Saat kita masih kecil, kita merasa saat dewasa akan punya uang sendiri, bisa menentukan jalan hidup sendiri. Lulus sekolah, kerja, menikah, berkeluarga, pensiun, lalu meninggal merupakan perjalanan hidup kebanyakan manusia di muka bumi ini, tetapi kita di masa kecil tidak sadar betapa banyak perasaan yang akan ada saat kita melewati semua fase kehidupan tersebut. Kesepian adalah bentuk perasaan yang terkadang kita lupakan, padahal dengan perkembangan internet yang semakin maju, seharusnya orang-orang tidak merasa kesepian.
Fungsi adanya media sosial sebagai bagian dari perkembangan zaman adalah untuk mempermudah untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa perlu bertemu secara fisik di jaman sekarang, tetapi dengan penggunaan media sosial yang multidimensi hubungan kompleks ada antara media sosial dan dampaknya kepada berbagai tipe sekelompok orang.
Tapi nyatanya semakin kita terhubung, semakin kita sadar bahwa kesepian itu ada dan tidak bisa dipungkiri kalau perasaan tersebut tidak akan pernah hilang, kita dengan atau tanpa seseorang sekalipun. Dengan kemudahan untuk saling berinteraksi secara virtual menyebabkan beberapa kelompok masyarakat tidak berminat untuk berinteraksi secara langsung dimana terkadang manusia lupa pentingnya pertemuan atau kontak secara fisik. Malah banyak yang merasa semakin mudahnya terhubung dengan orang lain, percakapan yang bermakna justru terasa kurang signifikan dalam hidup masing-masing manusia. Pada dasarnya manusia terkadang ingin menyendiri, tetapi secara umumnya memang manusia tidak ingin sendiri apalagi merasa kesepian.
MenurutĀ American Psychological Association's (APA) di Amerika sendiri orang-orang di dalam demografi umur 15-21 tahun merupakan demografi yang paling merasakan kesepian. Faktor eksternal seperti perubahan iklim, politik, pelecehan seksual, dan banyaknya topik di media mengakibatkan demografi tersebut merasa lebih stress dan mempengaruhi pola pikir mereka sehari-hari. Selain itu prioritas hidup yang mendistraksi fokus pada diri sendiri seperti pekerjaan, keluarga, atau pun sekolah membuat kurangnya perhatian pada rasa sepi dan kosong dalam hidup yang selalu ada.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa penggunaan platform media sosial sebanyak dua kali sehari memberikan efekĀ kecemasan sosial menurut studi di tahun 2017. Partisipan studi tersebut yang berada di ranah virtual yang sering berada di media sosial memiliki kecenderungan untuk mengalami isolasi sosial dibanding dengan mereka yang tidak selalu online. Kesepian yang dirasa terus-menerus bisa mengakibatkan gangguan pada kualitas tidur, depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, atau juga inflamasi yang bisa menyebabkan badan rentan ke berbagai penyakit.
Pada akhirnya banyak manusia yang merasa kesepian hanya perasaan atau pengalaman yang cukup personal, bukan sebuah gejala epidemi yang sedang berkembang di antara kita. Beberapa tahun terakhir, rasa kesepian telah mendapatkan banyak perhatian banyak orang dan bisa dikategorikan sebagai "epidemi kesepian", yang mempengaruhi berbagai orang dari umur dan jenis kelamin yang beragam. Nyatanya ini sudah menjadi sebuah gejala tersirat yang ada, dengan banyaknya masyarakat merasa kehilangan, kesendirian, dan isolasi diri. Hal ini bukan lagi menjadi permasalahan pribadi yang harus dihadapi sendiri, melainkan masalah yang sudah harus dibicarakan di ruang publik.
Terlepas dari adanya kontak fisik antar manusia, tetap saja ada ruang kesendirian yang selalu ingin dijaga baik dengan teman ataupun keluarga. Sulit untuk mengukur bagaimana menyembuhkan epidemi ini, dikarenakan rasa kesepian itu sendiri sangat personal untuk semua orang. Ada yang merasa kesepian secara emosional yaitu merasa tidak terhubung dengan orang-orang disekitar kita dalam tingkat yang lebih dalam, dan ada juga kesepian secara sosial dimana kurangnya interaksi antar sesama manusia.
Banyak pendapat yang menyebutkan bahwa kesepian secara emosional terjadi dikarenakan trauma pada masa kecil yang biasanya muncul di tengah keluarga, contohnya seperti adanya ketidakadaan kedekatan emosional dengan orang dewasa terdekat di masa kecil seperti orang tua. Pada saat dewasa untuk membangun hubungan yang sehat dengan sekitar pun akan menjadi sulit dikarenakan terbiasa dengan kesendirian yang sudah dibangun dari masa kecil. Selain trauma masa kecil, adanya perubahan di dalam hidup yang signifikan yang pernah terjadi di masa lalu, seperti berpindah tempat ke lokasi lain yang tidak familiar, perubahan karir, dan perubahan signifikan dalam hidup lainnya.
Beberapa negara sudah memprioritaskan epidemi kesepian ini ke tingkat yang lebih tinggi, termasuk Inggris yang memiliki Commission on Loneliness, yang diharapkan untuk mengembangkan dan menerapkan strategi secara nasional untuk melawan rasa kesepian. Hal ini dilakukan karena pada tahun 2018, adanya laporan bahwa masyarakat mengalami permasalahan dengan kesepian, sehingga dibentuk sebuah rencana untuk meluruskan permasalahan yang menyebabkan kesepian dan cara menerapkannya.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah social media detox, yaitu mengurangi penggunaan sosial media dan mengatur periode waktu untuk menggunakan media sosial itu sendiri. Bisa dimulai dari hal sederhana seperti tidak membuka aplikasi media sosial, menghapus aplikasi tersebut atau bahkan menghapus akun itu sendiri. Berinteraksi secara langsung pun juga dirasa sebagai hal yang bermanfaat untuk mengurangi rasa kesepian tersebut, dimana interaksi sosial secara langsung masih menjadi esensi penting dalam kehidupan sehari-hari.
Menyelesaikan rasa kesepian tidak mudah bagi banyak orang, dikarenakan semua orang memiliki permasalahan, keadaan, dan pemikiran yang berbeda-beda. Hal ini membutuhkan waktu, energi, dan konseling secara terus menerus dan menemukan seseorang yang bisa memberikan rasa terkoneksi, tetapi hal ini tidaklah mudah bagi banyak orang. Tetapi dengan menyadari bahwa perasaan itu ada dan mencari cara untuk menguranginya merupakan langkah pertama untuk menjadi diri yang lebih baik.