Pernah mendengar kalimat yang ada di dalam judul artikel ini? Seharusnya, ada sekali waktu kamu membacanya atau mendengarnya selama hidup ini berjalan. Sebagai kalimat yang sangat filosofis, sebenarnya tidak ada hal yang perlu dikulik lebih dalam dari setiap kata di dalamnya. "Apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai" menjadi bentuk penggambaran hukum paling sederhana tentang apa yang akan terjadi pada hidupmu ke depannya; semua tergantung dari apa yang kamu lakukan pada hari-hari sebelumnya.
Semua Harus Paham "Apa yang Kau Tabur, Itulah yang Kau Tuai"
Sayangnya tidak semua orang memahami hukum "apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai". Banyak yang masih cuek dengan melakukan kezaliman yang bisa panjang jika disebutkan satu per satu: kerakusan, ketidakadilan, kejahatan, dan lainnya. Semua itu hanya sebagian kecil dari apa yang bisa kita lihat dari kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekecil keluarga, kantor, hingga masyarakat yang lebih luas lagi.
Dari sinilah mengapa kalimat ini punya makna yang mirip dengan "karma" karena jika kamu mau mendapatkan hal-hal baik, maka lakukan hal-hal baik juga. Seperti urusan hak dan kewajiban yang sudah diajarkan sejak kita kecil.
Namun kembali lagi, banyak yang lupa akan urusan ini karena pengaruh beragam kondisi. Semua hanya berfokus pada hari ini, padahal bagaimana dengan ke depannya? Tidak mungkin orang-orang yang merupakan hukum "apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai" hanya mau hidup dalam jangka pendek. Itulah kenapa mereka berani melakukan kezaliman.
Kalau membawa ajaran Kristen, di dalam Alkitab sudah tertulis tentang hukum ini. Di dalam Perjanjian Lama, bisa dibaca bahwa "Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana" (Amsal 22:8a). Kemudian dalam Perjanjian Baru, tertulis "Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" (Galatia 6:7 ). Bayangkan, dari kitab yang menceritakan hidup sebelum dan sesudah Yesus turun saja, hukum sesederhana ini terus diperingatkan.
Jika hidupmu saat ini sedang melihat orang yang tidak memahami hukum "apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai" dengan kelakukan ajaibnya yang cenderung zalim, lebih baik didoakan saja. Cepat atau lambat, semuanya akan kembali ke dia dalam bentuk yang kita tidak tahu apa. Bisa mengenai dirinya atau orang-orang di sekitarnya.
Kamu tidak mau begitu kan? Maka dari itu, berbuatlah sebaiknya seorang manusia. Kesalahan pasti ada, tapi harus diperbaiki secepat kemampuanmu. Selalu ada ruang untuk berubah daripada nanti sudah terlalu terlambat karena takdir tidak akan mengkhianatimu.
(tim/DIR)