Di bayangan semua orang, satu dekade adalah waktu yang sangat lama. 10 tahun dapat merangkum berbagai hal-kedatangan, kepergian, manis, pahit, indah, buruk-semuanya dapat terjadi. Termasuk kisah kita di tengah hiruk pikuk bumi Parahyangan.
Katanya, bumi Parahyangan dibuat saat Tuhan sedang tersenyum. Awalnya frasa itu terlihat cringe di mataku. Romantisasi yang tidak sesuai kalau melihat apa yang terjadi dalam hidupku. Tapi itu semua lahir dari pikiranku sebelum aku bertemu denganmu.
Acara yang menjadi ruang kita menyapa untuk pertama kali menjadi gerbang awal dari perjalanan yang ternyata lebih panjang dari bayangan kita. Dari sana, semua hal terjadi tanpa kita tidak pernah sangka. Waktu yang terus berdetik menjadi pencatat dari masa kita mendekatkan jiwa dan raga, sampai menjadi satu bentuk bernama cinta.
Keraguan itu sempat ada. Perbedaan yang ada di antara kita sempat membuatku tidak yakin untuk lebih dekat denganmu. Tapi semua situasi destruktif yang melintas di pikiran ini tak pernah berarti kenyataan.
Malah, senyuman dan suaramu yang mampu membuatku tenang sampai kapanpun. Hingga satu dekade sudah kita jalani berdua.
Sekarang aku mencoba flashback. Mungkin frasa itu memang benar. Saat kita bertemu, sebenarnya Tuhan sedang tersenyum karena Ia sendiri sudah terlebih dulu menentukan takdir kita. Bahwa aku dan kamu memang ditakdirkan bersama.
(tim/alm)