Komitmen adalah istilah yang luas. Tetapi umumnya hal ini berarti mendedikasikan diri kamu pada sesuatu untuk waktu yang lama, baik itu pekerjaan, tujuan, atau hubungan. Konsep komitmen, cenderung paling sering muncul dalam konteks hubungan romantis. Berkomitmen dengan seseorang untuk membangun trust satu sama lain memang bukanlah hal yang mudah untuk dimulai. Sebab hal ini membutuhkan keyakinan besar dalam diri untuk melakukannya.
Pertanyaan seperti "is he the one?" pasti terlintas di kepala ketika perihal komitmen untuk berhubungan sudah jelas ada di depan mata. Tidak jarang orang-orang memiliki second thoughts mengenai komitmen ini dan tidak jarang pula orang-orang yang takut untuk berkomitmen long-term relationship. Mengapa demikian, ya?
Ilustrasi pasangan siap berkomitmen/ Foto: TranStudios Photography & Video/Pexels |
Bagi seseorang yang sudah terlalu lama melajang, komitmen untuk menjalin sebuah hubungan romantis pastinya sudah lama terlupakan. Hal ini bisa dianggap sebagai sesuatu yang asing. Jadi munculnya perasaan takut untuk memulai kembali adalah hal yang wajar. Sebab adanya ketidakpastian mengenai apa yang akan dihadapinya saat memulai langkah dalam berkomitmen menjadi sebuah momok. Sehingga ketidakpastian inilah yang sebenarnya ditakuti dan membuat kita tidak mau mengambil keputusan yang bisa saja suatu hari nanti menjadi keputusan yang salah.
Namun rasa takut ini juga biasanya diakibatkan oleh pengalaman yang pernah dialami atau bahkan suatu trauma tertentu. Seseorang yang takut berkomitmen mungkin memiliki rasa takut untuk ditinggalkan, disakiti atau dikhianati, seperti yang pernah dialaminya dulu. Sehingga, mengambil keputusan untuk berkomitmen kembali menjadi hal yang cukup sulit untuk dilakukan. Semua itu demi melindungi dirinya dari berbagai hal yang menyakitkan. Namun, bagaimana bila seseorang yang memiliki commitment issues sudah terlanjur berada di dalam suatu hubungan?
Ilustrasi takut berkomitmen/ Foto: Rodnae Production/pexels |
Seseorang yang takut akan komitmen dan memaksakan dirinya untuk melanjutkan suatu hubungan, pada akhirnya dapat menghancurkan hubungan itu sendiri. Ini dikarenakan salah satu dari pasangan tersebut lebih berusaha membuat hubungan tersebut berhasil, sementara yang lainnya tidak berkontribusi secara emosional. Orang yang takut dengan komitmen dapat secara terus-menerus memiliki perasaan takut, khawatir dan stres karena ia harus berusaha mempertahankan hubungan. Namun dirinya sendiri selalu merasa bersalah karena tidak dapat mengembangkan hubungan tersebut.
Pada kasus lain, orang yang memiliki isu akan komitmen juga dapat merusak hubungan yang sedang dijalaninya dengan menyabotase hubungannya dan menjauhkan diri sepenuhnya dengan cara-cara yang menyakitkan. Misalnya sengaja berselingkuh atau menciptakan konflik lainnya sebagai sarana untuk melarikan diri dari hubungan tersebut.
Namun pada akhirnya, perlu kita ketahui bahwa takut untuk berkomitmen merupakan hal yang perlu diatasi demi menciptakan dan membangun hubungan jangka panjang yang sehat di kemudian hari. Hal paling penting untuk dilakukan adalah mencari tahu penyebab dan alasan mengapa kamu takut untuk berkomitmen dan membicarakannya kepada pasangan atau orang yang dipercaya.
Bantu mereka untuk memahami pikiran dan perasaan yang dimiliki serta berusaha untuk bekerja sama dalam membantu kamu dalam mengelola pikiran dan perasaan seputar ketakutan yang kamu miliki.
(DIP/DIR)