Inspire | Love & Relationship

Kita yang Mengaku Dewasa, Mari Sudahi Persaingan antar Saudara Selamanya

Kamis, 11 Jul 2024 18:34 WIB
Kita yang Mengaku Dewasa, Mari Sudahi Persaingan antar Saudara Selamanya
Foto: Unsplash
Jakarta -

Siapa di antara kamu yang masih suka bertengkar dengan saudara seperti kakak atau adik? Ya, bertengkar sih wajar-wajar saja, tapi kalau sudah sampai rumit yang mengancam hubungan seperti melakukan gaslighting atau bermusuhan tidak bicara selama bertahun-tahun, sudahi saja sekarang.

Terkadang seiring bertambahnya usia, tidak juga menunjukkan tingkat kedewasaan seseorang. Tapi tidak ada salahnya, kamu yang ingin dianggap atau mengaku dewasa, berhenti melakukan persaingan antar saudara selamanya. Padahal menurut sebuah studi di tahun 2001, persaingan antar saudara biasanya mencapai puncaknya antara usia 10-15 tahun.

Alasannya pun berkisar karena bersaing mendapatkan perhatian orang tua, bersaing soal akademis, dan lain sebagainya. Tapi dalam beberapa kasus, persaingan ini bisa menyebabkan periode keterasingan emosional yang mendalam. Sebuah studi di Jerman di awal tahun 2023 lalu, menemukan kalau 28 persen responden mempunyai setidaknya satu episode keterasingan emosional dengan saudara kandungnya sendiri.

Persaingan antar Saudara Wajar Adanya

Sebenarnya hubungan antar saudara itu cenderung mengalami pasang surut sepanjang hidup seseorang. Joshua Coleman, seorang psikolog dari San Fransisco seperti dikutip Huffpost mengatakan persaingan antar saudara sulit dihindari dan bahkan kalau orangtua berpikiran adil sekalipun atau bermaksud baik.

"Perhatian orangtua merupakan sumber daya yang relatif terbatas dan anak-anak mempunyai kebutuhan mereka sendiri. Anak-anak terus-menerus berpikir tentang cara mengisi ruang itu. Bahkan terkadang secara sadar, sering, atau tanpa disadari. Jadi itulah sebabnya persaingan antar saudara bisa terjadi, sekalipun itu di dalam keluarga yang harmonis," ujarnya.

Persaingan antar saudara sebenarnya baik untuk mendorong anak-anak menuju kesuksesan. Itu berlaku untuk semua jenis persaingan di mana kamu berusaha lebih keras karang seseorang memberikan contoh ideal, atau apa yang ingin dicapai. Kalau saudara kandungmu pandai dalam hal tertentu, seperti olahraga atau musik, persaingan bisa terjadi dan menimbulkan semangat serta kedekatan.

Beberapa orang tua memang melanggengkan perselisihan di antara anak-anak mereka, yang membuat anak-anak rentan terhadap permusuhan antar saudara kandung yang berlangsung lama. Namun yang lebih membuat ini terjadi terus-menerus adalah label yang diberikan oleh para orang tua seperti 'si paling pintar', 'si paling rajin' dan lain-lain. Bisa juga ketika orangtua memberikan hadiah hanya kepada satu anak saja dan tidak kepada anak lain tanpa penjelasan adalah penyebab umum lainnya.

"Bahkan sesuatu yang tampaknya tidak berbahaya seperti meminta bimbingan dari satu anak dan tidak dari anak lainnya dapat menimbulkan kebencian hingga dewasa," kata Schumer Chapman, penulis buku Brothers, Sisters, Strangers: Sibling Estrangement and the Road to Reconciliation.

Namun bagi kita yang sama-sama punya ego yang setinggi langit ini, bagaimana cara mengakhirinya tanpa harus merasa ada yang salah atau benar satu sama lain serta meninggalkan sakit hati?

Tidak Bisa Mereda Sendiri

Ketika dewasa, kita pasti sudah tahu tentang prioritas dan saudara kandung kita pun yang sudah dewasa tidak punya kemampuan emosional atau waktu untuk terlibat dalam persaingan masa lalu. Namun, jika persaingan tidak kunjung mereda, setiap orang di keluarga mau tidak mau akan menghadapi dampak negatifnya.

"Jika hal ini terus berlanjut, terkadang tidak melakukan kontak adalah pilihan yang paling sehat bagi seseorang. Hanya karena seseorang punya hubungan darah bukan berarti kamu harus tetap berada dalam hubungan yang tidak sehat dan toxic," kata Kiaundra Jackson, seorang terapis hubungan dan keluarga di Los Angeles.

Tetapi memang satu-satunya cara untuk meredakan semua ini adalah salah satu pihak bersedia mengajukan penawaran damai dan memperbaiki keadaan. Ya, daripada terus-menerus terlibat dalam dinamika persaingan ini kan? Untuk itu, kalau kamu ingin mencoba berbaikan dengan kakak atau adikmu, yang bisa kamu lakukan pertama adalah tanyakan pada diri sendiri, apa tujuanmu sekarang.

Lalu, kalau mau bicara, awali dengan simpati, bukan kritikan. Perundingan damai akan gagal kalau kamu memulai dengan mencari-cari kesalahan dan membuka luka lama. Ungkapkan seperti misalnya, kamu ingin punya hubungan yang lebih dekat dengan mereka dan tujuanmu ingin memperbaiki hubungan. Dengan begitu, saudaramu tidak akan bersikap defensif.

Carilah inti dari kesalahpahaman kalian yang bisa diselesaikan lebih dulu. Biasanya persaingan antar saudara itu muncul karena kesalahpahaman yang dibiarkan selama bertahun-tahun. Kemudian, pasang telinga untuk mendengarkan. Ingat, ini bukan pembicaraan satu arah. Kalian berdua harus berkomitmen untuk berjuang melawan persaingan dengan sama-sama menjadi pendengar.

Kalau kamu memilih untuk menyelesaikannya sendiri, satu pihak harus duduk diam dan mendengarkan sementara pihak lain berbicara tentang bagaimana perilaku persaingan atau intimidasi telah memengaruhi mereka selama bertahun-tahun. Lewat mendengar, kamu pun jadi tahu apa yang dirasakan oleh saudaramu sebenarnya dan memahami satu sama lain.

Bersaing dengan saudara memang bukan sesuatu yang buruk kalau itu memang untuk memacu semangatmu agar lebih unggul. Tetapi kalau sampai merusak hubungan saudara kandung, rasa-rasanya persaingan itu bukanlah sesuatu yang sehat lagi. Jadi buat apa terjebak dalam hubungan toxic selama bertahun-tahun dengan saudaramu? Ingat, ketika orangtua kalian satu per satu "pergi", saudara kandunglah tempatmu berbagi.

(DIR/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS