Siapa yang tidak marah dan sakit hati ketika mendapati pasangan melakukan perselingkuhan. Rasanya kata putus, tak cukup untuk meredakan amarah yang ada dalam hati setelah dikhianati seseorang yang paling dicinta. Sehingga tidak sedikit, yang mencoba membalas dendam dengan cara yang sama alias berselingkuh juga. Inilah yang disebut sebagai revenge cheating.
Revenge cheating dianggap cara yang ampuh untuk membuat pasangan jera karena perasaan sakit yang ditimbulkan kemungkinan akan sama seperti yang dirasakan oleh kita. Namun keputusan untuk membalas dendam tergantung pada apa yang sebenarnya terjadi dalam hubungan perselingkuhan tersebut.
Misalnya, jika seseorang memergoki pasangannya berselingkuh, keinginan untuk membalas dendam mungkin tergantung pada cara mereka mengetahuinya. Apakah pasangannya bersedia meminta maaf dan apakah perselingkuhan itu bersifat seksual atau emosional saja.
Namun apapun situasinya, penelitian menunjukkan kalau orang cenderung mengambil keputusan balas dendam berdasarkan faktor-faktor berikut ini:
1. Persepsi Biaya
Ini terjadi ketika orang yang diselingkuhi mengukur berapa kerugian yang harus mereka tanggung secara pribadi dalam hal mental dan emosional dan membandingkannya dengan hasil yang diinginkan-yang mungkin merupakan seberapa besar kerugian yang akan ditimbulkan pada pasangannya.
2. Besarnya Amarah
Walaupun besarnya kemarahan yang dirasakan seseorang bisa dikaitkan dengan reaksi emosional sendiri, hal ini juga bisa dikaitkan dengan besarnya pengkhianatan yang mereka rasakan dan alami.
3. Nilai-nilai budaya dan agama
Kesediaan untuk membalas dendam dipengaruhi oleh pandangan masyarakat mengenai diterima atau tidaknya keinginan untuk mencari keadilan dengan cara tersebut menurut keyakinan budaya dan agamanya.
4. Keadilan Eksternal
Saat menentukan apakah akan membalas dendam atau tidak, orang mungkin memikirkan apakah pasangannya akan menderita dalam bentuk yang sama atau justru yang lain. Cara-cara ini bisa berupa serangan pada mental pasangan, hubungannya dengan teman-teman, atau bahkan selingkuhannya.
Balas Dendam Tak Selalu Jadi Jalan Keluar
Hati kecil tentu penuh dengan kekecewaan dan amarah ketika pasangan yang kita cintai mengkhianati hubungan romantis ini dengan orang lain. Balas dendam mungkin terdengar mudah untuk meredam amarah tersebut, tapi tidak serta-merta membuatmu lebih baik dari dia.
Sebuah studi menemukan kalau responden yang berpartisipasi dalam jenis balas dendam terhadap pasangannya yang selingkuh mengalami kemarahan, kecemasan, dan penyesalan. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa perasaan ini terutama terjadi ketika orang yang melakukan balas dendam melakukannya dengan memulai hubungan baru, merusak reputasi pasangannya, atau berupaya merampas sumber daya pasangannya.
Namun perselingkuhan tetap saja sebuah perbuatan yang tidak semestinya dilakukan oleh siapapun. Itu bukan menjadi jalan keluar atas masalah hati dan mentalmu yang telah dilukai. Langkah yang harus kamu lakukan adalah memutuskan hubungan dengan pasangan dan menyembuhkan diri dengan cara terbaik yang bisa kamu lakukan. Misalnya mulai mencintai diri sendiri yang sebelumnya terlupakan karena terlalu fokus mengurusi pasangan.
Bersikaplah terbuka dan jujur dengan pasangan kamu tentang bagaimana perilakunya mempengaruhi perasaan dan hidupmu. Pada titik tertentu, kamu perlu menentukan apakah kamu bisa memaafkannya secara pribadi dan melanjutkan tanpa menyimpan dendam, atau kamu perlu mengakhiri hubungan dengan dia.
Intinya, apapun pilihan kamu, pastikan pilihan tersebut akan membuat kamu move on. Sebab saling membalaskan dendam tidak akan ada habisnya. Lindungilah diri sendiri dari 'penyakit hati' dan jangan sampai terbawa arus hingga kehilangan jati diri. Ingat bahwa kamu pun pantas mendapatkan kebahagiaan yang nyata, tulus, dan penuh kejujuran.
(DIR/tim)