinefrin yang menciptakan perasaan motivasi, hasrat, kesenangan, dan gairah.
"First impression sangatlah penting karena di saat itulah kita memastikan bahwa orang yang kita temu mau berinteraksi sosial dan terlibat dengan kita. Jika ada hubungan di sana, itu benar-benar saat-saat terpenting dan bahasa tubuh, juga komunikasi verbal dan nonverbal yang menciptakan hubungan yang mendorong kita untuk terlibat di masa mendatang dengan orang itu," papar Zweifel.
Inilah yang membuat kita bisa menentukan tertarik atau tidaknya dengan seseorang saat pertama kali bertemu. Ia menambahkan, cara otak memproses respons awal dan umpan balik sosial yang menentukan apakah kita akan berinteraksi dengan orang lain lagi di masa mendatang, atau apakah kita akan berusaha sebaik mungkin untuk menghindarinya.
Nah kalau kamu penasaran apakah cinta pada pandangan pertama itu benar adanya atau tidak, ya semua tergantung bagaimana kamu mendefinisikan cinta seperti apa. Tetapi, lonjakan dopamin dan serotonin di dalam neurotransmiter akan mendorong kamu merasakan sensasi kesenangan ketika pandangan pertama itu mungkin terjadi.
Jatuh Cinta dan Patah Hati Bisa Mengubah Otakmu
Kalau semua berjalan dengan baik dan kamu mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang yang kamu sukai, otak kamu akan merespons dengan memproduksi lebih banyak bahan kimia.
"Itu menguatkan. Otakmu akan seperti 'Oke, aku bisa mendekati orang ini dan mereka reseptif, jadi di masa mendatang, jika saya bertemu dengan orang ini lagi, saya tahu kalau saya bisa mendekati mereka dan berbicara dengan mereka'," ujar Zweifel.
Nah ketika kamu berinteraksi dengan orang yang kamu sukai fisik maupun emosional otakmu akan melepaskan oksitosin, suatu neurotransmitter yang mengubah otakmu untuk membantu kamu membentuk ikatan dan meninggalkanmu dengan rasa puas yang luar biasa. Para ilmuwan pernah melihat otak tikus dibanjiri dengan zat oksitosin ketika mereka mempunyai pasangan dan membentuk ikatan monogami.
"Pada manusia, kami pikir situasi itu mirip. Saat kita bertemu dengan seseorang dan menemukan kecocokan, terjadi peningkatan oksitosin. Ini mengubah otak kita sehingga sekarang kita punya ketertarikan emosional dengan orang tersebut," kata Zweifel.
Sama halnya ketika kamu patah hati. Patah hati akan menimbulkan stres dan stres bisa menghambat emosi positif kita. Ketika stres, oksitosin atau zat kimia lainnya yang muncul ketika jatuh cinta akan terkikis sampai akhirnya mengubah otakmu.
"Kalau kamu mengalami stres, itu akan mengurangi sinyal-sinyal yang menguatkan dan memberi penghargaan yang memotivasimu untuk berinteraksi secara sosial dengan orang-orang yang kamu sayangi. Itu justru dapat menimbulkan efek sebaliknya," ujarnya.
Jadi kamu tidak perlu heran ketika patah hati, kamu malas bertemu orang-orang. Sebab, chemisty di otak lah yang menentukan segala hal berhubungan dengan kebahagiaan dan kesedihan dalam hubunganmu antar manusia.
(DIR/tim)