Tidur merupakan aktivitas yang krusial untuk kesehatan tubuh dan kesehatan mental. Saat kita terlelap di malam hari, tubuh secara otomatis mengembalikan energi yang hilang, memperbaiki jaringan yang rusak, hingga membersihkan racun dalam tubuh. Seperti yang sudah kamu ketahui, kurang tidur dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, hingga gangguan kecemasan. Namun, studi yang baru dilaporkan pada 23 Agustus lalu bahwa kurangnya tidur juga dapat membuat kita menjadi kurang dermawan.
Penelitian ini dilaksanakan di California, Arizona, dan Hawaii dengan menggunakan 3 pendekatan dalam membuktikan hubungan antara kekurangan tidur dan kedermawanan. Neuroscientist dari University of California, Ben Simon dan timnya mengundang 23 orang berumur 20-an untuk menginap di labnya selama 2 hari. Para partisipan ini diinstruksikan untuk tidur di malam pertama dan tetap terjaga di malam selanjutnya.
Ilustrasi waktu tidur/ Foto: Mpho Mojapelo via Unsplash |
Setiap pagi selama mereka menginap, partisipan diminta untuk mengisi kuesioner altruisme standar yang menilai kemungkinan mereka dalam membantu orang asing atau kenalannya dalam bermacam skenario. Sebagai contoh, dari angka 1 hingga 5 di mana angka paling kecil akan mengindikasikan ketidakinginan dan kebalikannya, untuk; memberikan kursi di transportasi umum bagi yang lebih membutuhkan, membantu teman kantor yang sedang kesulitan, dan lain-lain. Hasilnya, sekitar 80 persen partisipan menunjukkan keengganan untuk membantu orang lain saat mereka tidak mendapatkan tidur yang cukup ketimbang saat mereka mendapatkan waktu istirahat yang dibutuhkan.
Metode lanjutan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengamati aktivitas otak para partisipan dengan mesin MRI. Peneliti membandingkan aktivitas saraf setiap partisipan dalam dua keadaan, tidur cukup dan kurang tidur. Hasil menunjukkan bahwa kekurangan tidur nyatanya mengurangi aktivitas di jaringan daerah otak yang berhubungan dengan kemampuan berempati terhadap orang lain.
Ilustrasi tidur./ Foto: Ivan Oboleninov via Pexels |
Eksperimen terakhir dilakukan secara daring, di mana 136 partisipan yang terkumpul diminta untuk menyimpan catatan tidur selama empat malam. Kemudian, setiap partisipan diminta untuk menyelesaikan subset kuesioner altruisme sebelum pukul 1 siang selama eksperimen berlangsung. Para peneliti menemukan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan partisipan untuk terjaga di tempat tidur yang merupakan ukuran tidur yang buruk, maka semakin rendah pula skor altruisme mereka. Penurunan altruisme ini dapat terlihat saat membandingkan skor individu dengan dirinya sendiri, maupun skor rata-rata di seluruh kelompok.
Tak disangka, penelitian dengan pendekatan tiga metodologi ini memungkinkan para peneliti untuk menarik garis yang meyakinkan mengenai perubahan pada otak yang muncul ketika kekurangan tidur hingga mempengaruhi perilaku para individu bermasyarakat.