Bagi beberapa orang, mengakhiri sebuah hubungan tidak selalu mudah, baik itu keputusan darimu atau dari pasanganmu. Saat mengakhiri sebuah hubungan romantis, terdapat satu hal yang seringkali terabaikan; closure. Logikanya, jika sebuah hubungan dimulai dengan kesepakatan antara dua pihak, maka ideal untuk diselesaikan berdua pula. Dalam kata lain, untuk mengakhiri sebuah hubungan, closure merupakan aspek penting agar tidak ada ketidakpastian atau gantung sehingga kita dapat move on.
Sebuah closure dapat dicapai jika kita puas dengan rangkaian teka-teki yang dimunculkan dari hubungan yang telah berakhir. Hal ini dapat disamakan dengan mencapai kesimpulan dari usainya sebuah hubungan. Jika sebuah hubungan diakhiri tanpa adanya closure, hal itu akan mempersulit satu atau kedua pihak untuk memberikan jawaban atau menandakan akhir dari hubungan yang telah kandas.
Ilustrasi putus dengan pasangan/ Foto: Alex Green/Pexels |
Tidak adanya closure justru memperkuat pertanyaan-pertanyaan "What if?" di kepala, karena sesungguhnya kita membutuhkan alasan yang valid guna untuk memahami apa yang terjadi setelah berpisah dengan pasangan. Dengan closure, kamu akan bisa menerima keadaan dan berdamai dengan fakta bahwa kita tidak lagi akan bersama dengan pasangan.
Terlebihnya, sebuah percakapan jujur antara kamu dan mantan pasanganmu akan memperjelas kesalahan dan kekurangan dalam hubungan kamu, serta alasan mengapa hubungan tersebut tidak dapat dilanjutkan. Hal ini akan menjadi titik balik untuk berkaca kembali pada tindakan maupun karakteristik apa yang sebaiknya tidak dilakukan dalam hubunganmu yang selanjutnya. Sehingga, secara tidak langsung, sebuah closure juga dapat membantu kamu untuk melangsungkan hubungan yang lebih baik dan sehat di kemudian hari. Lagipula, tidak ada yang suka dihantui kesalahan dan bayang-bayang hubungan masa lalu, baik itu kamu atau calon pasanganmu.
Closure untuk memastikan hubungan/ Foto: Rodnae Production/pexels |
Closure juga dibutuhkan agar proses healing dapat cepat berlalu. Langkah awal untuk dapat melepaskan semua rasa sakit adalah untuk berdamai dengan keadaan yang telah terjadi. Hal ini dicapai dengan cara memaafkan pasanganmu dan juga memaafkan dirimu sendiri.
Nyatanya, mendapatkan sebuah closure tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Hal ini kembali pada karakteristik hubunganmu, maka dari itu skenario closure orang-orang tentunya berbeda. Ada yang mendapatkan closure dengan berdamai dengan diri sendiri, ada pula yang menanyakan beberapa pertanyaan pada mantan pasangannya. Semuanya valid untuk meraih konklusi akhir dan melanjutkan hidup.
Breakup/ Foto: Tan Dahn/Pexels |
Saat proses break-up, perasaan marah, kesal, kecewa, sedih pasti dapat muncul. Beberapa orang memiliki ketidaksukaan atau kebencian terhadap mantan pasangannya, dan melabeli mereka sebagai orang jahat. Padahal mungkin saja mereka bukan membenci sang mantan kekasih, melainkan kebencian pada pahitnya fakta bahwa mereka sudah tidak bersama lagi.
Maka dari itu, closure itu penting agar kamu tidak merasa seperti mengalami dan terjebak dalam siklus yang sama. Dan hal ini tidak berarti kamu harus berteman dengan mantan, namun melainkan tidak lagi menganggap mereka sebagai musuh.
(HAI/MEL)