Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi memberikan kita kemudahan akses untuk berkomunikasi. Perkembangan teknologi dalam komunikasi ini juga berdampak dengan menjamurnya berbagai aplikasi kencan online yang bisa dijadikan sebagai alternatif dalam mencari pasangan.
Berbeda dengan zaman dahulu, pencarian jodoh terkadang diatur dan dikontrol oleh orang tua. Dulu menurut orang tua, perkawinan adalah suatu kesatuan dan bukan hanya antara dua individu, tetapi juga di antara dua keluarga yang menjadi satu. Sehingga orang tua merasa harus berperan aktif dalam memilih pasangan untuk anaknya. Alias harus jelas bibit, bebet, dan bobotnya.
Dating Apps atau aplikasi kencan online pada saat ini banyak diandalkan untuk mencari jodoh, apalagi di masa pandemi. Ya, pandemi telah menjadi tantangan baru yang mengubah cara orang untuk berkencan. Berbagai kebijakan pemerintah seperti pembatasan fisik, stay at home, dan berbagai pertimbangan kesehatan masyarakat lain secara perlahan namun pasti mengubah kencan menjadi kegiatan yang dilakukan secara online.
Berdasarkan data yang dirilis oleh salah satu aplikasi kencan online, Tinder, dalam laporannya yang berjudul "The Future of Dating Is Fluid" mengumumkan terjadinya peningkatan aktivitas selama pandemi. Tinder mencatat, per Februari 2021 terjadi peningkatan rata-rata harian pengiriman pesan sebesar 19 persen dalam setahun. Dalam waktu yang sama, percakapan antar pengguna juga meningkat sebesar 32 persen. Selain itu, terdapat peningkatan 11 persen lebih dalam kegiatan menggeser profil (swipe) dan 42 persen lebih banyak kecocokan (match) per pengguna Tinder.
Bahkan pada bulan Maret 2020, Tinder pertama kalinya mencatatkan jumlah swipe tertinggi dalam sejarah yang mencapai 3 miliar swipe dalam sehari. Jumlah itu 130 kali lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tinder menjadi pilihan pengguna untuk tetap terhubung dengan orang lain ketika mereka harus menjalani isolasi dikarenakan penyebaran wabah. Sebanyak 60 persen penggunanya juga mengaku, kalau mereka menggunakan aplikasi Tinder karena mereka kesepian dan ingin terhubung dengan orang-orang.
Berdasarkan hasil survei Rakuten Insight di Indonesia, Tinder adalah aplikasi kencan online yang paling banyak digunakan dengan angka sebesar 57,6 persen, aplikasi Tantan di posisi kedua dengan angka sebesar 33,9 persen, aplikasi Bumble di posisi ketiga dengan angka 26 persen, dan aplikasi OkCupid di posisi keempat dengan angka 20 persen.
Pengguna aplikasi kencan online di dunia pun juga meroket secara signifikan. Dikutip Business of Apps, terdapat sebanyak 260 juta lebih orang yang menggunakan aplikasi kencan online di dunia pada tahun 2020. Angka ini meningkat sebanyak 60 juta lebih orang yang menggunakan aplikasi kencan online dibandingkan pada tahun 2016 di angka 200 juta orang.
Mencari Pasangan Melalui Dating Apps
Ketika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diterapkan oleh pemerintah Indonesia di pertengahan tahun 2021, Vita (23) mengaku lebih sering membuka aplikasi kencan online. Apalagi beberapa bulan sebelumnya, Vita baru saja mengakhiri hubungan toxic dengan pasangannya yang sudah ia jalani selama 3 tahun.
Wanita yang berdomisili di daerah Jakarta Selatan ini mengaku kalau ia baru pertama kali mengunduh aplikasi kencan online. "Pertama kali gue kenal aplikasi kencan online dari temen kantor gue," kata Vita. Banyaknya notifikasi yang muncul dari aplikasi kencan online tersebut memberitahu kalau banyak pria yang cukup tertarik dengan Vita, akhirnya ia memutuskan untuk berlangganan secara premium di aplikasi tersebut.
Benar saja, tidak lama Vita berlangganan secara premium, banyak pria-pria yang match dengan Vita. Pasang surut hubungan dengan pria-pria tersebut pun ia alami, mulai dari ditinggal tanpa kabar (ghosting), tertipu dengan sosok pria yang mengaku single tapi ternyata sudah beristri, sampai pria-pria yang menggunakan foto profil palsu berhasil mengelabui Vita pada saat mereka meet up.
Karena pengalamannya yang tidak mengenakkan tersebut, membuat Vita akhirnya sempat meninggalkan aplikasi kencan online. "Kapok ah gue, gak mau lagi mainan dating apps," ujarnya. Tetapi karena dia terus dilanda kejenuhan pada saat harus menjalani work from home, membuat Vita sesekali masih membuka aplikasi kencan online tersebut.
Sampai pada akhirnya, dia menemukan seorang pria yang dirasa cocok, lalu menjalani hubungan pacaran sampai sekarang dan pada akhirnya sudah menuju ke hubungan yang lebih serius. "Puji Tuhan, akhirnya gue nemu juga orang yang cocok buat gue. Bahkan gue sama pasangan gue udah ada plan buat lamaran tahun 2022 nanti dan menikah di tahun 2023," kata Vita.
Berbeda dengan Andri (28), dia selalu gagal dalam mencari pasangan di aplikasi kencan online. "Kebanyakan gagal pas lagi chatting, rata-rata pasti karena chat gue gak dibales atau ketika chat orangnya ngebosenin. Sekalinya ada yang cocok, dianya gak mau gue ajak serius. Kadang gue juga cuma jadi bahan pelampiasan doang ketika si ceweknya lagi bosen sama pasangannya," ujar Andri.
Aplikasi kencan online memang bukan menjadi hal yang tabu lagi, meskipun sempat dipandang sebelah mata dan lekat dengan stigma negatif. Aplikasi kencan online memang sudah menjadi opsi untuk mencari teman, pacar, calon istri, atau teman yang seru. Banyak testimoni positif dari pengguna aplikasi kencan online dan tidak jarang juga di antara mereka yang bisa berhasil sampai ke jenjang pernikahan. Tapi, itu hanya segelintir kisah manis dari pengguna aplikasi kencan online.
Bahkan sebuah riset yang berjudul "Relative Strangers: The Importance of Social Capital for Marriage" menemukan, pasangan yang bertemu dari aplikasi kencan online dan menikah cenderung lebih cepat untuk bercerai. Sebanyak 12 persen orang yang bertemu secara online, bercerai di tiga tahun pertama pernikahannya. Sedangkan hal ini terjadi hanya sebesar 2 persen dari mereka yang kenal pasangannya melalui teman atau keluarga.
Kemungkinan pasangan berpisah juga meningkat seiring dengan berjalannya pernikahan. Setelah 7 tahun menikah, kemungkinan perceraian terjadi kepada pasangan yang bertemu di aplikasi kencan online meningkat sampai 17 persen.
Efektivitas Aplikasi Kencan Online
Aplikasi kencan online banyak digunakan orang-orang dengan harapan memudahkan mereka untuk memperoleh pasangan yang potensial. Dikutip Pew Research Center, studi menemukan 12 persen dari pengguna aplikasi kencan di Amerika Serikat berhasil menjalin komitmen dan menikah, sementara 23 persen lainnya gagal ketika berkencan. Dari keseluruhan pengguna, sebanyak 57 persen merasa aplikasi kencan online merasakan dampak positif dan 42 persen merasakan dampak negatif.
Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, sebuah survei terhadap pengguna aplikasi kencan online di Indonesia berhasil dilakukan oleh IDN Times pada bulan Juli sampai September 2021. Survei ini terdiri dari 285 remaja dan dewasa dengan rincian 9 persen di usia 15-20 tahun, 76,6 persen di usia 20-30 tahun, dan 14,4 persen usia di atas 30 tahun.
Hasil survei menunjukkan 55,4 persen dari responden ingin mencari pasangan saat menggunakan aplikasi kencan online, sementara 44,6 persen hanya ingin mencari teman saja. Motivasi para responden dalam penggunaan aplikasi kencan online pun bermacam-macam, sekitar 39,6 persen ingin berkenalan dengan teman yang seru, mencari jodoh melalui hubungan yang serius sekitar 20,7 persen, mendapat teman kencan sebesar 20,1 persen, dan hanya iseng mengikuti teman menyumbang sekitar 19,6 persen. Dalam survei ini juga mengatakan, responden berusia 15-30 tahun paling banyak menggunakan aplikasi kencan untuk berkenalan dengan teman baru, sedangkan responden di usia 30 tahun ke atas menggunakan aplikasi kencan untuk mencari jodoh.
Sebanyak 57,5 persen responden juga merasa puas dalam menggunakan aplikasi kencan online. Dalam indikator kepuasan responden pun juga disebutkan, sebanyak 69,8 persen mengatakan bahwa aplikasi kencan online membantu responden dalam berkenalan dengan orang baru, sebanyak 21,8 persen berhasil mendapatkan pasangan atau jodoh sesuai ekspektasi, dan sebanyak 8,4 persen merasa lebih bahagia karena mendapat pengalaman kencan dari pengguna lain.
Lalu bagaimana dengan efektivitasnya? Hasil dari survei tersebut mengatakan, aplikasi kencan online lebih efektif digunakan untuk mencari teman. Hal ini terbukti dari tingkat kepuasan responden tadi di angka 57,5 persen, meskipun pada awalnya tujuan dalam penggunaan aplikasi kencan online sebesar 55,4 persen untuk mencari pasangan.
Untuk yang ingin mencari pasangan, masih dibutuhkan proses pendekatan dengan penyesuaian nilai dan tujuan sambil membangun komunikasi yang intens. Beberapa pengguna juga bisa mendapatkan kepuasan tertinggi karena mereka mendapat experience untuk mengenal orang baru. Sehingga aplikasi kencan online lebih dianjurkan untuk mereka yang ingin mencari kenalan baru karena sudah terbukti dari tingkat kepuasan penggunanya.
Penggunaan aplikasi kencan online sebenarnya sah-sah saja, jangan karena setelah membaca artikel ini jadi mengurungkan niat kamu yang ingin benar-benar mencari pasangan hidup lewat aplikasi kencan online. Aplikasi kencan online hanya berperan sebagai media, urusan apakah penggunanya akan serius mencari pasangan atau tidak, itu ada di dalam lubuk hati penggunanya masing-masing.
(PUA/HAL)