Cemburu menjadi perasaan yang kerap diterima sebagai validasi tanda cinta dari pasangan. Sehingga, melampiaskan kecemburuan pada pasangan tidak dianggap sebagai sesuatu yang salah, justru lumrah dalam kehidupan asmara. Sebenarnya perasaan ini bukanlah sebuah tanda bahaya, sebab itu berasal dari rasa cemas, curiga, paranoia, atau rasa tidak nyaman karena takut kehilangan seseorang yang berarti dalam hidupmu.
Vernessa Roberts, PsyD, LMFT, seorang terapis hubungan di Sacramento, California, Amerika Serikat mengatakan kecemburuan sebenarnya bisa menjadi indikator hubungan yang sehat, karena kamu tidak merasa aman dan membutuhkan kepastian dari pasangan. Namun kamu harus bisa membedakan juga, mana cemburu yang benar-benar sehat dan mana yang justru sudah masuk dalam ranah perilaku red flag.
"Perbedaan terbesar antara kecemburuan yang sehat dan tidak sehat adalah bagaimana kita mengelolanya. Jika sudah masuk tahap eksplosif dan tanpa kompromi, [hal tersebut] sudah menunjukkan tendensi untuk mengendalikan orang lain," ujar Roberts dikutip Self.
Tanda Cemburu yang Tidak Sehat
Perasaan cemburu yang muncul ketika pasangan lebih perhatian kepada orang lain atau mungkin sulit membagi waktu denganmu, adalah sesuatu yang alami. Namun, ada beberapa hal yang harus kamu tahu ketika cemburu sudah terlalu jauh.
1. Terus Memantau Pergerakanmu
Kalau pasanganmu sudah mulai meminta melaporkan keberadaanmu tiap detik-tiap menit sampai membuatnya marah saat kamu tidak membalas, kecemburuan itu sudah melewati batas dan menjadi toksik.
"Terus-menerus mengawasi setiap pergerakanmu, seperti mengintai ponselmu secara teratur adalah sesuatu yang berlebihan. Mereka mungkin merasa lebih baik mengetahui kamu tidak menggoda seseorang hari ini, tetapi mereka pasti akan terus mengawasi untuk memastikan kamu tidak melakukan hal lain besok. Ini sudah menjadi pelanggaran privasi, bukan cemburu," kata Aimee Hartstein, LCSW, seorang terapis hubungan di New York, AS.
Mungkin kamu merasa kalau perilaku seperti itu menandakan ia sayang padamu. Faktanya justru sebaliknya, hal ini akan membebani hubungan yang kamu jalani dan merampas kebebasanmu sebagai seorang individu. Ini bisa menjadi tanda kamu mengalami emotional abuse.
2. Terlalu Mengawasi
Setiap orang memiliki saat-saat di mana kemarahan menguasai diri dan menimbulkan reaksi yang berlebihan. Namun, jika kamu sering berbohong-walau demi kebaikan-pada pasanganmu yang toksik itu, kemungkinan besar itu bisa memicu pertengkaran yang hebat.
Misalnya, saat kamu mengubah penampilan sesuai dengan keinginanmu, lalu pasanganmu tidak suka dengan style kamu yang baru, hal sepele ini bisa memicu pertengkaran. Tidak masuk akal memang, namun kalau kamu terus khawatir tentang pendapatnya padamu, apa yang menjadi pilihanmu, itu merupakan red flag.
"[Keharusan untuk] terus berhati-hati di sekitar pasangan menandakan kurangnya keterbukaan dalam hubungan dan juga bisa berarti kurangnya kepercayaan dalam hubungan," kata Roberts.
Hubungan yang sehat seharusnya tidak menimbulkan rasa tegang ketika memberitahu pasangan tentang rencana atau keinginan pribadimu. Merasakan kecemasan saat kamu mengantisipasi reaksi pasangan adalah cara tubuhmu memberitahu kalau kamu tidak merasa aman dengan orang tersebut. Jadi, dengarkan instingmu.
3. Tidak Mengizinkan Punya Waktu Bersama Orang Lain
Apa yang salah dengan berbagi kebahagiaan dengan orang lain? Tertawa dengan sahabat atau keluarga adalah hal yang wajar, kok. Tapi, kalau pasanganmu justru membuatmu menjauh dari orang-orang di sekelilingmu, sudah waktunya kamu meninggalkan dia yang insecure itu.
Berkompromi adalah pilihan pertama yang memang harus kamu lakukan agar pasanganmu merasa tenang ketika kamu pergi bersama orang lain-terutama yang tidak ia kenal. Namun bila sudah bersikap setransparan mungkin, namun pasangan tetap saja curiga, artinya ia sudah mulai overprotektif dan mencoba mengendalikan hidupmu.
"Jika pasanganmu terus-menerus merendahkan orang yang kamu cintai atau membuatmu berpikir bahwa pasanganmu adalah satu-satunya orang yang kamu percayai, berhati-hatilah," kata Hartstein.
Alih-alih mencoba "melindungi" kamu, mereka sebenarnya mencoba untuk menjauhkanmu dari support system sehatmu. Hal ini sudah masuk ke dalam ciri-ciri pasangan yang toksik karena mencoba mengontrol dan memanipulasimu.
"Kita membutuhkan koneksi eksternal di luar hubungan romantis kita, dan penting untuk menerima jenis dukungan yang berbeda dari kelompok orang yang berbeda pula agar kita bisa tumbuh sebagai seorang individu," ujar Roberts.
Nah, itulah ciri-ciri cemburu tidak lagi menjadi tanda cinta dari pasanganmu. Seorang pasangan yang benar-benar tulus menyayangi dan peduli kepadamu adalah pasangan yang mendorongmu menjadi diri sendiri.
Mereka akan menjadi salah satu support system yang sehat untuk mendukung hal-hal yang kamu sukai dan juga tumbuh menjadi individu yang menawan. Jika pasanganmu sudah tidak membuatmu nyaman menjadi diri sendiri, kamu pun juga merasa kehilangan power dan kontrol atas dirimu sendiri, segeralah keluar dari hubungan toksik itu.
(DIR/alm)