Berpuasa Ramadan selama lebih dari 12 jam, menahan lapar dan haus di tengah cuaca Indonesia yang terik, bukanlah perkara yang mudah. Apalagi kita melakukannya sambil melakukan kegiatan sehari-hari seperti belajar atau bekerja. Rasa lapar dan haus yang menguji diri terkadang membuat kita kalap membeli makanan dan minuman saat tiba waktunya berburu takjil.
Ya, semua makanan dan minuman yang disajikan untuk para pemburu takjil memang terlihat menggugah selera. Meskipun itu hanya sebatas gorengan atau teh manis dingin dalam gelas, aroma hingga visualisasinya begitu menarik dan membuat kita menelan ludah. Dan saat tiba waktunya berbuka, makanan dan minuman itu pun langsung menyapu rasa lapar dan dahaga kita, dengan kenikmatannya.
Padahal di hari-hari lainnya di luar bulan Ramadan, makanan seperti gorengan ataupun teh manis dingin bukan sesuatu yang istimewa. Bahkan mungkin cenderung membosankan. Lantas, mengapa makanan atau minuman yang 'biasa' saja terlihat dan terasa lebih enak ketika kita merasa lapar?
Dilansir Science Daily, rasa lapar bisa meningkatkan kemampuanmu untuk merasakan dan meningkatkan sensitivitas reseptor rasa di lidah kita, atau dengan mengubah cara kita merasakan rangsangan rasa yang sama. Profesor Zverev dari University of Malawi melakukan survei dengan membujuk 16 mahasiswa laki-laki untuk tidak sarapan, setelah makan malam pada jam 6.30 malam sehari sebelumnya.
Ia pun kemudian meminta para siswa untuk menyesap larutan gula, gula, atau kina dengan konsentrasi yang berbeda, dan memberitahu profesor ketika mereka mencicipi larutan tersebut. Satu jam setelah makan siang, para relawan pun diminta untuk mengulang tes rasa.
Hasilnya, saat lapar, mereka lebih peka terhadap keberadaan gula dan garam dalam minuman. Perut kosong tidak mengubah kemampuan para sukarelawan untuk mengenali rasa pahit. Profesor Zverev menduga bahwa perbedaan ini disebabkan oleh peran berbeda yang dimainkan oleh rasa. "Sementara rasa manis dan asin adalah indikator zat yang bisa dimakan dan memicu konsumsi, sementara rasa pahit menunjukkan zat yang tidak cocok untuk dikonsumsi dan harus ditolak," ujarnya.
Selain itu, menurut penelitian dari National Institute for Physiological Sciences, Jepang yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications mengungkapkan alasan mengapa makanan dan minuman tampak lebih nikmat saat kita lapar. Itu karena sel khusus di otak yang disebut Agouti-related peptide (AgRP) yang diproduksi AgRP/NPY, yang bertanggung jawab mengatur rasa lapar, mengubah pikiran seseorang terhadap makanan ketika lapar. Ketika neuron AgRP ini diaktifkan, otak akan cenderung ingin merasakan makanan manis dan menoleransi berbagai rasa makanan dan minuman.
Sementara, dalam penelitian yang lain dari University of Yale dan University of California menyatakan, ketika para peneliti menjaga kadar glukosa para peserta survei mendekati normal, otak mereka menunjukkan lebih banyak aktivitas di korteks prefrontal, area yang mengatur fungsi eksekutif seperti logika, penalaran, dan perencanaan. Korteks prefrontal sendiri merupakan wilayah otak yang membantu mengendalikan emosi dan impuls, seperti saat kamu mengidam sebuah makanan berkalori tinggi.
Tetapi ketika kadar glukosa turun, seperti saat kita berpuasa, area otak lebih dalam yang meliputi hipotalamus, talamus, dan nucleus accumbens, mulai menyala. Area-area ini terkait dengan sistem emosional atau limbik kita. Sehingga mereka memainkan peran penting dalam motivasi, penghargaan, dan kecanduan.
Hidupnya bagian ini adalah ketika kadar glukosa berkurang, itu adalah sinyal bahwa tubuh kehabisan bahan bakar yang diperlukan untuk bertahan hidup. Tidak heran, kita dianjurkan untuk mengonsumsi makanan atau minuman yang manis dulu saat berbuka puasa. Jadi alangkah baiknya memang, ketika berbuka puasa konsumsi makanan manis dulu, barulah yang asin untuk mengembalikan energi dalam tubuhmu setelah seharian berpuasa.
(DIR/MEL)