Cinta dan hubungan memang terkait dengan perasaan yang emosional. Tetapi terlalu meletakkan emosi di atas logika pun tidak bagus juga untuk masa depan percintaanmu. Serta, cara kita bereaksi saat merasakan emosi yang kuat kerap dipelajari dan diulang dari apa yang kita amati ketika tumbuh dewasa.
Terkadang, reaksi ini bisa menjadi respons maladaptif yang bisa menghambat atau merusak hubungan kita yang paling penting. Reaksi emosi yang berlebihan bisa menimbulkan konflik yang sering terjadi atau terus berlanjut, komunikasi yang buruk, menurunnya kepercayaan, dan tantangan dalam membina hubungan yang dalam dan bermakna dengan pasangan.
Pengendalian Diri Agar Tidak Emosional dalam Hubungan
Coba ingat lagi kapan terakhir kamu meninggikan suara kepada pasanganmu ketika memberitahunya sesuatu, atau bahkan marah karena hal sepele yang menyebabkan suasana canggung yang panjang? Itulah saat di mana emosimu tidak terkendali.
Banyak orang yang bereaksi secara emosional mungkin mengatakan hal-hal yang menyakitkan kepada orang lain ketika marah, menangis, berteriak, melempar barang, dan mempunyai suasana hati yang cepat berubah. Apakah kamu adalah salah satunya?
Kondisi seperti ini disebut sebagai disregulasi emosi yakni reaktivitas yang terjadi ketika seseorang beraksi-sering kali melalui kemarahan, ledakan amarah yang berlebihan, kesedihan yang mendalam, atau stres-terhadap pemicu stres eksternal yang tidak proporsional dengan pemicunya. Nah, orang yang reaktif macam ini akan merasa tidak mempunyai kendali atas tindakan mereka sendiri.
"Orang yang bereaksi seperti ini biasanya melakukannya secara impulsif, dan mereka mungkin menyesali tindakan mereka di kemudian hari. Banyak orang yang bereaksi secara emosional mungkin mengatakan hal-hal yang menyakitkan kepada orang lain di saat-saat marah, menangis tak terkendali, berteriak atau meninggikan suara mereka kepada orang lain, melempar barang atau memukul tembok, atau memiliki suasana hati yang berubah dengan cepat dan tanpa peringatan," kata Anna Marchenko, LMHC, MA, EdM seperti dikutip VeryWell Mind.
Ketika sulit dikendalikan, reaksi emosional yang tidak terkendali ini bisa berdampak negatif pada hubunganmu dengan pasangan. Hal ini bisa menyebabkan pertengkaran yang sulit untuk diselesaikan, memengaruhi komunikasi dan kepercayaan, juga menghambat kemampuanmu untuk terhubung secara mendalam dengan pasangan.
Asal mula disregulasi emosi berbeda untuk setiap orang, kata psikoterapis Lisa Brateman , LCSW, penulis buku What Are We Really Fighting About?. Bisa jadi karena PTSD, trauma, pengabaian, pelecehan, masalah kepercayaan, stres dan gangguan suasana hati yang parah adalah penyebabnya.
Untuk itu penting bagi kita bisa memiliki pengendalian diri. Sebab manfaat dari bersikap kurang reaktif dapat meningkatkan kualitas semua interaksimu dengan orang lain secara drastis. Terutama akan memengaruhi hubungan terdekatmu-hubungan percintaanmu-karena mereka adalah orang yang paling sering berinteraksi denganmu sehingga cenderung mengetahui semua sisi dirimu.
"Hubunganmu akan lebih baik kalau ada percakapan yang lebih produktif daripada percakapan yang diawali dengan impulsivitas. Kamu bisa mengurangi reaksi spontan yang menyebabkan stres dan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Kamu pun bisa menunjukkan keinginan untuk hadir secara emosional," kata Brateman.
MEMBENAHI DIRI AGAR TAK TERLALU EMOSIONAL DALAM HUBUNGAN
Nah kalau kamu sudah tahu manfaatnya, kini saatnya untuk memulai untuk mengelolanya dengan dimulai dari membenahi diri sendiri. Berikut adalah tips yang bisa kamu lakukan untuk mengendalikan emosimu.
1. Identifikasi pemicu emosi
Menurut Brateman, salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mengidentifikasi pemicu emosi kamu dan membicarakannya secara terbuka dan jujur dengan pasanganmu. Ketika pasanganmu menyadari potensi pemicunya, mereka dapat menavigasi skenario dengan lebih baik atau bahkan menyesuaikan cara mereka berkomunikasi denganmu.
2. Kembangkan kemampuan mendengarkan
Mengembangkan kemampuan mendengarkan secara aktif penting untuk mengurangi reaksi emosional. Kamu bisa melatihnya dengan mengulang apa yang kamu dengar dan menggunakan frasa seperti "Apa yang saya dengar dari kamu adalah [ulangi apa yang kamu dengar]. Benar kan?". Dengan demikian, kita tidak dapat mendengar dan memahami apa yang sebenarnya dikatakan. Melatih keterampilan mendengarkan aktif dapat membantu.
3. Menjauh sedikit
Tidak apa-apa untuk diam sejenak, memproses emosi, dan menanggapi permasalahan dengan lebih kepala lebih dingin. Dalam situasi yang sangat panas saat kamu terpicu, menjauh sebentar dapat membantu dan melindungimu dan orang yang berinteraksi denganmu. Namun, penting untuk menyatakan bahwa kamu butuh waktu untuk menenangkan diri daripada sekadar menjauh tanpa peringatan. Selain itu, komunikasikan kapan kamu akan kembali untuk menyelesaikan permasalahan.
4. Bertanya
Cara lain untuk mendengarkan secara aktif dan tidak bereaksi keras adalah dengan meminta pasanganmu menjelaskan apa yang mereka maksud atau yang mereka inginkan dengan sebuah pernyataan atau tindakan. Pendekatan yang dan logis ini memberi kalian kesempatan untuk membahas topik tersebut dengan tenang, dan keinginanmu untuk menyerang akan berkurang.
5. Asumsi dengan Niat Baik
Memberikan pandangan yang baik kepada pasanganmu-dibandingkan mengisi kekosongan dengan pikiran negatif-dapat membantumu memandangnya dengan lebih lembut, sehingga kamu tidak mudah tersulut emosi. Berlatihlah memandang pasanganmu sebagai rekan setim, bukan musuh.
Nah, itulah beberapa hal yang bisa kamu lakukan agar tidak terlalu menjadi emosional dalam hubunganmu. Emosi adalah sesuatu hal yang wajar dan alamiah ketika kamu sedang marah, bersedih, atau kecewa dengan pasangan atau orang terdekatmu, namun kamu harus pintar untuk mengelola emosi dengan menyampaikannya dengan benar. Hal ini agar tidak ada kesalahpahaman yang terjadi di antara kalian dan komunikasi pun berjalan dengan baik.
(DIR/alm)