Bicara soal cinta, setiap orang punya interpretasinya sendiri. Kalau kamu bertanya pada orang lain perihal cinta, jawabannya pasti berbeda-beda. Namun, tidak sedikit juga yang punya keyakinan sama tentang istilah-istilah mencintai yang populer di seluruh dunia. Salah satunya narasi "cinta sampai mati".
Ada orang yang berpikir bahwa istilah "cinta sampai mati" adalah cara mencintai yang membuat seseorang setia pada satu pasangan hingga ajal menjemput keduanya, tapi ada juga yang memaknai istilah ini dengan cara yang salah sampai tak jarang berbuat kriminal atau melakukan hal bodoh bersama. Itulah mengapa setiap orang memiliki interpretasinya sendiri perihal cinta.
Walaupun istilah "cinta sampai mati" tidak masuk akal bagi sebagian orang, tetapi nyatanya sumpah pernikahan yang populer amini oleh seluruh dunia adalah "sampai maut memisahkan". Tapi benarkah cinta sampai mati itu benar-benar nyata?
Cinta Tak Harus Sampai Mati
Sebenarnya tidak semua janji pernikahan harus menyebutkan kata-kata tersebut, tetapi di Amerika Serikat, upacara pernikahan tradisional Katolik masih memegang kata-kata tersebut. Dalam versi standarnya akan berbunyi seperti, "saling memiliki dan mempertahankan, mulai hari ini dan seterusnya, dalam suka maupun duka; kaya maupun miskin; dan dalam sakit maupun sehat; sampai maut memisahkan".
Jika dimaknai, janji pernikahan ini adalah mengharuskan setiap individu mencintai pasangannya terlepas baik-buruknya mereka selama hidup sampai mati. Artinya ketika memutuskan untuk menikah, terbentuklah ikatan yang secara tidak langsung diasumsikan mencintai pasangan sampai mati.
Namun sebenarnya kita tidak perlu mencintai sampai mati, mencintai secukupnya sudah cukup untuk diberikan kepada pasangan. Alasannya, sebab di dunia ini, bukan cuma ke pasangan saja, orang lain juga butuh kasih sayangmu. Orang tua, hewan peliharaan, dan yang mungkin selalu kamu lupa adalah mencintai diri sendiri.
Bukan cuma itu, selama hidup kita sebenarnya diberikan kelebihan untuk bisa jatuh cinta sebanyak tiga kali. Mengutip Love What Matters, tiga kali jatuh cinta dengan orang lain itu memiliki beberapa istilahnya.
1. Jatuh Cinta Pertama Kali: Cinta yang Terlihat Benar
Apakah kamu punya kisah "cinta monyet"? Nah, cinta semacam ini adalah cinta yang dialami ketika kita beranjak remaja. Cinta seperti ini adalah cinta yang idealis-tampak seperti dongeng yang kita percayai.
Ketika kita merasakannya, ada keyakinan kalau pasangan saat itu adalah satu-satunya dan tidak masalah kalau banyak kurangnya. Yang terpenting adalah perasaan kita. Perasaan semacam ini membuat kita merasa pendapat orang itu lebih penting ketimbang perasaan sendiri.
2. Jatuh Cinta Kedua Kali: Cinta yang Sulit
Yang kedua adalah cinta yang sulit-yang memberikan pelajaran tentang siapa diri kita dan seberapa sering kamu ingin dicintai. Jenis cinta ini cukup menyakitkan karena kamu akan merasakan dari "rasa pahit" cinta-kebohongan, rasa sakit, dan manipulasi.
Di cinta kedua ini bisa muncul sebuah siklus, seringkali kita terus mengulanginya karena kita berpikir kalau akhirnya akan berbeda dari sebelumnya. Namun, setiap kali mencoba, hasilnya malah lebih buruk dari sebelumnya.
Pada cinta yang kedua inilah banyak orang yang jatuh ke dalam pelecehan atau manipulasi secara emosional, mental, atau bahkan fisik. Tapi di situlah yang membuat banyak orang ketagihan dengan alur cerita tersebut, sebab "roller coaster" emosional yang naik-turun secara ekstrem dan seperti kecanduan dengan ini.
3. Jatuh Cinta yang Ketiga: Cinta yang Abadi
Nah, cinta yang ketiga ini adalah cinta yang tidak pernah disangka kapan dan di mana datangnya. Hal yang biasanya terlihat salah bagi kita dan menghancurkan cita-cita yang dipegang teguh tentang apa itu cinta. Inilah cinta yang datang begitu saja-mudah dan seperti mustahil.
Hubungannya pun sulit dijelaskan, sehingga ketika kita merasa "klik" semua berjalan lancar. Tidak ada harapan ideal tentang bagaimana setiap orang harus bertindak, juga tidak ada tekanan untuk menjadi orang lain selain kita. Tiba-tiba semua begitu saja, dan membuat kita berdebar.
Cinta yang ketiga ini tidak seperti yang kamu bayangkan, juga tidak mematuhi aturan yang kita harapkan untuk menjaganya tetap aman. Inilah cinta yang tepat.
Jadi kembali ke pertanyaan awal, apakah "cinta sampai mati" itu benar-benar ada? Sebenarnya. menurut saya itu hanyalah konstruksi pemaknaan cinta atau hanya istilah untuk meromantisasi cinta itu sendiri. Secara logika, cinta yang dirasakan memang harus penuh perhitungan. Itu untuk menjaga agar kita tetap rasional saat mencintai seseorang.
Mencintai satu orang itu memang anugerah, tapi jatuh cinta sampai tiga kali selama hidup tidak salah juga. Jadi jangan terpaku dengan rekonstruksi pemaknaan itu, sebab cinta itu kita sendiri yang menjalani dan tak perlu mengikuti istilah yang tak masuk akal.
(DIR/alm)