Adanya keterbukaan di dalam hubungan merupakan hal yang sangat penting. Mendapatkan kritik dan saran dari pasangan adalah hal yang wajar dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan diri serta hubungan yang dimiliki. Namun, bagaimana jadinya apabila pasangan kita justru malah membuat ketenangan mental dan emosional kita menjadi berantakan dan perkataanya justru malah menyakitkan. Hati-hati, bisa saja ia sedang melakukan emotional abuse kepada kamu! Tidak disangka, masih banyak yang belum dapat menyadari bahwa kesehatan mentalnya ternyata selama ini dipermainkan oleh pasangannya sendiri.
Lalu, apa itu emotional abuse dan bagaimana kita dapat menyadari bahwa seseorang melakukannya kepada kita, baik itu pasangan, teman, maupun rekan kerja?
Dilansir dari verywellmind, emotional abuse pada dasarnya merupakan cara untuk mengendalikan orang lain dengan menggunakan emosi untuk mengkritik, mempermalukan, menyalahkan, atau memanipulasi orang lain. Sehingga, suatu hubungan dapat dikatakan bersifat kasar secara emosional ketika kata-kata atau perilaku intimidasi mampu melemahkan harga diri seseorang dan merusak kesehatan mentalnya. Memang perlu diakui, bahwa emotional abuse merupakan suatu kekerasan yang sangat sulit untuk dikenali, karena sifatnya yang bisa secara halus namun berbahaya atau terang-terangan dan manipulatif. Kedua cara tersebut dipastikan dapat mengikis harga diri korban sehingga ia pun mulai meragukan value-nya.
Ilustrasi emotional abuse/ Foto: Cottonbro/Pexels |
Untuk mengetahui bahwa kamu sedang berada di hubungan yang membuat kamu menjadi korban emotional abuse, kamu perlu ingat bahwa kekerasan jenis ini memang seringkali tidak kentara sehingga sulit untuk dideteksi. Namun, hal yang paling dapat kamu rasakan ketika seseorang melakukan emotional abuse adalah dampak perkataannya kepada emosi yang didapat oleh kamu. Apakah perkataannya-meskipun halus-membuat kamu merasa tidak nyaman sehingga mempertanyakan value diri kamu atau tidak?
Seseorang yang kasar secara emosional sehingga dapat mengikis kesehatan mental kamu biasanya menunjukkan tuntutan yang tidak realistis, dan mengharapkan kamu untuk mengesampingkan semua aktivitas dan kepentingan pribadi hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka, tidak puas dengan usaha yang kamu berikan kepadanya, juga berharap kamu untuk setuju dengannya, hingga membuat tuntutan lainnya yang tidak masuk akal dan bersifat memaksa.
Tidak hanya itu, seseorang yang melakukan emotional abuse kepada kamu juga cenderung tidak memvalidasi perasaan dan emosional yang kamu miliki. Contohnya adalah seperti menolak untuk menerima perasaan kamu dengan mencoba mendefinisikan bagaimana perasaanmu seharusnya, menuduh kamu "terlalu sensitif", "terlalu emosional", atau "gila", mendistorsi bahwa persepsi kamu salah atau kamu tidak dapat dipercaya dengan mengatakan hal-hal seperti "kamu berlebihan" atau "kamu melebih-lebihkan", serta menuduh kamu egois ketika mengungkapkan keinginan atau kebutuhanmu.
Ilustrasi emotional abuse/ Foto: Rodnae Production/pexels |
Adapun beberapa bentuk emotional abuse yang meliputi gaslighting, menuduh selingkuh secara terus-menerus tanpa ada bukti, mengendalikan perilaku kamu, terus-menerus berdebat dan menentang, mengisolasi kamu dari keluarga atau individu lainnya, memalukan atau menyalahkan, serta meremehkan perasaan kamu. Perlu diingat lagi, hal-hal ini belum tentu dikatakan dan dilakukan dengan cara yang kasar, sehingga kamu pun sulit untuk mengidentifikasikannya.
Perlu diingat lagi bagi kamu untuk jangan terjebak di dalam hubungan ini dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa apa yang dilakukan mereka "tidak seburuk itu" dan meminimalkan perilaku mereka. Satu lagi, ingat juga bahwa setiap orang berhak diperlakukan dengan kebaikan serta rasa hormat, dan kamu adalah salah satunya.
(DIP/MEL)