Baru-baru ini, dunia dihebohkan dengan pemberitaan munculnya Amoeba pemakan otak yang menyerang manusia. Kasus ini pertama kali ditemukan di Korea Selatan pada Senin (27/12), di mana ada seorang pria berusia sekitar 50 tahun meninggal akibat organisme ini. Diketahui pria tersebut terinfeksi setelah ia kembali dari Thailand pada 10 Desember 2022 lalu, usai menetap selama empat bulan.
Sempat dibawa ke rumah sakit dengan gejala yang aneh, tapi sayangnya nyawa pria tersebut tidak tertolong. Badan Pencegahan dan Kontrol Penyakit Korea (KDCA) melaporkan tes genetik yang diambil dari pria tersebut dan hasilnya organisme bernama Naegleria Fowleri adalah penyebab kematian dari pria Korea Selatan itu.
Tak hanya di Korea Selatan, amoeba pemakan otak ini sebelumnya telah menyerang dan menjadi penyebab kematian seorang anak laki-laki di Amerika Serikat. Anak tersebut diketahui jatuh sakit usai berenang di Sungai Elkhorn yang berada beberapa kilometer di barat Omaha.
Setelah kasus pertama mencuat, ada beberapa kasus kematian lagi yang disebabkan oleh amoeba ini. Lantas, apa itu amoeba pemakan otak dan seperti apa gejala yang harus kita waspadai?
Mengetahui Amoeba Pemakan Otak
Dilansir WebMD, sebenarnya amoeba pemakan otak ini merupakan spesies yang ditemukan pada tahun 1965 yang dinamakan Naegleria Fowleri. Organisme ini biasanya berada di perairan air tawar yang hangat atau perairan yang airnya terkontaminasi. Ukurannya yang kecil membuat amoeba ini mudah menyerang tubuh manusia hingga menyebabkan infeksi dan pembengkakan.
Meskipun jarang terjadi, tetapi sekalinya mengenai manusia, mereka akan memakan otak dengan cara menghancurkan jaringannya. Biasanya amoeba ini masuk lewat hidung, kemudian merayap hingga ke otak. Dokter menyebut penyakit tersebut dengan sebutan primary amebic meningoencephalitis (PAM).
N. fowleri ini sebenarnya bersifat mikroskopis yakni berukuran 8 mikrometer hingga 15 mikrometer, tergantung pada tahap kehidupan dan lingkungannya. Sebagai perbandingan, sehelai rambut mempunyai lebar 40 hingga 50 mikrometer. Sama halnya dengan amoeba lain, N. fowleri berkembang biak dengan pembelahan sel. Ketika kondisinya tidak aktif, amoeba ini menjadi kista yang tidak aktif, tapi ketika itu aktif mereka akan berubah menjadi amoeba pemakan.
Umumnya amoeba ini bisa berkembang biak di danau hangat, genangan lumpur, air sungai yang hangat dan mengalir lambat, kolam renang tak terawat, air sumur yang tidak diolah dengan benar, mata air panas, air yang tercemar termal, akuarium, tanah, dan taman air.
Organisme ini sebenarnya memakan bakteri, tetapi jika mereka masuk melalui hidung, lalu ke tubuh manusia, mereka akan menganggap otak sebagai sumber makanan mereka. Namun seseorang yang telah terinfeksi N. fowleri tidak bisa menyebabkan infeksi ke orang lain.
Gejala Seseorang Terinfeksi Amoeba Pemakan Otak
Gejala PAM sebenarnya tidak terlalu spesifik, namun bisa tampak seperti virus meningitis. Adapun gejalanya seperti sakit kepala, demam, leher kaku, kehilangan selera makan, muntah, kesehatan mental berubah, kejang, koma, hingga kematian.
Sayangnya dibutuhkan waktu dua hingga 15 hari untuk mengetahui apakah seseorang telah terinfeksi amoeba N. fowleri yang masuk ke hidung. Tanda-tanda kematian biasanya terjadi 3-7 hari setelah gejala muncul. Rata-rata waktu kematian adalah 5,3 hari sejak timbulnya gejala. Hanya segelintir pasien di seluruh dunia yang dilaporkan selamat dari infeksi ini.
PAM yang disebabkan oleh amoeba pemakan otak dianggap sebagai infeksi yang fatal. Lebih dari 97% orang yang terinfeksi N. fowleri meninggal. Meski begitu, studi menunjukkan bahwa banyak orang mungkin telah mempunyai antibodi terhadap N. fowleri. Itu menunjukkan bahwa mereka terinfeksi amoeba tersebut, tetapi sistem kekebalan mereka bisa melawannya. Untuk menghindari risiko terinfeksi, sebaiknya hindari bermain di perairan air tawar atau melakukan olahraga air tanpa penjepit hidung.
(DIR/tim)