Siapa sih yang enggak senang diberikan hadiah? Ya siapapun pasti senang diberi hadiah cuma-cuma dalam rangka merayakan peristiwa tertentu atau sekadar memberikan kejutan kepada si penerimanya. Memberi juga terasa menyenangkan, ini dibuktikan dengan penelitian para psikolog yang menyatakan bahwa kegembiraan memberi hadiah lebih terasa ketimbang kesenangan menerimanya.
Tetapi tidak semua orang senang menerima hadiah. Walau begitu, penerima mungkin masih menghargaimu meski harus memaksakan senyum dan memalsukan rasa terima kasih. Psikolog konsumen dari Universitas Virginia Barat, Julian Givi menjabarkan kesalahan yang sering dilakukan oleh banyak orang ketika memberikan hadiah, seperti dikutip dari The Conversations.
Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Memberi Hadiah
1. Jangan terlalu fokus pada penerima
Salah satu kesalahan yang bisa dilakukan oleh pemberi hadiah adalah dengan terlalu fokus pada saat penerima akan membuka hadiahnya. Sebagai pemberi, kamu pasti ingin mengesankan si penerima dengan memberikan kejutan yang bisa buat tersenyum.
Tapi saat orang menerima hadiah, sebenarnya mereka tidak terlalu peduli dengan momen saat pita hadiah itu dilepas, dan malah memikirkan minggu-minggu dan bulan-bulan mendatang soal mau diapakan hadiahnya. Oleh karena itu, orang-orang menginginkan hadiah yang berguna dan bisa diandalkan serta memenuhi kebutuhan mereka.
2. Tak usah selalu baru yang penting bagus
Faktor lain yang bisa menyebabkan pemberi berbuat salah melibatkan aturan tidak tertulis tentang apa yang merupakan praktik pemberian hadiah hadiah yakni memberikah hadiah baru atau yang sama setiap tahun.
Misalnya, mereka mungkin menghindari memberikan hadiah yang sama kepada seseorang selama dua tahun berturut-turut karena hal ini bertentangan dengan norma pemberian hadiah yang unik setiap tahun. Pemberi hadiah juga kerap kali menahan diri untuk tidak memberikan produk bekas sebagai hadiah karena melanggar aturan tidak tertulis itu.
Padahal jika seseorang menyukai jenis anggur tertentu, mereka akan sangat senang menerimanya, di tahun-tahun berikutnya, dan jika satu kamera digital jarang dipakai tetapi memiliki beberapa fitur inovatif, sementara yang lain baru tetapi memiliki lebih sedikit fitur, orang pasti akan lebih senang menerima yang bekas.
3. Jangan takut ambil risiko
Kamu sebagai pemberi bisa melakukan kesalahan saat mereka menghindari hadiah yang mereka anggap terlalu berisiko. Pertimbangkan hadiah yang sentimental, seperti buku kenangan atau kenang-kenangan nostalgia. Penelitian telah menunjukkan bahwa penerimanya sangat menyukai hadiah-hadiah ini; hadiah-hadiah ini menimbulkan kebahagiaan dalam jangka waktu yang lama.
Tapi sayangnya, para pemberi hadiah cenderung menghindari hadiah yang sentimental karena mereka menganggapnya terlalu berisiko-bisa menguntungkan atau sebaliknya. Keraguan bisa muncul di benak para pemberi saat mereka mempertimbangkan hadiah sentimental; Gimana kalau hadiah itu justru terlalu sentimental? Atau gimana kalau aku dianggap pelit?
Jadi orang cenderung memilih hadiah yang lebih aman dan dangkal yang mereka anggap akan disukai. Atau, untuk melanjutkan analogi bisbol, pemberi hadiah senang menerima hadiah yang pasti. Saat memberi hadiah, orang sering memilih benda berwujud daripada pengalaman karena barang-barang material lebih aman-hampir semua orang membutuhkan peralatan baru atau baju baru.
Pengalaman lebih sulit; pengalaman membutuhkan sedikit pemahaman tentang siapa penerima sebenarnya. Padahal hadiah-hadiah yang berkesan di hati lebih mungkin membuat orang bahagia dibandingkan barang-barang bermateri.
4. Setiap orang punya pemikiran sendiri tentang hadiah
Pemberi juga bisa salah dengan menginginkan hadiahnya terlihat sangat bermakna. Tentu saja, penerima menghargai perhatian-tetapi tidak jika hal itu mengorbankan sesuatu yang sebenarnya berguna. Hal ini terjadi saat pemberi hadiah berbelanja untuk banyak orang.
Mereka sering memilih hadiah yang unik untuk setiap penerima, daripada memberikan hadiah yang sama kepada semua orang, karena hadiah yang berbeda untuk setiap orang akan membuat mereka merasa lebih meluangkan waktu dan upaya dalam memilih hadiah. Orang melakukan ini meskipun mereka menyadari bahwa beberapa penerima akan menerima hadiah yang kurang diinginkan.
Kamu juga akan melihat hal ini terjadi ketika memilih kartu hadiah. Pemberi sering memilih kartu hadiah tertentu--ke toko pakaian atau restoran tertentu, misalnya--yang mencerminkan minat atau selera penerima. Namun, penerima lebih terbuka terhadap kartu hadiah yang memberi mereka lebih banyak fleksibilitas dan kebebasan-seperti kartu hadiah voucher belanja.
Itulah hal-hal yang perlu kamu perhatikan sebelum kamu membeli hadiah kepada orang terkasih seperti keluarga atau pasangan di hari yang spesial seperti ulang tahun atau natal. Meskipun menyenangkan memberikan hadiah kepada orang lain, tapi kamu jangan lupa bahwa penerimalah yang akan lebih punya perasaan bahagia ketimbang kamu. Maka berhati-hati dan skeptislah ketika memilih kado untuk mereka.
(DIR/tim)