Tahun 2020 memang diwarnai oleh kegelapan kolektif akibat pandemi COVID-19, namun bagi seorang Firya Nadhifa itu adalah waktu untuk mengambil langkah besar dalam hidupnya. Di tengah gemuruh industri kecantikan yang semakin berkembang, Dhifa melihat peluang untuk memperkaya ekosistem industri kecantikan di Indonesia dengan mendirikan Lash Boss yang otomatis menjadikannya sebagai brand perawatan alis dan bulu mata pertama di Indonesia.
Keberhasilan Dhifa tidak hanya tercermin dari pencapaiannya sebagai seorang womenpreneur, tetapi juga dari peran inspirasionalnya bagi perempuan yang bermimpi untuk meniti karir di dunia bisnis. Dalam wawancara eksklusif dengan CXO Media, Dhifa bercerita tentang perjalanan bisnisnya yang diwarnai oleh tantangan dan momen-momen pahit manis dalam menjadi seorang womenpreneur.
Apa yang menginspirasi kamu untuk membangun Lash Boss?
Awalnya, Lash Boss itu lahir dari concern-ku di tahun 2020, saat beauty industry lagi booming dan banyak banget produk baru di pasar. Tapi, aku lihat sedikit banget produk yang fokus ke lash and brow care. Padahal seperti yang kita tahu, perempuan mana sih yang mau keluar rumah tanpa pensil alis atau maskara? We choose either one of them. That's how important our lash and brow is and how they'd shape our face.
Even hal-hal di sekitar kita, kayak fenomena mobil Wuling yang dikasih stiker bulu mata dibagian lampu untuk nandain kalau itu mobil perempuan. Kita juga bisa bedain Mickey Mouse dan Minnie Mouse selain dari bajunya, yaitu dari bulu matanya. Itu ngeliatin seberapa besar peran bulu mata dalam feminitas, tapi nyatanya masih sedikit banget produk perawatannya yang ada di pasaran. Itulah awal mulanya aku bikin serum bulu mata, agar perempuan bisa merawat aset yang sebenarnya penting tanpa mereka sadari.
Produk Lash Boss/ Foto: Istimewa |
Ada nggak filosofi dibalik nama Lash Boss?
Kalau terjun ke suatu industri, you would want to be the pioneer and you would want to be the boss. Kebetulan juga Lash Boss adalah brand pertama di Indonesia yang fokus ke lash & brow care. So, why not be the boss?
Lash Boss sering kolaborasi sama produk kecantikan lokal lainnya. Gimana sih kamu melihat kolaborasi ini sesuatu yang istimewa di tengah kompetisi atau pertumbuhan industri kecantikan yang berjalan cukup pesat?
Aku melihat kolaborasi sebagai hal yang positif. Dulu, aku pernah ngobrol sama brand lain, dia bilang kalau "More local brand is more win to us as local people," karena marketnya yang beli kita-kita lagi. Di samping itu, aku juga nggak khawatir soal kompetisi karena aku percaya kalau kita punya porsi masing-masing. Ditambah, produk Lash Boss juga niche dan jarang ada di market, jadi kita nggak bersaing di satu kategori yang sama.
Semua womenpreneur punya tantangan berbeda. Kalau versi kamu, apa tantangan terbesar dalam menjadi seorang womenpreneur dan gimana cara kamu menghadapinya?
Mungkin ini klise, but sometimes leading a brand or a company makes you feel lonely. Karena aku sendiri nggak berasal dari keluarga bisnis atau punya background bisnis. I have a team, tapi kan mereka punya job desk-nya masing-masing, beda sama kamu sebagai seorang leader. Kadang aku merasa problem yang aku punya tuh bisa nggak sih dibantu sama orang lain? Can people relate to it?
Untuk menghadapinya aku cari community, sih. Beberapa media udah bikin event-event womenpreneur. Dari situ, aku dapet support system dan ngerasa gak lonely lagi karena banyak yang ngerasain hal yang sama di bisnisnya.
Nadhifa sedang QC produk Lash Boss/ Foto: Istimewa |
Ada nggak hobi atau kegiatan di luar bisnis yang membantu kamu tetap kreatif dan terinspirasi dalam mengembangkan produk dan layanan baru untuk Lash Boss?
