Banyak yang bilang bahwa dunia itu sempit. Sayang seribu sayang, rasa saling menyangkal membuat kita tidak bisa lagi bertemu sebagai dua orang yang pernah memiliki cerita.
Sudut kota metropolitan dengan gemerlap malam yang menakjubkan menjadi payung dari obrolan kita saat itu. Status kita memang hanya sebatas teman lewat kesempatan menimba ilmu di satu institusi yang sama. Perbedaan dalam dunia perkuliahan tidak menjadi penghalang dari mengalirnya cerita-cerita yang berisi mimpi yang ingin kami wujudkan.
"Aku harus melihatmu mewujudkan semua mimpimu," ucapmu dengan yakin.
Kalimat itu seharusnya membuatku lebih tenang. Aku seharusnya tidak lagi bertanya-tanya. Keserasian yang kuat membuatku yakin kamu pantas ada di sisiku sebagai saksi hidup atas usahaku untuk menggapai mimpi. Aku tidak tahu apakah kamu merasakan hal yang sama, tapi tidak ada yang berani untuk saling mengungkapkan kata hati.
Waktu yang terus berjalan membuat rasa itu berubah menjadi ragu. Dari yang dekat, akhirnya terkikis oleh ketakutan akan penolakan yang sebenarnya tidak akan tahu jika belum dicoba. Imajinasi yang terlewat batas membuat hubungan ini usai tanpa ada kata pamit.
Waktu yang tidak pernah berhenti menjadi saksi bisu dari semua mimpiku yang akhirnya terwujud. Sekarang, aku duduk sendiri tanpa ada kamu lagi di sisiku, di bawah gemerlap lampu kota metropolitan yang tetap menakjubkan, bersama mimpi-mimpi baru yang akan kembali kuwujudkan.
(tim/tim)