Sebagai seseorang yang memiliki pasangan, saya kerap merasa waswas ketika mata-mata perempuan lain melirik pasangan saya, atau sebatas dia melihat foto perempuan yang tidak dikenal di feed Instagram. Di sisi lain saya sadar kalau hal tersebut bisa dikatakan berlebihan, sebab sebenarnya tidak ada niat dari pasangan saya untuk berselingkuh. Tapi mau bagaimana lagi, hati terkadang terasa 'nyes' dan ingin melampiaskan emosi ketika situasi tersebut terjadi. Mungkin inilah yang dikatakan cemburu.
Cemburu merupakan perasaan yang telah lama divalidasi oleh banyak orang selama bertahun-tahun sebagai bagian dari tanda cinta. Tak heran, kita mungkin sering melampiaskan kecemburuan terhadap pasangan, atau menginginkan pasangan cemburu kepada kita. Di pelbagai kisah romantis yang dinarasikan di berbagai belahan dunia pun mengamini rasa cemburu adalah bagian dari cinta. Tapi bagaimana faktanya?
Ilustrasi cemburu/ Foto: Pexels |
Perasaan cemburu nyatanya bukanlah bagian dari rasa cinta atau kasih sayang. Menurut Karen Doll, Psy.D. LP, seorang psikolog dari Amerika Serikat mengatakan, kecemburuan adalah emosi yang sangat umum untuk menciptakan perselisihan dalam hubungan romantis. "Sementara, dampak dari emosi ini pada suatu hubungan bisa bervariasi, biasanya merusak dan umumnya mengarah ke tingkat tertentu, seperti perpisahan," ujarnya dikutip E-counseling.
Lantas, mengapa orang-orang senang bila cemburu itu datang? Saat pasangan kita menunjukkan tanda-tanda cemburu, seseorang terlihat sangat peduli kepada kita, sehingga gambaran yang kita lihat adalah mereka takut meninggalkan kita. Apalagi manusia mendambakan koneksi, seperti senang merasa diinginkan, dipuja, dan diperhatikan. Inilah sebabnya kita menanggapinya dengan rengekan layaknya bayi dan menginginkan pelukan dan ciuman.
Tapi bila dilihat dari bentuknya, rasa cemburu yang dikatakan tanda cinta ini sebenarnya sebuah manipulasi untuk membuatmu tunduk pada keinginan pasangan ataupun sebaliknya. Tak heran dalam hitungan detik, kecemburuan yang dianggap lucu itu bisa menjadi sumbu sebelum terjadi ledakan kemarahan. Jadi apakah itu sebuah tanda cinta?
Ilustrasi cemburu/ Foto: Pexels |
Menurut banyak terapis dan konselor pasangan, akar penyebab kecemburuan bisa jadi karena kurangnya mencintai diri sendiri. Meskipun tindakan pasangan tampaknya ditujukan pada kita, pada kenyataannya tidak demikian. Pada dasarnya, ini tentang ketidaknyamanan dan ketidakseimbangan emosi kita. Ketakutan akan ditinggalkan atau mengetahui fakta bahwa pasangan tertarik dengan orang lain membuat kita semakin rendah diri. Selain itu, terlalu bergantung dengan pasangan bisa menjadi salah satu sebabnya.
Kecemburuan berasal dari perasaan tidak dicintai atau tidak diinginkan. Ketika pasangan cemburu, respons pertama mungkin menyalahkanmu dan mencoba mengendalikan situasi. Melihat fakta ini, artinya cemburu dan cinta bukan satu kesatuan yang saling berkaitan.
Ilustrasi berbaikan/ Foto: Ron Lach - Pexels |
Cemburu adalah Hal Manusiawi
Dari perspektif evolusi, tujuan kecemburuan selalu memotivasi kita untuk bertindak untuk membantu keberlangsungan hidup dan keturunan kita. Sebab, teman dan pasangan kitalah yang membantu kita untuk bertahan hidup, berkembang biak, dan melakukan apa yang ingin kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Merasa cemburu adalah sinyal bahwa orang lain mungkin membahayakan hubungan yang kita miliki dan menjadi mekanisme pertahanan kita. Dan kecemburuan sudah terprogram dalam diri kita semua. Saat dilihat dari sudut pandang yang berbeda, pasangan yang cemburu mungkin merupakan seseorang yang merasa bergairah dengan hubungannya dan ingin membangun fondasi kepercayaan. Dengan kata lain, bila cemburu masih batas wajar dan diungkapkan dengan cara yang positif, rasanya hal tersebut bukan tidak mungkin bisa menjaga hubungan kita.
Agar rasa cemburu tidak menjadi bumerang bagi kita yang menjalin sebuah hubungan, cara paling sehat adalah mengungkapkan perasaan cemburu dengan jujur, secara langsung, menegaskan diri sendiri, dan peka terhadap emosi serta batasan pasangan. Mulai dari memulai percakapan tanpa emosi, hindari menuduh tanpa bukti, bersabar dan pelan-pelan untuk mencerna agar tepat meresponsnya, serta beri waktu untuk menerima.
(DIR/HAL)