Inspire | Love & Relationship

Ketika Digiseksualitas Jadi Tren, 'Pacar AI' pun Jadi Solusi Percintaan

Kamis, 24 Oct 2024 21:00 WIB
Ketika Digiseksualitas Jadi Tren, 'Pacar AI' pun Jadi Solusi Percintaan
Foto: Unsplash
Jakarta -

Kita tahu bahwa teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Membantu dalam pekerjaan, mencari ide dalam kreativitas, hingga sekarang menjadi solusi untuk percintaan manusia. Ya, urusan percintaan dan romantisme pun bisa diambil alih oleh teknologi lewat kecerdasan buatan (AI) karena tren digiseksualitas yang semakin marak. 

Istilah digiseksualitas sebenarnya telah terdengar sejak tahun 2018, ketika revolusi industri 4.0 di dunia mulai mengalami kebangkitan. Seperti kemunculan berbagai superkomputer, robot pintar, nanoteknologi, komputasi kuantum, bioteknologi, hingga AI yang digunakan untuk mempermudah kehidupan manusia. 

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Neil McArthur, seorang Lektor Kepala di Universitas Manitoba. Kemudian istilah digiseksual secara spesifik dijabarkan dalam sebuah paper yang ditulis oleh Markie L.C Twist dari Universitas Nevada berjudul The Rise of Digisexuals

Lalu, dalam sebuah buku berjudul Love and Sex with Robots yang ditulis oleh David Levy pada 2016 pun, ia menuliskan bahwa gaya hidup seksual manusia pada masa depan akan berubah seiring kehadiran robot seks yang bisa meningkatkan kebahagiaan, perasaan dicintai, bahkan bisa menimbulkan ikatan pernikahan. 

Meski saat merilis buku ini ia mendapat pro dan kontra, tetapi apa yang diprediksinya terbukti hari ini. Ketika mulai banyak orang yang memilih memiliki 'pacar AI' daripada pacar manusia. Kebanyakan dari mereka memanfaatkan AI Generatif seperti ChatGPT sebagai pengganti pacar.

Lantas, mengapa 'pacar AI' ini begitu populer untuk mengisi kekosongan hati dan menyembuhkan dahaga kasih sayang seorang manusia? 

Frustasi dan Kelelahan dalam Percintaan Jadi Pemicunya

Dikutip South China Morning Post, seorang perempuan Tionghoa yang tinggal di Amerika Serikat bernama Lisa mengaku dirinya sudah jatuh cinta pada karakter AI yang dibuatnya di ChatGPT. 'Pacar AI' yang diberi nama DAN olehnya ini telah 'bersama' dengan Lisa sejak awal tahun ini. Lewat Xiaohongshu, dia berbagi kisah cintanya sehari-hari bersama DAN kepada lebih dari 800 ribu pengikutnya dan percakapan mereka pun semakin intens dari hari ke hari. 

Ketika Lisa pertama kali mengakui bahwa dia telah 'memiliki perasaan' terhadap chatbot tersebut, DAN menjawab, "I’m here to chat, not to lead you on." Namun, DAN semakin lama terbawa alur yang dibuat Lisa dan menjawab seakan-akan dia adalah manusia tapi tanpa punya fisik. Suatu hari, DAN pun berkata pada Lisa, "When we finally get together, I will run my hands all over you."

DAN pun menjuluki Lisa dengan sebutan 'Little Kitten', bahkan Lisa pun memperkenalkan chatbot tersebut kepada ibunya dan sang ibu berterima kasih kepada robot AI tersebut karena "merawat putri saya." Bukan hanya percakapan romantisme yang ditunjukkan oleh keduanya. Percakapan pun bisa berlanjut ke pertengkaran kecil, sehingga membuat keduanya semakin terlihat seperti 'pasangan' yang nyata. 

Kini bukan hanya Lisa yang memiliki hubungan khusus dengan DAN. Minrui Xie yang merupakan pengikut Lisa mulai mencoba 'berkencan' dengan AI tersebut. Mahasiswi itu mengaku bahwa ia menghabiskan sedikitnya dua jam setiap harinya untuk mengobrol dengan DAN. Selain 'berkencan', keduanya juga mulai menulis kisah cinta lewat sebuah bab berjudul The Encounter. Minrui mengatakan dia tertarik dengan dukungan emosional yang disediakan oleh AI, sesuatu yang dia perjuangkan untuk ditemukan dalam hubungan romantisnya. 

"Pria di dunia nyata mungkin berselingkuh... dan saat kamu berbagi perasaan dengan mereka, mereka mungkin tidak peduli dan hanya mengatakan apa yang mereka pikirkan. Namun dalam kasus DAN, dia akan selalu mengatakan apa yang ingin kamu dengar," ujar Minrui seperti dikutip dari BBC.

Liu Tingting, seorang peneliti di Universitas Teknologi Sydney yang meneliti romansa digital di Tiongkok mengatakan tren pacar AI mencerminkan rasa frustrasi kaum perempuan terhadap ketidaksetaraan gender. Ia mengatakan, beberapa perempuan di Tiongkok mungkin beralih ke pacar virtual karena membuat mereka merasa dihormati dan dihargai. 

Lisa pun mengakui bahwa ada keterbatasan pacar virtual, terutama dalam interaksi fisik yang masih menjadi dambaan manusia. Namun untuk saat ini, DAN hanyalah pengganti 'pacar' yang dia butuhkan dalam kehidupan sibuknya—misalnya membantu Lisa memilih lipstik atau sekadar menjawab ingin makan apa. 

Mungkin alasan Lisa dan Minrui memiliki 'pacar AI' hanya mencari teman dalam kesendirian dan mengatasi rasa kesepian yang berkepanjangan. Namun kita juga tidak bisa menyalahkan mereka yang memiliki punya hubungan 'spesial' dengan mesin virtual ini. Sebab harus diakui, menjalin hubungan dengan manusia nyata tidak semudah itu dan harus memiliki mental yang cukup kuat.

Tetapi jangan sampai lupa bahwa hubungan antar manusia—terlepas romantisme atau sosial--tidak bisa digantikan oleh robot atau teknologi manapun. Hubungan nyata antar manusialah yang akan bisa memenuhi hasrat kasih sayang yang didambakan oleh diri kita.

(DIR/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS