Ketika perang Ukraina-Rusia meletus, banyak media yang menyoroti dampak perang dari sisi politik. Tapi, hanya sedikit yang membahas dampak paling manusiawi dari perang, yaitu banyaknya nyawa yang berjatuhan. Dalam situasi seperti ini, warga yang terdampak perang bisa kehilangan orang-orang yang mereka cintai secara tiba-tiba. Bisakah kita mengantisipasi rasa kehilangan?
Tak ada yang bisa menebak kapan mereka harus menghadapi rasa duka. Tapi, banyak orang mengira mereka hanya bisa merasakan duka sesudah kehilangan itu terjadi. Padahal, duka juga bisa dirasakan sebelum orang yang kita cintai meninggal dunia. Inilah yang disebut sebagai anticipatory grief. Melansir Forbes, profesor di University of Pennsylvania, Allison Werner mengatakan bahwa anticipatory grief adalah pengalaman yang kita rasakan ketika mengetahui bahwa perubahan akan datang, dan dari perubahan itu datang rasa kehilangan.
Ilustrasi kehilangan/ Foto: Rodnae Production/pexels |
Pengalaman ini membuat anticipatory grief sedikit berbeda dengan duka setelah kematian. Sebab, mereka yang mengalaminya akan berada di tengah-tengah antara tetap menaruh harapan atau bersiap untuk kehilangan. Bagi beberapa orang, duka yang dirasakan sebelum kematian bisa lebih intens daripada sesudahnya. Sebuah penelitian di Swedia menemukan bahwa 40 persen istri yang kehilangan suaminya karena menderita penyakit, merasa lebih stres pada saat pra-kehilangan daripada pasca-kehilangan.
Beberapa gejala yang muncul ketika kita sedang menghadapi anticipatory grief adalah kesedihan, ketakutan, kesepian, kecemasan, dan rasa bersalah. Selain itu, kita juga bisa mengalami rehearsal of death yaitu membayangkan apa yang akan terjadi setelah orang yang kita cintai meninggalkan kita. Perlu diingat, anticipatory grief tidak akan menggantikan atau mengurangi rasa duka setelah kematian. Sebab, berduka bukanlah pengalaman yang linier dan bisa dibagi ke dalam tahap-tahap tertentu.
Semua orang merasakan dan merespon duka secara berbeda-beda. Untuk menghadapi duka setelah kematian, kita mengenal 5 Tahap Kesedihan atau 5 Stages of Grief. Sedangkan untuk menghadapi anticipatory grief, dibutuhkan pendekatan yang sedikit berbeda. Sebagai langkah awal, izinkan dirimu untuk merasakan duka yang kamu alami. Dengan jujur kepada dirimu sendiri mengenai emosi yang kamu rasakan, kamu bisa lebih siap dalam menghadapi kehilangan.
Ilustrasi anticipatory grief/ Foto: Alleksana/Pexels |
Selanjutnya, kamu bisa berbicara dengan orang yang sama-sama mengalami anticipatory grief. Terkadang, tak semua orang bisa memahami apa yang sedang kamu rasakan. Menemukan support group atau teman yang mengalami hal serupa bisa membantumu melalui masa-masa ini. Di titik ini, berbicara kepada orang lain akan membantumu mengolah emosi-emosi yang kamu rasakan.
Kemudian jika proses ini berhasil dijalani, kamu bisa memanfaatkan waktu-waktu yang tersisa untuk menghabiskannya dengan orang yang kamu cintai. Kamu bisa menjadikan periode pra-kehilangan ini sebagai kesempatan untuk menemukan closure, mengekspresikan rasa terima kasih, atau saling memaafkan. Melalui duka tidaklah mudah. Tapi, setidaknya kita bisa mengingat bahwa untuk merelakan kehilangan bukan berarti kita harus melupakan atau berhenti mencintai mereka yang akan pergi.
(ANL/MEL)