Konsep transportasi online, khususnya ojek online (ojol), merupakan salah satu inovasi atau ide yang dianggap brilian dan terbukti efektif membantu masyarakat. Namun demikian, konsep ojol yang diterapkan salah satu pemainnya, Gojek, dituding menjiplak ide ojol milik Arman Chasan. Polemik tersebut bahkan bergulir jauh hingga meja hijau, di mana Arman menuntut ganti rugi dari Gojek sekitar Rp 25 triliun karena hal tersebut.
Terlepas dari perseteruan Arman dengan Gojek yang ramai dibicarakan dan akan memasuki tahap persidangan, rasanya mencoba menyoroti mengapa kesamaan konsep antara pihak berbeda yang tidak pernah bertemu atau bertukar pikiran sebelumnya bisa terjadi adalah hal yang menarik.
Perseteruan mengenai siapa yang menemukan sesuatu atau merealisasikan ide lebih dulu, sejatinya telah terjadi sepanjang sejarah manusia. Seperti halnya Kalkulus, yang dikemukakan oleh Isaac Newton pada sekitar tahun 1680 dan Gottfried Leibniz di sisi lain, yang juga memaparkan teori yang sama dan di tahun yang juga sama. Sementara itu, teori evolusi pernah dikemukakan Charles Darwin pada 1859, dan kemudian juga dipublikasikan oleh Alfred Russel Wallace tahun 1869.
Selain itu, Thomas Alva Edison yang hingga kini diakui dunia sebagai penemu bola lampu ternyata bukan penemu tunggal atau yang paling pertama mengenalkan bohlam. Jauh sebelum Edison, ada tokoh-tokoh sains yang telah lebih dulu mengemukakan konsep yang sama, seperti Humphry Davy dan Faraday.
Terkadang suatu penemuan merupakan proses penyempurnaan temuan dari penemu sebelumnya. Tetapi, suatu penemuan kadang justru tercipta pada saat yang hampir bersamaan oleh dua orang yang berbeda. Fenomena mengenai adanya inovasi atau ide yang sama meskipun di berbeda tempat dan waktu tersebut, dikenal dengan istilah multiple discovery.
Multiple discovery, merupakan suatu konsep yang memungkinkan suatu penemuan baru dicetuskan oleh orang yang berbeda, walau memiliki konsep keseluruhan yang hampir sama. Sedikit mengambil pelajaran dari sejarah, multiple discovery secara nyata telah ditemukan pada dunia sains, karya seni, hingga model bisnis seperti Arman dan Gojek.
Sekalipun persamaan penemuan antarmanusia sekarang bisa dipahami lewat teori multiple discovery, terkadang kesamaan ide atau inovasi tersebut lebih dianggap dapat merugikan sebagian pihak--apalagi menyangkut ranah komersial. Hal ini memang bisa dipahami, karena sebagai penemu, seseorang menginginkan hak yang pantas atas daya ciptanya yang bermanfaat.
Hingga titik ini, batasan antara multiple discovery dan penjiplakan--khususnya di ranah komersil--memang sangat tipis. Tetapi, Brian Wong, CEO dari Kiip International justru melihat penjiplakan dari sudut pandang lain dan menyatakan bahwa penjiplakan merupakan validasi atas suatu karya kita yang paling jujur.
"Nothing new under the sun", kesamaan penemuan antara inovasi manusia mungkin terjadi karena preferensi yang bisa saja sama. Mungkin juga kesamaan concern menjadikan suatu penemuan bersifat serupa. Tapi bisa jadi, segala kesamaan ide yang telah termanifestasi pada suatu karya terjadi karena kebetulan belaka dan sulit untuk terhindarkan.
Sejauh ini, kesamaan ide ojek online yang dituduh menjiplak konsep milik Arman rasanya lebih dapat dipahami. Apalagi di Indonesia, perkara hak cipta atas suatu inovasi atau karya, baru bisa divalidasi jika telah berwujud nyata dan bukan konsep semata.
Menutup pembahasan kali ini, kesamaan penemuan antar beberapa orang seharusnya mampu ditoleransi secara lebih bijak dan tidak melulu menyenggol komersialisasi. Sebab suatu ketika, penemu Ford Motor Company, Henry Ford, dengan ironis pernah mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah benar-benar menemukan hal baru melainkan mengakumulasi pekerjaan orang lain sebelum dirinya.
Ford juga berkata, hanya mengisahkan beberapa orang sebagai dalang kemajuan umat manusia adalah omong kosong yang paling buruk. Jadi, bagaimana jika ada yang berpikir dan bersikap sama dengan kita di belahan dunia yang lain? Akankah kita terkejut dan takjub?
(RIA/DIR)