Istilah Pemberi Harapan Palsu (PHP) pasti sudah kamu ketahui yaitu ketika seseorang yang sedang dekat dengan kita tiba-tiba saja menghilang dan kembali lagi seakan-akan semuanya tidak pernah terjadi. Bagi para generasi z, situasi ini lebih dikenal sebagai ghostlighting.
Tren kencan ghostlighting adalah menggabungkan perilaku ghosting dan gaslighting yakni melibatkan seseorang yang terlebih dulu meninggalkanmu tanpa penjelasan, dan kemudian membuat kamu merasa seolah-olah semua yang terjadi karena kesalahanmu. Bahkan dia juga merasa kalau dia tidak pernah meninggalkan kamu sejak awal, sehingga kamu tidak punya alasan untuk marah.
Dikutip Well and Good, seorang ghostlighter bahkan tidak mau mengakui kalau mereka telah berhenti berhubungan sama sekali. Ciri-ciri perkataan yang kerap diucapkan adalah "aku enggak ngerti kenapa kamu mesti takut aku tinggalin. Itu cuma perasaan kamu aja sih".
Dalam kasus yang lain, ghostlighter akan mengakui fakta bahwa mereka tidak berhubungan untuk sementara waktu tetapi akan melakukan segala daya untuk menghindari tanggung jawab atas kenyataan tersebut. Perilaku yang kontradiktif ini bisa mengakibatkan ketidakjelasan dan membuat seseorang sakit hati, kebingungan, dan salah paham.
"Ghostlighting adalah cara untuk menyesatkan seseorang agar berpikir bahwa hubungan tersebut mungkin masih bisa dijalani. Dalam ghosting, ada akhir dari hubungan walau tidak ada penutupnya. Tapi dalam situasi ghostlighting, ini adalah bentuk manipulatif yang membuat orang merasa kalau ada harapan dan kesempatan yang tersisa," kata profesor dan ketua studi komunikasi di Widener University, Angela M. Corbo, PhD.
Alasan Orang Melakukan Ghostlighting
Perilaku ini tidak serta-merta muncul secara disengaja. Mungkin ada faktor lain dari diri si pelaku ghostlighting ketika melakukan aksinya terhadap orang lain. Berikut alasannya:
1. Kurang Terampil dalam Komunikasi Efektif
Di sisi lain yang tidak terlalu berbahaya dalam spektrum ghostlighting adalah para pelaku yang melakukan upaya kikuk untuk memaafkan perilaku buruk mereka. Orang ini mungkin tidak menyadari fakta ketika mencoba mengesampingkan perilakunya yang tiba-tiba menghilang dan seolah-olah tidak pernah terjadi itu adalah perilaku yang salah juga menyakitkan.
Mungkin mereka hanya sulit untuk melakukan komunikasi yang terbuka dan jelas, sehingga permintaan maaf dan penjelasan yang harus mereka berikan kepadamu atas alasan mereka PHP tidak pernah terjadi. Tetapi bisa saja mereka sadar kalau apa yang sedang dilakukan adalah tindakan yang salah, namun karena sulit untuk menemukan metode komunikasi yang tepat, akhirnya mereka memilih jalan pintas dengan menganggap semuanya tidak pernah terjadi.
2. Takut dengan Kejujuran dan Konflik
Kemungkinan yang juga bisa terjadi adalah para ghostlighter takut pada kejujuran dan berhadapan dengan sebuah konflik. Misalnya mereka sudah tidak cocok dengan kamu, namun daripada harus menjelaskan panjang lebar, akhirnya mereka memilih untuk pergi, sementara mereka mencoba mendekati orang lain.
Ketika mereka tidak berhasil dan menemui jalan buntu, mereka mungkin akan muncul kembali untuk melihat apakah kamu masih berharap dengan hubungan kalian. Ketika kamu mempertanyakan alasannya pergi dan kembali, lebih mudah bagi mereka untuk menjawab tidak merasakan apapun daripada jujur pada situasinya.
3. Manipulatif secara Emosional
Terkadang, tindakan ghostlighting sengaja dilakukan untuk menipu yaitu mengarah ke perilaku manipulatif. Ini terlihat seperti seseorang menggunakan ghostlighting sebagai sarana untuk membujuk kamu sambil mencoba membuatmu berpikir kalau kamu adalah masalahnya atau alasan mengapa mereka takut menjalin hubungan lebih denganmu.
Misalnya, pertimbangkan skenario di mana kamu hanya salah satu dari orang-orang yang dilihat seseorang dan mereka terus menempatkanmu di urutan terakhir prospek kencan mereka, sambil secara berkala mengecek apakah kamu masih punya perasaan padanya atau tidak. Perilaku ini berarti menggunakanmu sebagai pasangan kencan hanya jika mereka merasa nyaman-tetapi tidak mengakui kalau kamu hanya pilihannya yang lain.
"Ini seperti 'orang ini lebih menyukai saya daripada saya sendiri kepadanya, jadi saya akan membuat mereka merasa di-ghosting untuk sementara waktu dan melihat apakah ada pilihan lain untuk saya. Kalau tidak ada, saya akan muncul kembali," kata Dr. Corbo. Seiring berjalannya waktu, hal ini akan menciptakan dinamika manipulasi emosional yang berbahaya, karena niat mereka adalah menipu.
Supaya Tidak Terjebak Ghostlighting
Agar kamu tidak terjebak dengan orang semacam ini, penting mengetahui dan mempercayai penilaian perasaanmu sendiri terhadap situasi tersebut-tidak peduli seberapa besar keraguan diri yang kamu rasakan.
"Pelaku gaslighting bermaksud untuk menaburkan benih keraguan pada orang yang mereka nyalakan, dengan harapan membuat mereka mempertanyakan ingatannya, kewarasannya, persepsinya, realitasnya," ujar psikoanalis Robin Stern, PhD.
Di sisi lain, kamu bisa memilih untuk tidak membiarkan mereka kembali ke hidupmu. Lagi pula, ghostlighting adalah salah satu tanda red flag yang menunjukkan kalau orang tersebut sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan manipulatif.
Kalau kamu masih ragu dilanjutkan atau tidak, sebaiknya introspeksi diri dari jujur, apa yang kamu inginkan dalam sebuah hubungan asmara. Jangan sampai hanya karena terlanjur cinta atau sulit untuk memulai mengenal orang lain lagi, membuatmu memilih para ghostlighter yang jelas-jelas akan merusak mental dan hatimu.
(tim)