Siapa pun pada suatu masa dalam hidupnya pasti pernah merasakan patah hati, entah itu karena ditolak pujaan hati, ditinggalkan pasangan, atau karena perceraian. Bagi kita yang sudah pernah merasakan patah hati, pasti tahu betapa menyiksanya perasaan tersebut. Ketika sedang patah hati, sulit rasanya untuk menemukan tenaga untuk beraktivitas seperti biasa. Dalam banyak kasus, patah hati bisa membuat kita kehilangan nafsu makan. Bahkan sekalipun kita mencoba mengkonsumsi comfort food, rasanya tidak sama dan sulit untuk ditelan.
Hilangnya nafsu makan akibat patah hati disebut sebagai heartbreak diet. Berdasarkan sebuah studi, 68 persen orang mengalami penurunan berat badan semenjak putus dari sebuah hubungan. Hal ini menunjukkan bahwa patah hati tidak hanya mempengaruhi kondisi mental tapi juga kondisi tubuh kita.
Ketika kita merasa bahagia dan sedang jatuh cinta, tubuh kita mengeluarkan hormon dopamin dan oksitosin yang membuat kita merasa senang dan puas. Namun sebaliknya, ketika kita patah hati, hormon-hormon ini digantikan oleh hormon stres.
Dilansir dari Prevention, rasa stres yang kita alami ketika patah hati memicu tubuh kita untuk mengeluarkan hormon epinefrin (adrenalin) dan kortisol. Ketika hormon stres ini diproduksi untuk waktu yang lama, ia bisa menyebabkan tubuh kita berada dalam kondisi fight or flight. Dalam kondisi ini, seseorang bisa mengalami peningkatan gula darah, tekanan darah tinggi, bahkan kehilangan fungsi kognitif. Akibatnya, sistem kekebalan pun akan menurun. Sistem kekebalan manusia sendiri berada di dalam usus, sehingga nafsu makan pun berkurang.
Selain mempengaruhi kondisi tubuh, patah hati juga mempengaruhi kinerja otak. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Arthur Aron, profesor ilmu sosial dan kesehatan psikologi dari Stony Brook University, seseorang yang mengalami patah hati kondisinya mirip seperti pecandu yang berusaha berhenti mengkonsumsi narkoba. Sebab, rasa sakit dan sedih terhubung langsung dengan bagian otak yang berkaitan dengan motivasi, kebahagiaan, dan adiksi. Rasa cinta bagaikan adiksi. Sehingga ketika mengalami patah hati, otak kita sulit untuk move on dari pikiran-pikiran buruk yang terus-menerus mengingatkan bahwa hubungan kita telah usai.
Tubuh kita memang tidak bisa dipisahkan dari kondisi mental. Ketika hati kita tersakiti, maka tubuh kita juga akan merasakannya. Oleh karena itu, efek samping dari patah hati tidak boleh dikesampingkan. Untuk mengatasi hilangnya nafsu makan ketika patah hati, pertama-tama kita harus bisa mengelola stres yang kita rasakan. Alih-alih memendam perasaanmu, cobalah untuk memprosesnya. Lalu, carilah kegiatan yang bisa meningkatkan mood-mu. Perlahan-lahan, nafsu makanmu akan kembali seperti sediakala.