Laksamana Maeda atau Maeda Tadashi merupakan salah satu nama tokoh bersejarah yang tidak pernah luput untuk diingat dan disebut, apabila kita mengulas perihal kemerdekaan Indonesia. Tokoh Jepang yang terkenal karena mengizinkan rumahnya untuk dijadikan tempat perumusan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia ini, adalah seorang Perwira Tinggi Angkatan Laut Jepang saat Perang Pasifik.
Namun, bagaimana bisa Laksamana Maeda akhirnya memutuskan membantu Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan?
Lebih Dekat dengan Laksamana Maeda Tadashi
Laksamana Maeda yang lahir pada tanggal 3 Maret 1898 di Kagoshima, Jepang, merupakan seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda. Ia merupakan seorang putra dari keluarga yang memiliki keturunan kelas samurai dan ayahnya merupakan kepala sekolah di daerah Kajiki, Kagoshima, Jepang.
Saat ia menginjak umur 18 tahun, Maeda muda melanjutkan pendidikannya di Akademi Angkatan Laut Jepang dengan spesialisasi navigasi. Pada tahun 1930, Maeda berhasil mendapatkan pangkat letnan satu di Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.
Pangkat yang didapatkannya inilah yang membuat ia menjadi atase angkatan laut untuk Belanda pada 1940 dan ditugaskan ke Indonesia untuk menegosiasikan perjanjian dagang dengan pemerintah kolonial terkait pembelian minyak untuk Jepang. Tidak hanya itu, ia juga ditunjuk untuk membangun jaringan mata-mata di Indonesia.
Namun, belum sampai satu tahun tinggal di Indonesia, Maeda pulang ke Jepang di tahun 1941 untuk bekerja sebagai seksi urusan Eropa dan kembali lagi ke Indonesia setelah Jepang berhasil menyerbu Hindia Belanda di tahun 1942. Kembalinya Maeda ke Indonesia, ia diberi tugas untuk mengatur operasi-operasi Angkatan Laut Jepang di wilayah Papua.
Tidak lama setelah itu, ia ditugaskan ke Jakarta yang pada saat itu masih bernama Batavia, setelah jatuhnya pemerintahan kolonial Belanda. Tugasnya di Jakarta pada saat itu menjadi penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat ke-16 Jepang. Berpindahnya Maeda untuk tinggal di Batavia pada saat itu menjadi sebuah awal sejarah yang tak terlupakan hingga hari ini.
Peran Laksamana Maeda dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Seperti yang sudah diketahui, Laksamana Maeda memiliki peran yang cukup besar dalam perumusan proklamasi Indonesia di tahun 1945. Pada Oktober 1944 atau setelah Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia, Laksamana Maeda membentuk Asrama Indonesia Merdeka.
Asrama yang dibangun sebagai sarana menciptakan pemimpin-pemimpin negara Indonesia ini ternyata berhasil membuatnya mengenal masyarakat Indonesia yang memiliki semangat juang untuk merdeka. Hingga tumbuh rasa simpati yang besar di dalam diri Laksamana Maeda terhadap keinginan dan bulatnya tekad Bangsa Indonesia untuk merdeka.
Hal ini pun membuatnya bersedia untuk menjadikan rumahnya yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol Nomor 1 Jakarta Pusat sebagai tempat perumusan teks proklamasi. Ia pun berani menolak Jenderal Nishimura yang merupakan Kepala Departemen Urusan Umum Pemerintah Militer Jepang yang menyarankan Laksamana Maeda untuk tidak ikut campur dalam proses proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, memprotes keras sikap Mayor Jenderal Nishimura karena Rikugu yang merupakan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang selalu menentang kemerdekaan Indonesia. Laksamana Maeda juga sangat berperan dalam proses pencarian Soekarno dan Hatta yang sedang dibawa ke rumah pengasingan di Rengasdengklok.
Hal ini diawali oleh tidak hadirnya dua tokoh penting tersebut di Sidang PPKI pada tanggal 16 Agustus 1945. Achmad Soebardjo yang memiliki hubungan baik dengan Laksamana Maeda pun meminta bantuannya untuk mencari tahu lokasi kedua tokoh proklamator tersebut berada. Berkat dirinya dan jaringan intelijen yang berada di bawahnya, pihak pemuda yang melakukan penyekapan Soekarno dan Hatta pun dengan mudah diketahui.
Setelah itu, Soebardjo pun meminta para pemuda tersebut untuk memberitahukan lokasi pengasingan dengan menyatakan bahwa Laksamana Maeda menjadi penjamin. Seusai ditemukannya Soekarno dan Hatta, Achmad Soebardjo meminta izin kepada Laksamana Maeda untuk menjadikan rumah dinasnya tersebut sebagai tempat untuk merumuskan teks Proklamasi.
Tidak hanya menyetujuinya, Laksamana Maeda pun turut menjamin keselamatan Soekarno dan Hatta dengan kekuatan Kaigun (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang) di dalam rumahnya selama proses perumusan proklamasi kemerdekaan.
Nasib Laksamana Maeda Usai Bantu Indonesia
Apa yang dilakukan oleh laksamana muda itu memang sangat menguntungkan bagi rakyat Indonesia. Namun, setelah keberaniannya dalam menentang ketentuan Jepang dan malah mendukung Indonesia, Laksamana Maeda harus menanggung konsekuensi yang berat terlebih lagi karena ia menjadikan rumah dinasnya sebagai tempat perumusan naskah proklamasi.
Setelah Inggris datang pada September 1945, Laksamana Maeda dan stafnya yang bernama Shigetada Nishijima ditangkap dan dimasukkan ke penjara Glodok dan rutan Salemba. Melansir BBC, dalam buku yang berjudul Kisah Istimewa Bung Karno, Nishijima membeberkan kisahnya di dalam penjara dengan Laksamana Maeda.
Ia dipaksa mengaku oleh Belanda untuk mencap Republik Indonesia merupakan buatan Jepang karena pada naskah proklamasi, tahun yang tertulis adalah '05 berdasarkan tahun Jepang, bukan '45. Usai ditawan dan dibawa kembali ke Jepang, Laksamana Maeda diadili di pengadilan militer yang akhirnya dinyatakan tidak bersalah karena dinilai tidak ikut serta dalam perumusan naskah proklamasi Indonesia. Laksamana Maeda pun dibebaskan pada tahun 1947, namun akibat prinsipnya yang mendukung Indonesia, ia memilih untuk mundur dari jabatannya di militer dan kembali menjadi rakyat biasa, tanpa adanya tunjangan pensiun.
Pengorbanan besar yang dilakukan oleh Laksamana Maeda pun diapresiasi oleh pemerintah Indonesia dengan diberikannya tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya pada tanggal 17 Agustus 1977. Namun, tidak lama setelah mendapatkan penghargaan, Laksamana Maeda meninggal dunia pada 13 Desember 1977.
(DIP/DIR)