Jalan-jalan! Kerja di beauty industry itu bener-bener tentang innovation sama marketing creativity. Jadi kalau misalnya mumet, kamu bingung mau bikin campaign apa lagi, bikin produk apa lagi-buat aku jalan-jalan, sih [solusinya]. Aku suka ke pantai di Indonesia daerah timur ke Alor atau ke Papua, misalnya. Sekalian diving juga biasanya.
Lash Boss bisa dibilang sudah punya nama dalam industri kecantikan, and it's a big deal! Apa momen yang bikin kamu ngerasa "Okay, I made it! I've succeeded"?
Sebenarnya dari momen-momen kecil, sih. Misalnya, aku pernah udah coba DM kak Cindercella berkali-kali untuk endorsement dan review produk Lash Boss tapi nggak dibales. Tiba-tiba dia ngepost story dan bilang "Kalau lupa pake Lash Boss semalem aja nangis," Di situ aku kayak "Ahh, ternyata lo pake Lash Boss dari dulu!"
Pokoknya momen-momen yang organik dan bukan paid endorsement. Karena ada beberapa KOL yang aku coba approach dan nggak bales, tapi pas aku lihat di comment section TikToknya, pas ada yang nanya tentang serum bulu matanya dia jawab Lash Boss. Momen-momen kayak gitu bikin aku merasa, "Wah gila, berarti orang-orang tau brand ini ya!"
Hal yang paling bikin aku bangga juga saat kita masuk Jakarta x Beauty 2022 dan punya booth sendiri dengan logo yang terpampang besar. Orang-orang yang datang pun udah tau brand kita.
Nah, gimana sih cara kamu merayakan pencapaian dalam bisnis ini? Ada nggak ritual atau kegiatan spesial yang kamu lakukan dalam merayakan kesuksesan?
Sebenernya kegiatan simple seperti makan bareng juga udah cukup. But our favorite thing to do adalah karaokean. Biasanya kadang sehabis event besar atau successful campaign, kita suka bikin halloween party-di bulan apapun itu dan nanti karaokean. Tim kita kan juga nggak terlalu besar, less than 20 people. Banyak juga yang dari luar kota, jadi mereka nginep bareng di kantor. Habis kerja biasanya makan bareng, nonton film hantu bareng, karaokean, dan lainnya. So, we're very close, and everyday's like a celebration.
Lash Boss's Team/ Foto: Istimewa |
Kalau bisa kembali ke awal perjalanan bisnis Lash Boss, apa satu hal yang mau kamu katakan kepada diri sendiri?
Buat nggak kasih pressure sebesar itu ke diri sendiri. Bukan hal yang salah sih, tapi kalau bisa aku benerin, aku nggak bakal se-pressure dan sejahat itu sama diri sendiri. Aku akan minta maaf sama diri sendiri karena udah ngasih too much pressure and too much expectation, because it's unnecessary. Growth will come with its own time.
Berkaca dari perjalanan kamu sebagai womenpreneur, ada nggak satu saran atau quotes yang selalu kamu pegang teguh yang bisa kamu bagikan ke sesama womenpreneur?
Kata-kata ini penting bagi aku karena in every type of journey, there are days where you feel like a failure. Misalnya, targetnya jauh banget dari realita, udah ada to-do list tapi dua aja nggak kelar, dan lain-lain. Yang harus kita ingat adalah jangan pernah kasih nilai diri kamu 0 kalau kamu udah ngerjain 20%. Kita kadang punya perspektif "It's either 0 or 100%" but it's not always like that. It's not about the 0 or 100% but those things in between. If you only achieve 50% in one day, acknowledge it still.
What's next for Lash Boss? Ada mimpi yang mau dicapai dalam beberapa tahun ke depan?
Mimpinya Lash Boss sekarang bisa mendapatkan title Lash & Brow Expert. Buat mewujudkan itu, kita mau kasih inovasi-inovasi lash & brow dengan nyoba untuk main ke kosmetik. Kedepannya, kita mau coba buat solusi untuk mascara dan browcara.
(HAI/DIR)